*Ahn!
Suara Saravi mendesah penuh dengan gairah kenikmatan. Ada sebuah gelengar yang dia rasakan merayap, menjalar, menggerayangi seluruh tubuhnya.
Kabar baiknya, Abdi telah memukulkan cemeti ke tubuhnya. Yang itu berarti, semua status dasar sang angel naik berpangkat dua, atau tiga.
Sebuah dukungan yang besar.
Kabar buruknya, coba lihat sekitar tempat ini. Sangat berantakan. Bongkahan puing-puing segala ukuran berserakan, dan bertebaran di segala penjuru gedung opera. Belum cukup, banyak dari reruntuhan itu melayang, dan mengambang kaku tanpa gerak.
Belum lagi para mayat yang berserakan di lantai gedung. Ada satu mayat yang sedang tertelungkup dengankepala berbalik dan mata melotot. Di sebelah, satu bongkahan besar menghantam kepala mayat dibawahnya hingga pecah. Lihat saja, cipratan darah, atau buraian putih organ dalam kepala.
Di ujung sebelah kanan, sebuah mayat tampak terlentang, tubuhnya hanya ada bagian atasnya saja. Bagian bawahnya, telah remuk tak berbentuk. Dua pilar besar penyangga gedung menghancurkanya. Jangan ditanya lagi banyaknya cipratan darah, atau buraian isi perut. Sungguh banyak, sangat banyak. Mayat-mayat mati mengenaskan di tempat itu.
Tempat naas laksana kuburan massal.
Dari para mayat itu, keluarlah nyawa, dan jiwa mereka secara bersamaan. Portal-portal terbuka diatasnya, menghisap seperti mesin penyedot debu, sebelum memuntahkan kembali para jiwa ke alam jeda. Ya, hanya jiwa yang dimuntahkan kembali. Sedangkan untuk nyawa, mereka menyebrang menuju dimensi lain, alam N.
Disana, nyawa-nyawa itu punya urusan lain. Urusan sesungguhnya adalah para jiwa di alam jeda ini. Sebenarnya alam jeda itu baik-baik saja jika para jiwa itu tidak berulah, saling menyerang, berubah perlahan menjadi monster, saling membunuh, dan memakan secara kanibal monster yang telah dikalahkan. Itu karena para jiwa memang penghuni di alam jeda.
Jumlah jiwa yang berubah menjadi Mymirdon makin bertambah. Keadaan saling memburu semakin luas. Namun, makin lama makin mengerucut. Siapa yang alpha, siapa yang omega sudah dapat diketahui. Beberapa sosok dominan Mymirdon sudah terlihat saat monster itu berhasil melahap espher-espher dari para monster serupa yang berhasil dibunuh.
Di tengah sengitnya pertarungan, beberapa sosok berbeda ada di tempat itu. Satu sosok, berkalung coker jingga dengan bandul kristal biru. Dia sedang memperhatikan peternakan monster Mymirdon tanpa berniat ikut campur. Selain itu, tatapanya juga tertuju kepada sosok Saravi, dan Abdi.
Satu berikutnya, sosok dengan kalung coker hijau, berbandul kristal merah. Berada di lorong lingkar luar. Menghajar para monster, sembari mengendap. Apapun, asal sosok kristal biru, dan Saravi bisa dia awasi tanpa ketahuan.
Sedangkan Saravi, bersama sang among dibelakangnya, merangsek maju, menuju hall pertunjukan utama.
"Abdi, benarkah pusat tekanan yang kau rasakan ada di ruang ini."
Saravi mulai berdiri.Seekor monster tadi menabrakan diri kearahnya. Sang angel jatuh terjengkal kebelakang. Namun, tubuh Saravi urung menyentuh tanah. Dia melayang hanya beberapa inchi dari permukaan lantai.
Dengan sigap sang angel meletupkan soil di kedua kaki, dan menjejak monster itu.
"Ya, menurut apa yang aku rasakan, pusat tekanan ada di tempat ini."
Abdi menatap lurus ke depan.Menata pergerakan para jiwa, monster, dan pergerakan yang ada di dalam hall. Sebelum berpindah menatap sang angel.
Saravi disana, sedang melesat, mengejar monster yang telah dipentalkan olehnya. Mymirdon itu tidak kuasa mengendalikan tubuhnya. Masih sulit dalam bergerak, Saravi berhasil menyusul. Sayap vermillion itu terkembang lebar, indah sempurna, dan terbang sangat rendah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fana
FantasiAkulah Sang Pencipta Aku juga mengasihi dan menyayangi ciptaanku , tapi jangan lupa bahwa "itu" juga asma-Ku. Abdi, seorang pemuda biasa saja di sekolahnya berteman dengan Tiara salah satu gadis yang tidak hanya cantik tapi juga pintar. Walaupun Ab...