• Hukuman Untuk Bintang • [✔]

1.8K 180 139
                                    

"Untuk pelajaran kali ini, Bapak akan membahas tentang Trigonometri. Sewaktu Kelas 10 kalian sudah belajar tentang Trigonometri. Ada yang masih ingat apa itu Trigonometri?" tanya guru pria paruh baya yang berusia 40 an. Pak Beta namanya, Guru Matematika kelas 11 IPA 4.

Semua murid diam tak menjawab. Entah mereka yang tak tahu atau mereka yang takut untuk menjawab, yang jelas hal itu selalu terjadi hingga membuat Pak Beta menghembuskan nafas kasar.

"Kalian kelas IPA atau Bahasa sih, sebenarnya? Ditanya tentang Matematika saja kalian tidak tahu," ucap Pak Beta.

"JAWAB SAYA!!" bentak Pak Beta.

Semua murid terkejut lalu segera menjawab 'Iya' dengan serempak.

"Salma Divara," panggil Pak Beta.

Salma yang dipanggil segera mengangkat kepalanya yang tadinya menunduk. "I ... iya, Pak. Ada apa?" tanya Salma dengan hati-hati.

"Sekarang kamu jelaskan tentang Trigonometri," pinta Pak Beta.

"Tri-trigonometri a-adalah..." gagap Salma.

"Yang jelas Salma Divara," bentak Pak Beta.

"Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu Trigonon yang berarti tiga sudut dan metron yang berarti mengukur,"

"Trigonometri muncul pada masa Hellenistik pada abad ke 3 Sebelum Masehi dari penggunaan geometri untuk mempelajari astronomi,"

"Trigonometri berhadapan dengan sudut segitiga, contohnya seperti sinus, cosinus, dan tangen," akhirnya.

Pak Beta tersenyum bangga dengan murid didiknya yang bernama Salma Divara. Namun, senyuman itu kembali memudar saat menemukan murid didiknya sedang melamun.

"Deria Bintang Trifasya," panggil Pak Beta dengan berteriak.

Yang dipanggil pun hanya diam tak menjawab ataupun menoleh. Ia masih tetap dengan posisinya, mata fokus ke depan namun pikirannya entah kemana. Berkali-kali Pak Beta meneriaki nama Bintang, namun tetap saja hasilnya nihil. Pak Beta segera menghampiri bangku Bintang, laku menggebrak meja Bintang dengan suara yang cukup keras. Membuat Bintang terlonjak kaget.

"Eh, Kampret," umpat Bintang secara refleks.

Semua murid tertawa mendengar umpatan Bintang yang entah ditunjukkan kepada siapa. Yang pasti Pak Beta merasa bahwa umpatan tersebut ditunjukkan kepada dirinya, karena dirinya lah yang sekarang berada di depan Bintang.

"DIAM SEMUANYA!" teriak Pak Beta.

Alhasil semua murid diam, menutup mulutnya rapat-rapat. Dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Bintang! Sekarang Kamu berdiri di luar. Hormat ke tiang Bendera!" sentak Pak Beta.

"Tapi, Pak-"

"Atau pilih ke ruang BK?"

"Loh, kok malah ke ruang BK sih, Pak? Kan tadi saya cuman refleks doang. Bapak sih ganggu lamunan saya," bantah Bintang.

"Berani kamu sama saya? Baru juga sekolah 3 bulan disini sudah berani membantah guru. Saya gak mau tau, sekarang juga kamu ikut saya ke ruang BK,"

"Saya gak mau, Pak," tolak Bintang.

"Mau jalan sendiri atau saya seret Bintang,"

"Ish, yaudah iya. Saya jalan sendiri aja kalau gitu,"

Bintang segera bangun dari bangku nya. Mendahului Pak Beta untuk menuju ke ruang BK. Selama perjalanan menuju ruang BK, ia selalu mengumpat tak jelas. Yang jelas umpatan tersebut ditunjukkan kepada Pak Beta. Hingga suara seseorang membuat dia berhenti mengumpat.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang