21. Biang Onar

33 9 0
                                    


Semenjak semua game di ponsel gue dimusnahkan oleh Bu Ernita, gue jadi sering melakukan tingkah menyebalkan bagi orang lain. Biasanya gue hanya perlu menyibukkan diri dengan bermain ponsel ditemani setoples permen sunduk teruenak se-laut pasifik. Mau download aplikasi game lagi tapi minim kuota, toh memori juga hampir penuh. Jadi sekarang ini gue hanya akan melampiaskan kebosanan gue dengan menjahili teman-teman sekelas, seperti Nina yang sekarang jadi pindah tempat duduk karena tidak betah lagi duduk didepan gue, cewek itu sekarang di bangku paling depan dekat pintu.

Sebelum bel masuk berbunyi, kelas gue sekarang memang selalu ramai, tidak seperti awal-awal MOS atau MPLS yang terkesan masih canggung satu sama lain karena memang semua orang itu butuh adaptasi lebih dulu. Saat ini suasana kelas lebih ramai dari biasanya, melebihi ramainya pasar malam malah.

Bahkan anak-anak dari kelas lain pun turut memenuhi ruangan kelas gue. Mungkin angkatan tahun ini yang paling ambyar adalah kelas X MIPA B yang terkenal dengan kehebohannya dalam segala hal.

Hari ini gue memang sengaja membawa jbl speaker untuk menyetel lagu sebelum menyambut mapel terganas yang memang selalu bikin kepala puyeng tujuh keliling lingkaran. Lagu dengan judul seperti mati lampu titisan Bang Nassar sukses membuat para pendengarnya ikut bergoyang ala penyanyi dangdut fenomenal itu.

"Siska, lagunya ganti dong. Perasaan ini terus dah yang disetel." ujar Riski dari sudut ruangan.

"Lagu Bad Liar imagine dragons aja, Sis." ujar Tian ikut menimpali.

"Bener tuh, yang versi remix." ucap Cungip.

"Ini aja lah. Lagunya santai, enak didenger." jawab gue.

"Lagunya Mbak Jeni dan kawan-kawan aja, kan keren juga tuh." ujar Sanjaya, sang ketua kelas yang terkenal dengan jiwa fanboy-nya.

"Lagu terbaru blacpink how you like that aja, seru tuh kayaknya." ucap Mitha, teman sekelas gue yang juga tergolong dalam suaka marga fangirl.

"Setuju gue lah." sahut Shafira disetujui juga dengan yang lain.

Gue mendengkus, kenapa juga dikelas gue ini banyak cewek fangirl yang jelas bukan gue banget yang notabene anti feminin. Apalagi ada juga cowok yang mewakili sebagai penggemar sejati cewek dari klan korea, memang kekurangan manusia perempuan dalam negeri mungkin.

"Yaudah, biar adil lagu qasidah aja lah." ujar salah seorang cowok dari kelas lain yang gak gue kenal namanya.

"Ah elo. Mentang-mentang tukang nabuh kendang." sahut teman disebelahnya.

Tanpa sepengetahuan gue, tiba-tiba musik sudah diganti oleh Riski dengan volume yang keras. Emang cowok gak ada akhlak, kalau kedenger sampai ruang guru. Mampus lah tuh anak.

"Wahai senangnya pengantin baruu~" Riski bernyanyi seraya joget ala cowok kasmaran.

"Ah, elo. Bawaannya udah kepengen kawin aja." ujar gue mencibir.

"Gue pengen nikah sama Shafira." ujar Riski lantang yang membuat semua orang yang ada didalam kelas terkesiap dan saling menyunggingkan senyum penuh arti.

Siapa yang tak kenal sosok Riski, cowok yang bucinnya sampai ke akar-akar. Bahkan anak-anak dari kelas lain pun tau kalau Riski mempunyai kisah cinta bertepuk sebelah tangan.

"Gue gak mau ya punya suami kayak lo." ujar Shafira tak terima.

Gue mendengkus, keributan antara keduanya akan segera dimulai. Tinggal menonton aksi misuh-misuh mereka aja. Mengapa Shafira gak jujur aja soal perasaannya? Memang, gengsi menguasai segalanya.

"Gue suka sama lo, Shaf." ungkap Riski terang-terangan.

"Halah, omong kosong aja." balas Shafira.

SISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang