Pagi ini, Aldev, Lisa, dan Reyhan kewalahan untuk membujuk Bintang agar tetap berada di rumah sakit. Sejak 1 jam yang lalu, Bintang selalu merengek untuk pergi ke sekolah dengan alasan takut ketinggalan pelajaran dan lain sebagainya.
Berbagai cara sudah Bintang lalukan, mulai dari mengemis meminta mohon, menunjukkan puppy eyes nya, menangis, dan lainnya. Tapi tetap saja, Aldev dan Reyhan masih bersikeras untuk tidak mengizinkan Bintang masuk sekolah.
"Yaudah, kalau Bintang masih gak boleh sekolah, Bintang gak mau nurut lagi sama kalian bertiga," sentak Bintang lalu berbalik badan dengan memunggungi mereka bertiga.
Reyhan yang mendengarnya menggeram marah dengan ucapan Bintang yang barusan. Entah mengapa, saat mendengar bahwa Bintang sudah tidak mau kenal dengan dirinya membuat hati Reyhan terasa teriris, padahal itu hanya ancaman saja. Terlalu lebay memang, tapi itulah Reyhan.
"Jangan jadi anak pembangkang, Bintang. Sekali kita bilang tidak ya tidak," ujar Reyhan dingin.
Reyhan langsung keluar dari ruangan Bintang, meninggalkan Aldev dan Lisa yang kini menatap Reyhan tak percaya. Sedangkan Bintang yang mendengarnya, hanya mampu terdiam dengan seribu bahasa.
'Anak pembangkang? Siapa yang menjadi anak pembangkang? Bintang? Bintang cuman pengen sekolah. Apa itu salah?' batin Bintang.
Aldev menghembuskan nafas kasar. Ia melihat jam tangan yang bertengger di tangan kanannya. Jam sudah menunjukkan angka 06.30. Ia harus pamit untuk pergi bekerja.
"Aku pamit kerja dulu. Jaga Bintang ya, sayang," pamit Aldev kepada Lisa.
"Iya, Pa. Papa hati-hati di jalan, ya. Jangan ngebut," nasihat Lisa.
Aldev mengangguk, lalu matanya menatap Bintang yang masih terdiam. Mungkin memikirkan ucapan Reyhan barusan. "Papa, pamit kerja dulu. Jangan repotin Mama, ya. Nurut sama Mama,"
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam,"
Setelah kepergian Aldev, Lisa mendekati putrinya yang saat ini masih terdiam akibat ucapan Reyhan. Lisa mengusap lembut kepala Bintang dengan penuh sayang.
"Gak usah dipikirin ucapannya abang, ya. Mungkin tadi Abang lagi banyak pikiran, makanya bicara nya asal ceplos gitu," ujar Lisa.
Bintang masih diam, namun telinganya masih mendengar ucapan Lisa, Mamanya. Lisa yang melihat Bintang hanya diam akibat ucapan Reyhan membuat hatinya terasa tersentil. Bagaimana saat melihat reaksi Bintang ketika mengetahui tentang masa lalu yang dulu. Lisa tak sanggup membayangkannya.
"Kamu istirahat, ya. Mama mau keluar cari makan dulu. Kamu mau nitip?" tawar Lisa.
Bintang hanya menggeleng sebagai jawaban 'tidak'.
"Jangan gini dong, sayang," ujar Lisa.
Bintang yang tadinya menatap ke depan, kini menatap ke samping dimana Mamanya berdiri. Ia memaksakan bibirnya untuk membentuk senyuman yang sangat manis.
"Bintang lagi gak pengen nitip apa-apa, Ma," ujar Bintang dengan senyum yang dipaksakan.
"Yaudah, Mama pergi dulu," pamit Lisa.
Bintang hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu, ia kembali menatap ke depan lagi.
----- MY DESTINY -----

KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
Teen Fiction04-05-2020 #15 in goodstory #10 in myboyfriend #35 in highschoollovestory #25 in verrel (09 Mei 2020) #6 in bramasta (09 Mei 2020) Tentang Takdir yang berjalan sesuai digariskan Tuhan :) 23 September