Indira - 10

19.3K 1.9K 46
                                    

Indira mengusap kening Gisel. Gadis kecil itu baru saja tertidur setelah Indira membacakannya 2 judul cerita anak-anak. Sekarang hampir jam sebelas malam, Indira hampir menyerah membuatnya tidur, namun ketika cerita ke-dua selesai Gisel akhirnya memejamkan mata dan tidur. Gisel anak yang sangat bersemangat. Indira senang perceraian Juan dan Viona tidak membawa dampak buruk kepadanya. Hanya sekali Gisel mencari Viona. Ketika Juan mengatakan Viona tidak tinggal serumah lagi dengannya, Gisel tidak merasa kehilangan dan tidak bertanya lagi. Karena memang sebelumnya pun Viona tidak peduli padanya. Viona mengadopsinya hanya untuk dijadikan pajangan. Viona tidak mau punya anak sehingga ia mengadopsinya.

Indira menaikkan selimut hingga ke bawah leher Gisel. Untuk beberapa saat ia menatap anak itu. Gisel anak berwajah manis dan baik. Jika ia mempunyai anak perempuan, ia ingin yang seperti Gisel. Rasanya pasti luar biasa. Apalagi jika anak itu adalah anak Juan bersamanya. Pasti akan mirip dengan Juan. Atau mirip dengannya sendiri? Indira tersenyum. Juan pasti sangat menyayanginya. Sayang sekarang ia meminum pil. Setelah menikah ia akan mendiskusikannya dengan Juan. Semoga Juan tidak menunda-nunda memiliki anak.

Setelah mengecup kening Gisel, ia keluar dari kamar. Ia mengunci pintu dengan pelan. Ketika berbalik ia melihat Juan baru pulang.

Indira menatap Juan, merasakan luapan sayang di hatinya. Perasaan itu berkembang dengan cepat dalam kebersamaan mereka selama berbulan-bulan. Indira sudah jatuh dalam pesona Juan sejak pertemuan pertama mereka. Juan yang tampan dan berkharisma mampu meluluhlantakkan setiap pertahanan Indira.

Tatapan Juan tidak ramah waktu itu, bahkan terkesan sinis dan dingin, menelusuri keseluruhan tubuhnya dari balik gaun sutra sederhananya. Tatapan tersebut seolah menelanjanginya, membuat Indira bergetar dengan sensasi berbahaya. Apalagi itu adalah pertemuan pertamanya dengan Juan. Dan sekarangpun, Indira larut dalam pesona pria itu.

Pakaian Juan tidak serapi tadi pagi, ketika Indira membantunya berpakaian. Jasnya sudah tidak ada lagi, kemeja pria itu digulung hingga siku dan dua kancing teratasnya terbuka. Rambut Juan berantakan seolah seharian ini jari-jarinya bekerja keras menghancurkan tatanan rambut itu. Juan tidak tersenyum, wajah pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun. Rahang tegasnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus memperlihatkan pria seperti apa dia itu, keras dan berkuasa. Kepercayaan diri yang ada padanya membuatnya berbahaya dan semakin memikat.

"Gisel sudah tidur?" Juan menghampiri Indira setelah meletakkan tas kerjanya di sofa.

Indira mengangguk. "Baru saja. Dia nggak bisa tidur, aku sampai harus membacakan dua cerita dalam satu malam." Ia tersenyum mendekati Juan. "Lembur?" Tangannya naik memegang leher Juan, kemudian ke rahangnya, merasakan kulit yang tidak mulus itu. Meski terlihat lelah Juan tetap tampan.

Juan memeluk pinggang Indira, meraup tubuh lembut itu padanya. Juan menyentuh pipi Indira, memiringkannya sedikit lalu menciumnya.

Indira memejamkan mata, menyambut sentuhan tersebut. Membuka bibirnya ketika lidah Juan menggodanya. Juan menghisap bibir bawah Indira, menyusupkan lidahnya dalam tarian lihai yang tak mungkin sanggup ditolak Indira. Juan terlalu matang dalam mengaduk-aduk gairahnya.

Tangan Juan membelai pinggang Indira, turun ke bokong wanita itu dan meremasnya. Gaun tidur Indira yang tipis membuat belaian tersebut terasa seperti langsung menyentuh kulitnya.

Juan mengerang di mulut Indira, semakin menarik Indira sampai menempel dengannya. Indira melenguh merasakan milik Juan yang mengeras menekan perutnya. Indira mabuk akan hasratnya sendiri.

"Juan," serunya parau, terengah-engah.

Juan mengusap setiap bagian tubuh Indira, ketika tiba di payudaranya Juan meremasnya sedikit kasar.

Indira (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang