Indira - 16

17.6K 2.3K 61
                                    

Bukannya segera bersiap-siap ke rumah sakit, Indira dan Juan malah menyempatkan diri berciuman dan berpelukan di atas tempat tidur. Tidak tahu siapa yang pertama kali mencium, namun saat ini keduanya saling melumat, melumat, meraup apapun yang bisa dirasakan.

Indira berada di atas dada Juan, dengan mulut terbuka, bibirnya merekah dalam setiap hisapan yang Juan berikan. Ia melenguh, terengah dan merintih, bahkan Juan hanya menciumnya.

Juan mendorong Indira telentang, menindihnya dengan badan besarnya, Indira bagai kelopak bunga yang rapuh dan mungil di bawah kungkungan lengannya yang kuat. Untuk sejenak mereka saling menatap, Juan melihat bibir Indira yang merah dan bengkak. Semua itu karena dirinya, dan Juan menyukainya.

Wajah Indira oval, dengan hidung mungil, mata bulat yang dikelilingi bulu mata lentik. Alisnya tebal, dan Indira memiliki bibir paling seksi dan paling lembut yang pernah Juan rasakan. Bibir Indira merah muda, tidak diperlukan lipstik untuk membuat bibir tersebut menarik. Indira dianugerahi tubuh luar biasa menggoda. Payudaranya bulat dan sekal, memang tidak besar tapi akan mengundang tatapan nafsu dari kaum adam dan lirikan iri dari para wanita---karena itulah Indira jarang mengenakan pakaian pas badan. Pinggulnya adalah hal yang pertamakali membuat Juan menatapnya---bisa dibilang terus memperhatikannya---ketika pertama kali bertemu. Perpaduan antara payudara bulat, pinggang kecil dan pinggul sempurna, Indira adalah pemandangan bagus untuk mata para lelaki. Tak jarang ia harus menjauh dari pria-pria yang terus mendekatinya. Itu sebelum ia bertemu Juan. Setelah Juan bersamanya, yang sebelumnya melirik padanya mulai menjaga jarak. Entah takut pada Juan atau merasa kalah jika bersaing dengan Juan.

Tapi lebih dari semua itu, senyum Indira lah yang membuat Juan terpikat seketika. Seolah dia tahu, saat itu juga, ia ingin bersamanya, memilikinya untuk dirinya sendiri. Dan memang itulah yang Juan lakukan di malam pertama mereka bertemu.

Saat ini, senyum memikat itu terlukis di bibir Indira. Menghipnotis Juan untuk ke sekian kalinya, senyum itu menular. Juan menyentuh Pipi Indira, merasakan lembutnya kulit itu. Indira menelengkan kepala, bersandar pada sentuhan Juan, namun tatapannya tak meninggalkan pria tersebut.

"Kamu cantik sekali," kata Juan dengan nada suara serak. Indira rapuh tapi tak mudah menyerah, tinggi tubuhnya tak lebih dari 160cm tapi ia menyimpan kekuatan yang orang lain tidak tahu. Indira mungkin menangis namun ia tak mudah kalah, ia sanggup berjuang hingga titik terakhir kekuatannya. Ia mencintai dengan tulus, menyayangi dari dalam hatinya yang terdalam. Ia nyaris sempurna.

"Ini hanya sebuah wajah," ia berujar. "Yang akan keriput jika aku bertambah tua."

"Aku tahu." Seru Juan. "Kita semua begitu."

"Juan?" Indira menikmati posisi mereka saat ini. Juan berada di atasnya, menyalurkan kehangatan dari tubuhnya, Indira merasa tenang. Juan berbau enak, Indira ingin mengendusnya tapi takut Juan menertawakannya. Juan bertumpu pada satu siku sementara tangannya yang lain membelai wajahnya dengan sapuan lembut. "Aku sering bertanya-tanya, kenapa aku? Kenapa kamu memilihku padahal banyak perempuan lain yang lebih daripada aku. Aku hanya gadis biasa dari keluarga yang sangat biasa. Jadi kenapa harus aku?"

Juan menatap Indira, tidak menghentikan sentuhannya. "Aku tidak tahu. Aku sendiri memiliki pertanyaan yang sama sepertimu. Kalau hatiku bisa bicara, mungkin dia akan menjawabnya. Dia lah yang menginginkanmu, merindukanmu, mencemaskanmu. Dia tidak tahan jauh darimu, tidak tahan melihatmu bersama yang lain. Hatiku pencemburu, dia membuatku gila. Aku mungkin bisa mengendalikan kakiku, tanganku, mataku, pikiranku. Tapi tidak hatiku." Juan tiba-tiba tertawa. "Bahkan sekarang dia membuatku mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti."

Mata Indira berkaca-kaca, detik berikutnya tetesan air hangat itu mengaliri sudut matanya dan jatuh di bantal.

"Dan sekarang aku membuatmu menangis," Juan mengusap air mata Indira, mencium kelopak mata itu. "Jangan."

Indira (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang