2. MOS

362 94 15
                                    

Pagi ini adalah hari pertama gue masuk SMA, sebenarnya gue males banget buat berangkat, karena apa? Karena hari ini merupakan Masa Orientasi Siswa dan feeling gue sudah menduga kalo nanti gue bakalan disuruh-suruh kayak babu oleh Kakak Kelas Osis yang berlagak sok kesenioritasan. Kejadian itu memang selalu turun temurun seperti sengaja digunakan sebagai ajang balas dendam atas apa yang pernah mereka alami ketika masih menjadi murid junior.

"Siskaa... udah siang, cepetan berangkat!" teriak Mama dari ruang tengah.

"Iya Ma.. bentar." sahut gue yang sedang menyisir rambut, setelah selesai siap-siap gue keluar kamar dan menuruni satu persatu anak tangga.

Gue menghampiri Mama dan pamit berangkat sekolah bersama Pak Juned yang biasa jadi tukang antar pergi pulang.

Sesampainya di sekolah seperti biasa gue selalu berangkat pas-pasan, pas gue masuk gerbang---bel pun berbunyi, itu sudah menjadi kebiasaan murni gue sejak SMP.

Boro-boro gue berangkat pagi, hanya telat 15 menit aja udah alhamdulillah.

"Cepetan Dek, udah bel bentar lagi kumpul di lapangan." teriak Kakak kelas Osis.

Semua anak yang baru datang--masih mengenakan seragam SMP segera berlari menuju lapangan, menuruti perintah orang tersebut.

Mereka berkoar-koar, memekakkan telinga. Dan tentunya gue males buat ngikutin perintahnya. Ini yang paling bikin gue sebal jadi anak baru.

"Heh, malah lelet aja lo. Cepetan!" teriak seorang cewek di depan gue.

Dia nyuruh siapa ya? Bodo amat.

"Lo denger gak? Cepetan, yang lain udah pada ngumpul." Dia mendorong tubuh gue secara paksa. Siapa yang tidak merasa jengkel diperlakukan seperti ini? Bahkan kambing yang terpaksa diseret-seret pun merasa berontak, marah.

Gue meliriknya dengan tajam dan melihat sekilas badge name-nya. Tertera nama 'Sefiana' disana.

"Gak usah nyolot." sinis gue kemudian berlalu menuju lapangan.

Gue menyesuaikan diri dibarisan paling belakang. Terik panas matahari menyengat kulit. Haus, gerah, sumpek, itu yang gue rasakan namun gue masih bisa menahannya.

Apa sih manfaat jemur anak-anak di lapangan? emang gue ikan asin apa? Hampir 25 menitan kami berkumpul dan digelandang ditengah lapangan.

"Hallooo.. udah capek?" sapa seorang cowok di depan barisan.

"Sudah kak.." jawab anak-anak serempak.

"Kali ini bakalan ada suatu permainan, dalam satu regu ada 10 orang. Berbaris deret ke belakang, anak yang paling depan ambil air di ember lalu tuangkan ke botol yang dibawa anak dibelakangnya tapi gak boleh noleh sedikitpun, lakukan seperti itu seterusnya sampai air di ember habis, sambil tiruin suara kucing. Kalau ada regu yang selesai duluan, itulah yang pemenangnya. Nanti diberi hadiah. Oke?" jelas cowok itu.

Apa? Setelah capek panas-panasan begini, terus disuruh lomba per regu?

"Gue bukan boneka, keles!" pekik gue dalam hati.

Tiap regu ditentukan oleh anggota osis. Gue berada di regu yang sama sekali gue gak kenal semuanya.

"Hai, nama lo siapa?" sapa seorang cewek yang juga masih mengenakan seragam biru putih seperti gue, kini dia berdiri disamping gue.

SISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang