27. Siska Berantem!

21 7 1
                                    

Hai. Bertemu lagi sama cewek nyebelin.
Siap keluarkan jurus tendang onlen mu buat Siska?

***

"SISKAAA!" sebuah seruan menggelegar ke sepenjuru lorong kelas sepuluh.

Orang yang dipanggil malah santai-santai saja berjalan seolah telinganya memang benar-benar budek keterlaluan. Banyak anak yang menyorot gue dengan tatapan bingung, sementara di bawah bingkai pintu kelas ada Nina yang terlihat menahan kesal ingin mengamuk sekarang juga.

Gue sengaja berjalan dengan langkah kaki satu-satu tanpa jarak. Biar lambat. Disana Nina berkacak pinggang dengan mata yang menelisik tajam.

"Sini lo!" teriak Nina.

"Apa kuntilanak gantung?" tanya gue was-was.

"Lihat!" Nina menunjuk papan white board didalam kelas.

Gue memutar malas kedua bola mata, "Kenapa?"

"Lo kan yang gambar?!" tuduh Nina auto ngegas.

"Enggak." jawab gue malas.

"Ngaku lo. Lo kan yang buat gambar jelek itu. Salah apa gue? Salah apa gue sama lo Sis." geram Nina.

"Enggak."

"Sebenarnya lo benci kan sama gue? Punya dendam apa lo? Bilang aja."

"Enggak."

Nina menghentakkan kakinya jengkel, "Bohong."

Gue mendengkus, "Enggak. Beneran."

Nina menyeret gue masuk kedalam kelas supaya melihat dengan jelas produk gagal karya sastra itu. Terlihat gambar seorang perempuan dengan sirip dibawahnya tapi ini bukan seperti duyung melainkan seperti ekor pantat bebek. Bermata bulat, hidung besar dan mangap lebar. Disertai kepang keatas menyerupai tanduk berbentuk kalajengking menambah kesan apik pada gambar tersebut. Terlihat amat jelas kalau ada nama 'NINA' yang tercetak besar diatas gambar. Mungkin karena itu Nina marah.

Ngakunya anak SMA, tapi kelakuan masih seperti bocah SD.

"LO KAN YANG GAMBAR?!" todong Nina, melotot sebal.

Gue ngakak, "Enggak.."

"Enggak salah lagi emang." lanjut gue.

Detik itu juga Nina menggampar kepala gue lumayan kencang. Mungkin seperti itulah cara Nina melampiaskan kekesalan. Gue yang kena serangannya tiba-tiba, berusaha mencekal lengan Nina supaya berhenti.

"Tapi bagus kan? Bilang aja lo kalau sebenarnya lo itu terpana, terpesona, terkesan sama gam--"

Kali ini Nina melemparkan spidol papan tulis ke punggung gue.

Gue mengaduh kesakitan tapi tak mengurangi jumlah watt tawa gue, "Lo marah-marah terus cepet tua ntar."

Nina berdecih pelan, "Gambar lo buluk banget."

"Eh, jangan meremehkan lo. Gue itu calon pelukis internasional, kalau lo pengen tau."

Nina mencibir, "Lo itu pantesnya jadi Camat!"

"Gak tertarik." balas gue enggan.

"CALON MATI!" tegas Nina. Semua anak yang ada didalam kelas tertawa.

"Nyumpahin gue mati lo?"

"Iya. Lagian lo hidup cuma bikin orang-orang sekitar jadi naik darah melulu."

"Bodo amat."

"Maksud lo apa gambar jelek banget gini dinamain pake nama gue?!"

"Itu masih sketsa awal. Aslinya sih kalo udah jadi, beuh nanti lo gak bakal bisa kedip lihatnya."

SISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang