23. SEMANGAT VIN

29 10 2
                                    

Kegiatan jum'at berseri minggu ini kelas sepuluh kebagian melaksanakan ngaji bareng atau yang sering dikenal sebagai rutinitas religi. Karena minggu kemarin sudah ada senam dan jadwalnya terus bergilir gonta-ganti supaya tidak bosan. Pun dengan kelas sebelas dan duabelas.

Harusnya tiap hari senin dan jumat diwajibkan bagi seluruh murid untuk berangkat lebih awal guna melaksanakan kegiatan rutin mingguan namun kebiasaan telat gue yang sukar dihilangkan membuat gue seringkali mendapat bonus teguran dari Pak Kumpul.

Seperti sekarang ini, gue kena ceramah panjang lebar dari guru yang menjabat sebagai wakasek itu.

"Anak perempuan tapi demen banget telat. Memangnya kamu gak malu sama temen cowok kamu yang berangkatnya pagi-pagi malah." cerca Pak Kumpul.

"Lha ini masih pagi kan pak? Masih jam tujuh kok." ujar gue.

"Lebih."

Gue meringis tanpa dosa, "Hehe. Iya pak maksud saya jam tujuh lewat lima belas menit."

"Kamu tau kan kalau tiap hari senin dan jumat itu paling lambat jam tujuh?" tanyanya.

"Iya, saya ngerti pak."

"Kenapa bisa telat, Siska." geramnya.

Saking seringnya gue telat, Pak Kumpul sampai hapal nama gue. Pasalnya guru tidak mungkin bisa semua murid dihapalnya. Mungkin ada beberapa anak yang memang berprestasi dan sering menyabet banyak medali atau anak yang aktif di organisasi sekolah sehingga mudah dihapal oleh para guru. Sementara gue? Hanyalah remukan rengginang yang nyempil di toples nastar.

"Tadi, pak juned supir saya mandinya kelamaan." ujar gue beralibi.

"Jangan nyalahin orang lain. Kamunya aja yang gak bisa ngatur waktu."

"Saya bisa kok pak, buktinya aja saya bisa mengatur jam di alarm ponsel saya." ujar gue yang semakin membuat Pak Kumpul naik darah.

"Bisa sopan sedikit sama gurunya tidak. Kalau saya lagi ngomong jangan ngelawan. Kamu pikir, telat itu keren? Salah besar Siska. Masa kalah sama bocah SD. Mereka anak kecil aja selalu tepat waktu berangkat sekolah. Mereka lebih patut dicontoh daripada kamu." cerca Pak Kumpul sudah seperti emak.

"Ya sudah, langsung gabung aja sama yang lain di masjid sekarang." suruhnya.

"Baik pak." ujar gue, langsung ngacir pergi menuju tempat ngaji.

Bagi mereka murid muslim akan berkumpul di masjid buat ngaji bareng, membaca surat-surat pendek atau membaca sholawat diiringi rebana oleh anak rohis selanjutnya diadakan sholat dhuha berjamaah. Sementara yang non-muslim, mereka langsung ke tempat ibadahnya masing-masing yang sudah disediakan dan dibimbing oleh guru yang bersangkutan.

Ketika gue sampai di masjid, ternyata memang sudah ramai disana. Gue bergegas wudhu dan memakai rukuh yang telah tersedia di masjid, boro-boro gue bawa sendiri dari rumah. Sholat aja jarang-jarang. Berhubung gue terlambat sehingga banyak anak yang jadi memperhatikan gue aneh. Sikap gue yang masa bodo, dengan percaya dirinya gue langsung duduk di aula masjid bagian paling belakang.

Acara pun terlaksanakan dengan lancar. Meski beberapa kali ada yang kena teguran karena ketahuan bercerita ria dengan temannya saat kegiatan berlangsung.

***

"Shaf. Ke kantin kuy." ajak gue pada Shafira.

"Bentar, gue mau narik infaq dulu." ujar Shafira.

"Oh iya, lupa. Lo kan jadi bendahara kelas." gue menepuk jidat.

SISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang