"Aku tidak tahu pasti jika perkataanku tadi bisa menahanmu. Walau aku sangat membutuhkanmu. Tapi, semua terserah padamu."
"Bodoh!"
"Ma..maksudnya!?"
"Kau bodoh, apa yang kau pikirkan. Aku ini angel-mu. Tentu saja aku harus menuruti semua keinginanmu. Kau memiliki kepatuhan mutlak dariku. Apa kau lupa?"
"Terima kasih, angel"
"Kembali kasih, among."
Itu sebuah percakapan kecil lewat telepati antara Abdi dan angel-nya, Saravi. Sesaat setelah Abdi memberikan kuliah tujuh menit kepada Tiran.
Sumpah demi apapun, Abdi tak ingin lagi merasakan pahitnya ditinggalkan. Cukup orang tuanya, jangan Saravi juga. Walaupun, pada akhirnya Abdi tetap saja Abdi membiarkan Saravi untuk memilih. Saravi dapat merasakan getaran getaran getir yang disimpan rapat rapat dari Abdi, among-nya.
Sebenarnya, Abdi bertaruh untuk kondisi saat itu. Bisa saja Saravi membelot darinya. Walaupun itu tidak terjadi. Sepertinya Abdi sangat mempercayai Saravi.
Setelah percakapan lewat telepati itu, Saravi berjalan kearah Abdi dan berdiri disana menghadap Tiran. Sedangkan Tiran, dia tidak heran, tidak juga kecewa. Sepertinya dia sudah mengira jika itu akan terjadi.
Terlebih saat Saravi angkat suara.
"Pertemuan kita berikutnya, itu saat kita berada pada sisi yang berlawanan."Setelah mendengar pernyataan Saravi, Tiran paham walau dengan berat hati. Tiran pun bergerak mundur. Puluhan pasukan monsternya pun mengikutinya. Mereka semua masuk dan menghilang kedalam portal.
Abdi dan Saravi dapat bernafas lega. Himpitan intimidasi yang diciptakan Tiran dan anak buahnya membuat udara yang mereka hirup terasa seperti besi ribuan ton, berat. Dan sekarang mereka terbebas dari himpitan itu.
Pernyataan Saravi tersebut beresiko tinggi. Bisa saja Tiran tidak terima dan menyerang. Sepertinya pertempuran melawan Tiran dan pasukanya sendirian adalah gagasan yang buruk.
Terlebih lagi, mereka sudah melupakan satu fakta penting. Bahwa daya tahan tubuh Abdi di alam jeda ada batasanya. Espher yang melimpah tidak berbanding lurus dengan daya tahan tubuh di alam jeda. Kematangan espherlah yang berpengaruh.
Benar saja, Abdi jatuh terduduk, tubuhnya gemetar. Sepertinya dia merasakan sakit yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Bagaimana tidak, waktu itu Abdi merasakan tubuhnya terurai perlahan secara hidup-hidup, mengerikan. Penyiksaan baru berakhir tatkala Saravi mencium bibir Abdi, mengembalikanya ke alam fana.
Sesampainya di rumah, Saravi membawa Abdi ke kamarnya, membaringkanya disana, diatas ranjang.
Sebelum Saravi keluar, Abdi berpesan.
"Jangan ganggu aku sampai pagi lusa."Saravi tidak bisa berkata apa-apa selain mengiyakan. Gadis itu paham, itulah cara satu-satunya bagi Abdi untuk memulihkan diri.
Tapi itu kemarin. Sekarang Abdi telah keluar dari kamarnya. Terlihat cerah dan usil seperti biasa. Bahkan mereka berdua masuk sekolah bersama hari ini.
Jangan tertipu. Cerah yang menipu. Sayangnya, Abdi tidak bisa menipu Saravi. Tidak sejak mereka terjalin satu dengan yang lain lewat benang espher.
Benang itu sedikit banyak memberikan beberapa informasi tentang Abdi. Dan informasi pagi ini adalah Abdi tidak baik-baik saja. Setidaknya, belum. Kondisi fisik dan mental Abdi belum pulih.
Terkadang Saravi merasa sangat jahat karena melibatkan pria sebaik Abdi terseret masuk dalam urusanya. Bisa saja Saravi menyelamatkan Abdi dari alam jeda dengan cara lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fana
FantasyAkulah Sang Pencipta Aku juga mengasihi dan menyayangi ciptaanku , tapi jangan lupa bahwa "itu" juga asma-Ku. Abdi, seorang pemuda biasa saja di sekolahnya berteman dengan Tiara salah satu gadis yang tidak hanya cantik tapi juga pintar. Walaupun Ab...