Indira berjalan memasuki gerbang dengan kardus tempat barang-barangnya di tangan. Ia masih tidak habis pikir kenapa Juan mesti memecatnya. Indira bekerja dengan baik, dan merupakan karyawan yang rajin. Juan seharusnya tidak membuang karyawan sepertinya.
Indira mendumel dalam hati. Juan tidak berada di kantor ketika Indira bertanya pada asisten pria itu, Juan ada rapat dengan klien. Atau itu hanya alasan Juan untuk menghindarinya? Indira menghela napas, mengangkat sedikit kardus tersebut di perutnya.
Barang-barangnya tidak banyak, dan sebenarnya Indira takkan membawa semuanya jika semua barang itu belum terkumpul. Indira tidak punya uang membeli hiasan mahal. Di atas mejanya hanya ada pot bunga kecil hadiah dari Kirana, 2 bingkai foto---yang pertama fotonya dengan Kirana dan ibunya sedangkan yang kedua fotonya sendiri. Meski sekarang orang kantor sudah banyak yang tahu hubungannya dengan Juan, Indira belum berani menghumbar-humbar hubungan tersebut. Ada juga gelas bertangkai yang biasa digunakannya untuk minum kopi, bahkan sendalnya yang ada di sana juga sudah dimasukkan ke kardus. Juan jelas telah memilih seseorang yang kompeten dalam hal bungkus-membungkus barang, mungkin Siska yang disuruh Juan melakukannya.
Indira mendorong pintu terbuka dengan bahunya. Hanya ada pembantu yang sedang berkutat di dapur.
"Sudah pulang, Non," pelayan tersebut sedikit terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba, pasalnya Indira baru saja pergi ke kantor.
Indira hanya tersenyum, dia membawa kardusnya ke kamar. Kardus itu dilemparkannya ke atas nakas, untuk sesaat menatap kotak berisi barang-barangnya itu. Indira menghela napas. Sekarang apa yang akan dilakukannya.
Indira menyukai pekerjaannya. Walaupun gajinya tidak seberapa karena dia hanya karyawan biasa, namun Indira nyaman bekerja di sana. Sekarang, saat dia sudah tidak punya pekerjaan lagi, dari mana dia mendapat uang tambahan? Indira menjatuhkan punggungnya ke tempat tidur, melipat kedua tangan di atas perut, ia menatap langit-langit kamar.
Besok ibunya harus cuci darah lagi, Indira suda mengirim uang untuk biayanya. Cuci darah terus sebenarnya tidak baik, akan jauh lebih bagus jika dilakukan tlansplantasi ginjal. Tapi Indira belum punya cukup uang, dan sekarang ia dipecat. Indira ingin meratap.
Indira memejamkan mata, tidur mungkin bisa mengurangi sedikit kegalauannya. Ibunya yang sakit, adiknya butuh biaya untuk sekolah, Juan yang memiliki sifat cemburu akut, pekerjaan yang hilang, Indira butuh jalan keluar untuk masalahnya yang bermacam-macam.
Baru saja Indira memejamkan mata saat terdengar suara Juan di luar kamar. Indira menarik badannya duduk, menunggu Juan masuk ke kamar. Indira sudah menyiapkan rentetan kalimat yang akan dikatakannya pada Juan. Ia akan memaksa Juan membatalkan pemecatannya. Jika amarahnya tidak mengubah pendirian Juan, ia akan memohon. Apapun agar pekerjaannya kembali.
Kenapa Juan pulang lagi? Indira bertanya-tanya di dalam hati.
Tangannya saling meremas, Juan belum masuk juga. Menit bertambah, membuat Indira tidak sabar. Kemudian terdengar suara mobil meninggalkan halaman. Indira berlari keluar dari kamar, ia melihat mobil Juan sudah pergi.
Indira pergi ke dapur. Juan tadi bicara dengan pelayan, Indira perlu tahu kenapa Juan pulang dan pergi tiba-tiba.
"Bapak tadi cuma menanyakan apakah Non sudah pulang atau belum," kata pelayan itu begitu Indira bertanya apa yang dikatakan Juan. "Saya bilang Non di kamar, terus Bapak pergi lagi."
"Bapak nggak ada bilang apa-apa lagi?"
"Ngak ada, Non."
Indira kembali ke kamar dengan rasa kesal. Juan bahkan tahu ia di kamar dan tidak mau bertemu dengannya barang sebentar saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indira (Playstore)
RomanceNote: akan dihapus satu munggu setelah tamat, jadi sebaiknya kamu baca sekarang. Jangan bilang aku belum ingatin ya... ______________________ Novel dewasa Setelah ayahnya meninggal, Indira menjadi satu-satunya orang yang bertanggung jawab untuk adik...