Sudah satu jam Bintang berdiri di lapangan menjalankan hukumannya. Panas terik matahari yang menerpa wajahnya membuat dirinya semakin terlihat pucat. Pusing telah melanda kepalanya, membuat kepalanya terasa menjadi berat. Dengan sekuat tenaga, Bintang menahan dirinya agar tidak pingsan.
Verrel yang berjalan di sepanjang koridor menuju kamar mandi mengurungkan niatnya saat melihat seorang perempuan sedang berdiri dengan hormat kepada tiang bendera. Baru saja ia ingin melanjutkan langkahnya, namun Verrel malah dikejutkan dengan jatuhnya tubuh Bintang.
Verrel segera berlari menghampiri Bintang. Menepuk beberapa kali pipi Bintang agar tersadar, namun tak ada reaksi apapun. Dengan segera, Verrel langsung menggendong tubuh Bintang ala bridal style menuju ruang UKS.
Sesampainya di UKS, Verrel meletakkan tubuh Bintang dengan hati-hati di atas brankar. Dengan intens, ia mengamati setiap inci wajah Bintang. Ia baru menyadari, bahwa wajah Bintang terlihat sangat manis jika sedang tidur. Hingga suara getaran ponselnya membuat Verrel menghentikan kegiatannya, mengamati wajah Bintang.
"Woy bangsat, dimana sih lo? Lama amat ke kamar mandinya," ujar seseorang dari seberang telepon. Dia adalah Dirga.
"Gue gak jadi ikut bolos,"
"Lah, kok gitu? Ada apaan emang? Lo ketahuan Bu Naya, Sat?"
"Enggak. Gue lagi ada urusan," kemudian Verrel langsung memutuskan telfonnya secara sepihak.
Biarkan jika Dirga harus memarahi dirinya karena langsung memutuskan telfon secara sepihak. Dasar Lebay.
Sudah 1 jam setengah Verrel menunggu bintang di UKS, namun Bintang tak menunjukkan reaksi bahwa dirinya telah sadarkan diri. Ia masih saja tetap memejamkan matanya, dan hal itu semakin membuat Verrel khawatir, takut terjadi apa-apa dengan Bintang.
Dengan terpaksa, ia harus pergi menuju kelas Bintang untuk memberitahu keadaan Bintang kepada ketiga sahabatnya.
Berterimakasihlah kepada bel istirahat, karena saat ini bel istirahat tengah berbunyi, dan beruntunglah bahwa sahabat Bintang masih berada di dalam kelas, membuat Verrel tidak harus repot mencari mereka.
Setelah guru di kelas 11 IPA 4 keluar, Verrel langsung menyelonong masuk. Hal itu membuat semua murid mengerutkan kenjngnya bingung. Tiba-tiba saja Verrel, sang Kakak Kelas, datang ke kelas 11 IPA 4 dan Bintang sedang tidak ada di kelas.
Verrel mendekati bangku sahabat Bintang yang berada di belakang. Lalu mengucapkan sesuatu yang membuat mereka melotot kaget.
"Bintang pingsan. Lo bertiga sahabatnya, kan? Buruan gih, samperin," ucap Verrel.
"Hah?" teriak mereka bertiga secara bersamaan.
"Bintang pingsan? Kok bisa, Kak?" tanya Salma penuh kekhawatiran.
"Lebih baik, lo bertiga ke UKS, lihat keadaannya Bintang. Bintang belum sadar sampe sekarang," ucap Verrel, lalu ia pergi keluar kelas tanpa ucapan permisi.
Chelsea, Mecca, dan Salma pun segera pergi ke UKS untuk melihat keadaan Bintang. Sampai disana, Chelsea membuka pintu UKS dengan pelan, terlihat Bintang yang masih belum sadar sampai sekarang juga.
Mecca dan Chelsea mendekati Bintang, sedangkan Salma di luar untuk menghubungi seseorang. Setelah menelfon, Salma kembali memasuki ruang UKS.
"Habis nelfon siapa, Sal?" tanya Chelsea.
"Ka-ka-" belum sempat Salma meneruskan ucapannya, tiba-tiba datang seorang cowok dengan tampilan acak acakan. Cowok itu adalah Reyhan.
Terdengar nafas yang memburu, kemungkinan ia baru saja berlari. "Dimana Bintang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
Fiksi Remaja04-05-2020 #15 in goodstory #10 in myboyfriend #35 in highschoollovestory #25 in verrel (09 Mei 2020) #6 in bramasta (09 Mei 2020) Tentang Takdir yang berjalan sesuai digariskan Tuhan :) 23 September