Semua murid sudah duduk di bangku nya masing-masing, begitupun juga dengan Bintang yang duduk sebangku dengan Salma. Hari ini Pak Beta memasuki kelasnya sambil membawa seorang perempuan yang dikenal sebagai murid baru.
"Pagi, anak-anak," sapa Pak Beta.
"Pagi, Pak," jawab semua murid dengan serentak.
"Hari ini, kita kedatangan murid baru. Sheila, silahkan perkenalkan diri kamu," pinta Pak Beta kepada anak baru bernama Sheila.
Sheila pun denga segera memperkenalkan dirinya.
"Hai, gais. Kenalin nama gue, Sheila Tanura Abjaya. Kalian bisa panggil gue Sheila, gue pindahan dari Amerika," sapa Sheila dengan senyum merekah.Semua murid menyapa Sheila balik. Sheila cukup mendapat respon baik di kelas ini. Setelah itu, kedua matanya pun tak sengaja berhenti di seorang perempuan yang sedang menelungkup kan kepalanya ke meja. Ia tahu siapa perempuan itu.
"Sheila, kamu bisa duduk dengan Nana," pinta Pak Beta.
"Iya, Pak," ujar Sheila. Sheila pun menghampiri seorang perempuan yang saat ini tengah duduk sendiri.
Bintang sedari tadi memang menelungkup kan kepalanya. Kepalanya benar-benar sangat pusing kali ini. Ketika Pak Beta mengatakan ada anak baru, sejujurnya Bintang ingin mendongak dan melihat siapa anak baru itu.
Namun, ketika mendengar anak baru itu memperkenalkan dirinya. Jantung Bintang langsung saha seperti berhenti berdetak. Ia masih ingat siapa pemilik nama itu. Sheila Tanura Abjaya.
Tuhan, ku mohon jangan dia, batin Bintang sambil memejamkan matanya.
Untuk kali ini, Bintang sama sekali belum siap jika harus bertemu dengan orang masa lalunya.
Saat, Sheila dipersilahkan duduk dan melewati bangku Bintang. Bintang masih bisa mendengar jika Sheila bergumam yang tentu saja ditunjukkan kepadanya. "Permainan akan dimulai, Bintang."
Bintang menghembuskan nafas kesalnya. Ia masih ingat dengan perkataan Brylian tempo dulu. "Jika ada masalah selesaikan, jangan pernah lari seperti pecundang."
Mungkin ini saatnya bagi Bintang untuk menyelesaikan masalah yang pernah terjadi kepada sahabat masa lalunya.
"Bintang. Kalau lo sakit mending ke UKS, daripada di sini kena hukuman," ujar Salma sambil menggoyangkan bahu Bintang.
Bintang yang tak ingin ke UKS dan terkena hukuman, bintang pun terpaksa mengangkat kepalanya. Ia berusaha untuk fokus dengan apa yang diucapkan Pak Beta tentang pelajaran Matematika.
Selama pelajaran Matematika berlangsung, Bintang merasa jika Sheila selalu memperhatikannya. Ia berusaha untuk mengabaikannya, mengaggap jika Sheila tak ada di kelas ini.
"Saya sudah buat 5 soal. Silahkan kalian kerjakan, dan jangan pernah ada yang keluar sampai saya kembali. Saya akan ke kantor dulu," peringat Pak Beta dengan tegas.
Semua murid tak berani membantah. Termasuk anak-anak yang selalu nakal, hanya bisa mengangguk kaku. Pak Beta orangnya tegas tapi menyeramkan.
Sepeninggal Pak Beta, kelas menjadi mulai berisik. Ada yang kesana kemari karena ingin mengerjakan bersanam, ada juga yang bermodalkan contekan, ada juga yang hanya santai-santai. Bintang masih fokus mengerjakan, sampai tak sadar jika Sheila sudah berada tepat di samping mejanya.
"Hai, Bintang. Ketemu lagi kita," sapa Sheila dengan ramah.
Suara Sheila tidak bisa dibilang kecil dan tak bisa dibilang besar. Namun, sebagian siswa yang. Erada di dekat meja Bintang langsung menoleh menatap Sheila yang saat ini tengah menyapa Bintang. Termasuk ketiga sahabatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
Подростковая литература04-05-2020 #15 in goodstory #10 in myboyfriend #35 in highschoollovestory #25 in verrel (09 Mei 2020) #6 in bramasta (09 Mei 2020) Tentang Takdir yang berjalan sesuai digariskan Tuhan :) 23 September