12. Simbiosis Mutualisme

120 61 6
                                    

~00~

_____

Gara-gara tidak mengerjakan tugas logaritma dari Bu Dayu hari jumat itu gue diberi tugas khusus tambahan apalagi setelah insiden tidur di pojok baca, membuat Bu Dayu semakin menggila memberi tugas ke gue dengan seenak jidatnya.

Bu Dayu menyuruh gue untuk mengerjakan lima belas soal logaritma sebanyak tiga rangkap jawaban, kalau ada yang salah ditambah lagi menjadi enam rangkap, coba bayangin kalau jawaban gue salah terus. Bisa mati permanen gue. Sepulang sekolah tugas itu harus segera selesai dan dikumpulkan tepat waktu sebelum jam empat sore, kalau terlambat barang satu menit, Bu Dayu tidak akan menerima hasil jawaban gue dan mengganti dengan soal-soal baru. Parah emang. Dia pikir otak sama tangan gue jelmaan robot masa depan mungkin.

Setelah bel pulang berbunyi, gue langsung menuju perpustakaan, disaat teman-teman yang lain bubar pulang, cuma gue yang dikasih tugas tambahan. Gue sudah memberitahu pada pak juned kalau gue bakal pulang agak terlambat. Tadi gue juga sempat meminta Shafira untuk membantu mengerjakan tugas ini, namun katanya dia ada urusan dengan tantenya yang datang dari Bogor hari sabtu waktu itu.

Baru masuk ruangan perpustakaan aja kepala gue udah puyeng, padahal gue belum menyentuh buku apalagi membaca buku sama sekali. Ruangan ini berisi udara beraroma buku yang bikin perut gue mual. Gue memilih duduk di kursi dekat jendela yang agak jauh dari rak-rak buku.

Gue menghembuskan napas kasar, mendumel segala unek-unek negatif tentang Bu Dayu. Salah apa gue kok sampai bisa punya guru kayak gitu, apalagi sang wali kelas gue itu, jangan ditanya lagi. Dia udah atasannya dari segala atasan X MIPA B. Gue yang notabene menjadi sesepuh kelas, hanya bertugas menasihati anak-anak yang terlalu pintar dan spanteng belajar.

Gue mulai membuka buku matematika peminatan, lah gue gak pernah nyatat. Mau cari referensi dari mana gue, terpaksa gue harus mengitari rak buku dan mencari buku paket yang sesuai.

"Habis kesambet apa lo pergi ke perpustakaan?" suara bariton itu menyelip disela gue sedang membolak-balik buku.

Gue menoleh kebelakang dan menemukan sosok Kevin disana, "Emangnya kenapa? Gak boleh?"

"Lo mau cari buku apa sih, itu buat kelas duabelas." ucapnya.

Gue mengernyit bingung, saking gak pernahnya gue ke perpustakaan membuat gue gak tau letak deretan buku kelas sepuluh. "Ngapain lo kesini?" gue mengalihkan pernyataan benar yang dilontarkan Kevin barusan.

Cowok itu mengambil satu buku, "Gue cuma mau ngambil buku sejarah buat ulangan besok."

Gue mendecih, "Rajin amat."

"Iyalah, gak kayak lo." ini memang Kevin dan sifat sombongnya. Gue cuma membalas dengan senyuman kecut.

"Sini, gue bantu cari buku yang lo pengen." tawarnya.

"Gak usah."

"Kasihan dari tadi gak nemu-nemu. Buku apa?"

"Gak usah."

"Disini gak ada buku yang namanya 'gak usah' mendingan lo cari ditempat gramedia dunia lo aja."

"Yaudah, terserah lo aja deh. Intinya buku yang ada logaritmanya." jawab gue kesal dan pegi menuju kursi dekat jendela tadi.

SISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang