19. Beda dari Pertama Kali Bertemu

41 11 0
                                    

follow akun wattpad ku dulu yaa
firzariva

_______

Gue berjalan mendahului Kevin yang terpaut jarak dua meteran di belakang gue. Sikap ketidakpedulian gue memang teramat kental. Mau cowok itu tiba-tiba menghilang ditelan pohon beringin samping gudang pun gue tidak akan menyadarinya. Toh, urusan sendiri itu jadi prioritas. Gue paling gak suka menunggu, entah itu pada orang yang lebih tua atau lebih muda dari gue.

Seperti biasa, gue mengunjungi kedai langganan milik Bu Maryam. Suasana kantin perlahan mulai melengang karena beberapa kelas sudah mulai pelajaran dan hanya tersisa satu dua murid saja yang tinggal di sini. Gue mundur dua langkah seraya menarik bangku panjang kemudian mendudukinya di sebelah pinggir kanan.

"Bu Maryam, mie ayam sama es guntur ada?" ujar gue memesan.

"Es guntur itu apa neng Siska?" tanya Bu Maryam kebingungan karena tidak terbiasa dengan menu-menu aneh anak remaja.

"Itu loh, minuman yang kalau disedot bunyi kek guntur gitu." ujar gue.

"Disini gak ada es guntur, adanya mie geledek, mau?" tanya Bi Maryam.

Gue mengacungkan jempol ke udara, "Wah, jos itu kayaknya. Aku cobain deh."

Bu Maryam tertawa, selalu seperti itu ketika melihat tingkah absurd gue. Perempuan paruh baya itu terlihat mulai berkutat bersama alat-alat masak. Sementara gue bermain ponsel seraya menunggu pesanan siap.

Selang beberapa menit, tiba-tiba bangku yang berada di depan gue terlihat ditarik mundur dan diduduki oleh seseorang. "Sendirian aja?" tanyanya.

Gue mendongak, ternyata Sefiana. Sejujurnya gue malas sekali meladeni cewek semacam dia, kalau ditanggapi malah makin menjadi tetapi kalau dibiarkan saja bertambah memancing emosi.

"Gak punya temen ya? Wajarlah mereka gak ada yang mau temenan sama lo." ujar cewek itu tertawa jemawa.

Gue berusaha untuk tidak tersulut emosi yang mulai membakar jiwa gue. Menahan diri supaya tetap tenang dan memadamkan api kemarahan. Karena memang gue orangnya gampang emosian dan secara sukarela membalas hal yang sama seperti yang Kevin ucapkan tadi. Gue melirik Sefiana sekilas kemudian kembali fokus ke layar ponsel kembali.

"Secara lo tuh cewek gak guna yang nyasar ke SMA favorit, beruntung banget ya lo? Haha." ujarnya lagi.

"Kalau aja pendaftaran gak pake nilai ujian, lo pasti udah di blacklist langsung." Sefiana lagi-lagi menghina didepan gue seolah ingin lebih menjatuhkan kepercayaan diri gue.

"Kenapa? Kok diem aja, biasanya ngelawan tuh. Oh gue tau, gak ada Kevin ya? Jadinya gak ada pawang yang siap ngebela lo."

"Masih kelas sepuluh tapi udah belagu, mau dikenal banyak orang hah?" ujarnya melanjutkan.

Gue hanya diam saja menunggu berapa lama lagi cewek itu akan berhenti mengoceh.

"Dengan beraninya lo numpahin ember ke gue didepan banyak orang. Lo pikir itu keren hah?" tiba-tiba cewek itu menggebrak meja dengan tidak biasa.

Gue sontak terkejut, pun dengan Bu Maryam yang menatap kearah kita berdua. Gue menyimpan ponsel ke saku rok abu-abu kemudian menatap datar Kak Sefiana.

"Salah gue apa?" tanya gue langsung pada intinya.

Sefiana bertambah menatap gue dengan nyalang, "Dan sekarang lo tanya salah lo dimana? Banyak! Lo udah mempermalukan gue didepan semua anak, lo bikin gue dimarahin sama Kevin pas di kantin itu, dan lo bikin Kevin salah paham sama gue pas di ruang osis. Puas?"

SISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang