Indira tetap murung, bahkan setelah tiga malam menginap di hotel mewah dan segala usaha Juan memperbaiki suasana wanita tersebut. Segala cara yang Juan tahu telah ia lakukan, berusaha mengetahui apa yang terjadi pada istrinya, namun Indira seolah menjauh darinya, sehalus mungkin menghindari tatapannya. Juan frustasi, bingung sekaligus marah. Marah dengan situasi yang terjadi.
Indira minta pulang ke rumah. Juan yang tak memiliki daya lagi menuruti permintaan itu. Ia berharap dengan kembali ke rumah Indira bisa lebih nyaman, dan tidak bersikap aneh lagi. Tapi ternyata tidak, Indira masih cuek dan seakan menarik diri.
"Bunda udah pulang..." Gisel berlari kecil menghampirinya, dipeluknya pinggang Indira seraya mendengak. "Gisel rindu."
Indira mengusap puncak kepala anak itu, tersenyum hangat padanya. "Kenapa belum tidur?" Saat ini sudah jam sepuluh malam. Juan berdiri di belakang dengan kesal serta koper di tangannya. Bagaimana tidak kesal? Hampir tengah malam Indira minta pulang, dia sudah hampir tertidur ketika Indira mengguncang bahunya dan dengan santai bilang. "Juan, pulang, yuk." Dan di sinilah mereka sekarang.
"Tadi Gisel udah mau bobo, tapi dengar mobil Papa jadi bangun Lagi," katanya beralasan. Dewi keluar dari kamar Gisel dengan perasaan bersalah. "Bunda nggak pergi-pergi lagi, kan?" tanyanya, kemudian dia berbisik. "Tante Dewi galak kalau Bunda sama Papa nggak di rumah."
Indira tidak percaya sedikitpun tapi dia tidak mengatakannya. "Iya, Bunda nggak pergi-pergi lagi, sayang. Sekarang sudah malam, kamu tidur ya. Besok, kan, harus sekolah." Ia mengangguk ke arah Dewi. Dewi memegang tangan Gisel, menggendongnya ke kamar.
Sedikit lagi dia tiba di pintu Gisel berteriak. "Gisel sayang Bunda."
"Bunda juga," ujarnya tapi Gisel tak bisa mendengarnya karena sudah berada di kamar.
Juan mendekat. "Ayo, kamu juga harus istirahat." Juan mengarahkannya ke kamar. Tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Juan Indira naik ke tempat tidur, menarik selimut hingga ke ujung kepala lalu memejamkan mata.
Juan yang tengah meletakkan koper ke sudut ruangan menghela napas melihat sikap aneh Indira. Ia tidak merasa melakukan kesalahan. Seandainya ada ia tidak ingat, dan jika ada seharusnya Indira membicarakannya bukan malah merajuk seperti sekarang.
"Sebenarnya ada apa?" Juan tidak tahan lagi. "Kamu hampir tidak bicara denganku sejak pernikahan kita. Kamu mengabaikanku, Indira. Kamu menyesal menikah denganku?" Itulah satu-satunya yang dipikirkan Juan yang menjadi alasan kemurungan Indira. Sebelum pernikahan Indira baik-baik saja, perubahan hatinya berubah sejak mereka mengikat diri satu-sama lain. Mungkinkah Indira tidak bahagia seperti yang ia rasakan?
Indira diam, pura-pura tidur, ia mengatur napasnya seteratur mungkin. Sebut dirinya pengecut, tidak punya hati, terserah. Indira tidak peduli, ia begitu marah pada Juan karena menyembunyikan sesuatu darinya. Juan sudah tidak jujur. Yang paling parah mungkin Juan sudah...selingkuh.
"Aku tahu kamu belum tidur, Ra." Juan duduk di sampingnya, melipat tangan di pangkuan, menatap ke tangan yang terlipat itu. "Kalau aku melakukan sesuatu yang kamu tidak suka kamu harus bilang. Kita bicarakan bersama, kalau aku salah aku minta maaf. Jangan seperti ini! Kita baru menikah dan sudah bertengkar, bukan pernikahan seperti ini yang ingin kujalani denganmu."
"Aku juga! Aku ingin kejujuran, bukan kepura-puraan." Hati Indira menjerit. Ia tetap diam, menunggu kata-kata Juan selanjutnya.
"Sebelum menikah kamu tidak pernah 'menolakku', tapi sekarang aku seolah akan memperkosamu kalau tanganku sedikit saja menyentuhmu. Aku belum mendapat hakku sebagai suami, Indira. Tolong jangan diam terus." Juan melirik selimut yang menutupi seluruh tubuh Indira, ia tak menemukan tanda-tanda wanita itu menyerah, ia menatap langit-langit dan menghitung sampai sepuluh. "Aku akan tidur di kamar sebelah. Kalau perutmu kenapa-napa ketuk saja aku pasti langsung bangun." Juan berdiri dan menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indira (Playstore)
RomanceNote: akan dihapus satu munggu setelah tamat, jadi sebaiknya kamu baca sekarang. Jangan bilang aku belum ingatin ya... ______________________ Novel dewasa Setelah ayahnya meninggal, Indira menjadi satu-satunya orang yang bertanggung jawab untuk adik...