• Menjenguk Bintang Part 2• [✔]

940 103 37
                                    

Rooftop. Tempat dimana Verrel dan ketiga sahabatnya membolos di saat jam pelajaran. Meski mereka sudah kelas 12, tapi tetap saja mereka tidak merasa takut bagaimana nilai Ujian Nasional nanti.

Jangan pikir, bahwa Verrel dan ketiga sahabatnya membolos akan melakukan hal-hal yang selalu dilakukan oleh anak nakal seperti merokok.

Mereka tidak pernah sekalipun memegang ataupun menggunakan rokok. Karena menurut mereka, itu sama saja merusak bagian tubuh. Senakal-nakalnya mereka, mereka tidak akan menggunakan hal sepert itu. Prinsip mereka "Nakal boleh, rusak jangan."

"Jadi gimana, Ver?" tanya Dirga.

"Suruh bersihin toilet. Si Reyhan disuruh bersihin Lab Biologi," jawab Verrel santai.

"Lo nyuruh adik kelas, kan pastinya. Buat gantiin hukuman, lo?" tebak Dirga.

"100 buat lo,"

"Bokap lo gimana?" tanya Guntur.

"Gak gimana-gimana,"

"Kok gak marah?" tanya Ken.

"Kayak gak tau Bapak Atdmaja aja, lo."

Mereka tertawa (kecuali Guntur, si manusia es) meski tak ada hal yang lucu. Tapi itulah kebahagian bagi mereka tersendiri. Cukup kumpul dengan sahabat, dan tertawa sudah membuat mereka senang.

"Hubungan lo sama Bintang, gimana?" tanya Ken.

"Biasa aja,"

"Emang beneran, lo pacarin Bintang cuman buat bales dendam ke Reyhan?" tebak Dirga.

Verrel menggeleng. "Awalnya sih buat bales dendam. Gak tau, kenapa gue jadi beneran suka ama dia."

"Trus gimana sama Reyhan? Dia kan gak suka sama lo," ujar Ken.

"Reyhan urusan belakang. Kalau Bintang udah nerima gue jadi pacarnya, Reyhan gak bisa ngelarang gue sama Bintang buat pacaran. Apalagi orang tuanya setuju," jawab Verrel.

Hening. Satu kata yang menggambarkan suasana saat ini. Ken, yang seperti biasa selalu memberikan lelucon pasarannya kini terdiam seperti tak memiliki akal untuk membuat lelucon.

Mereka semua sibuk dengan kegiatan dan pikirannya masing masing. Hingga suara Verrel merusak keheningan.

"Balik, yuk. Bosen gue disini," ajak Verrel.

"Mau kemana lo, emang?" tanya Ken.

"Balik kelas,"

"Ah, males gue. Entar ketemu lagi sama Pak Beta," tukas Ken.

"Emang sekarang pelajarannya Pak Beta?" tanya Satria polos.

Ken menatap Satria dengan tatapa yang sulit diartikan. "Lo punya jadwal gak, sih? Sekolah, lo bawa buku apaan emang?" kesal Ken.

Satria menaikkan sebelah alisnya. "Lo mau lihat?"

Meskipun Ken dan Verrel duduk sebangku, Ken tidak pernah tau apa isi dari tas Verrel. Verrel melepaskan tas yang bertengger di pundaknya, lalu membuka resleting tasnya. Di tumpahkannya tas tersebut. Dan keluarlah satu buku tulis, satu pulpen,dan satu jaket.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang