Ruangan itu tidak terlalu luas. Berada di belakang perpustakaan besar. Tempatnya yang tersembunyi membuatnya sepi pengunjung.
Belum lagi koleksi bukunya yang merupakan buku klasik menjadikanya sempurna menjadi tempat yang terlupakan.
Itulah gambaran kecil mengenai perpustakaan tersembunyi. Sebuah perpustakaan yang gelap kecil dan angker. Bagi sebagian orang, mungkin. Tapi tidak bagi mereka berdua. Bagi mereka tempat ini adalah tempat kesukaan mereka. Mungkin benar mencari informasi di internet jauh lebih cepat. Namun banyak bias dan fitnah disana.
Saat ini mereka berdua sedang berdiskusi hangat.
"Lalu, bagaimana dengan puasa?"
Tampak seorang gadis sedang berpikir, itu Tasya. "Ehm, bagaimana ya. Ini cukup unik, bukankah itu merupakan kegiatan tentang pengendalian diri. Mudahnya, bagi pemula penahanan diri masih berupa menahan lapar, dan haus. Jelas Abdi?"
Abdi mengangguk.
Tasya mengangguk balik. "Penahanan diri tingkat menengah adalah menahan, ehem...sex.: Tasya mengucapkan kata sex dengan wajah memanas dan menutup mulutnya dengan tangan.
Abdi cuma menggeleng. "Ok, lanjut." seolah tidak ada masalah dengan sikap Tasya.
"Baiklah, penahanan tingkat lanjut adalah pengendalian emosi. Oh, ini bagian yang aku suka. Coba saja kalau para pihak yang berebut pengaruh tiga agama itu tahu tentang makna puasa, tentunya mereka tidak akan berebut. Tapi sebenarnya mereka tahu itu. Namun ambisi dan keserakahan mereka akan apapun yang membuat keadaan makin memburuk tiap hari. Jelas, Abdi?"
Abdi mengangguk. "Berarti puasa itu tentang niatnya, tentang pengendalian diri, atau masih ada yang lain?"
Ini dia yang Tasya suka. Diskusi dengan Abdi membuat Tasya bergairah. Ok wajahku, jangan memanas, kumohon. "Sederhananya begitu. Niat dan pengendalian diri berhubungan dengan kondisi kejiwaan. Namun sepertinya puasa juga berfungsi sebagai regenerasi sel dan juga bisa berfungsi menjadi detoxifikasi."
Abdi mengangguk. "Jadi masih ada hubungan dengan prana ya." Abdi bergumam sendiri.
"Secara tidak langsung sih, iya. Memangnya ada apa sih, cari info seaneh ini?"
"Itu R-A-H-A-S-I-A. Jadi ya, rahasia. abdi menyeringai usil. Dan dia benar-benar tidak ingin bercerita. Mencari keterangan antara puasa dan espher saja sudah dibilang aneh, apalagi, kalau gadis itu tahu tentang angel dan among. Gadis itu bakal bilang apa.
Tasya mengerang kesal. "Kau curang."
"Terserah saja." Abdi mencoba tidak peduli.
Ternyata pilihan untuk tidak peduli adalah pilihan yang salah. Sangat-sangat salah. Karena reaksi lanjutanya adalah, Tasya mengerutkan dahi, menautkan alis, mengerucutkan bibir, dan menggembungkan pipi. Sepertinya wajah itu terkumpul disatu tempat.
Abdi terkesiap. Tasya yang merajuk lebih bencana dari gempa haiti yang meluluh lantahkan negara itu.
Tasya melipat tanganya dan berpaling dari Abdi.
"Eh, hei, ayolah, jangan marah." Abdi berusaha agar Tasya mau berhenti merajuk.
"Siapa juga yang marah." Diucapkan dengan nada ketus, berpaling dari lawan bicara dan dia bilang tidak marah. Rasanya ingin mencubit pipi Tasya yang menggembung itu. Gemas saja rasanya, tapi itu tentu saja hanya ada di angan-angan. Bagaimanapun juga, Tasya adalah wali kelasnya. Paling tidak dengan penampilan seperti ini.
*kriuuuk.
Suara perut. Suara perut lapar. Perut siapa itu. Sejenak suasana menjadi hening. Tidak ada yang ingin memulai bicara. Mereka masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fana
FantezieAkulah Sang Pencipta Aku juga mengasihi dan menyayangi ciptaanku , tapi jangan lupa bahwa "itu" juga asma-Ku. Abdi, seorang pemuda biasa saja di sekolahnya berteman dengan Tiara salah satu gadis yang tidak hanya cantik tapi juga pintar. Walaupun Ab...