25. Permintaan Kedua

26 8 5
                                    


Setelah keberhasilan pasti juga ada yang namanya apresiasi. Tim inti basket Ganapati sedang dikerumuni para penggemar yang bejibun. Sudah menjadi hal yang wajar terjadi karena memang basket merupakan salah satu ekskul terpopuler dan banyak diminati oleh murid-murid sekolah ini.

Sementara tim basket Ramajati juga ikut memberikan ucapan selamat bagi regu yang menang kecuali satu orang yang saat ini sedang berdiri di sebelah pintu dengan wajah tertekuk. Rupanya dia masih tidak menerima atas kekalahan ini. Sebenarnya itu hal yang lumrah terjadi karena memang ketika ada kegagalan pasti juga ada yang namanya penyesalan pada akhirnya. Orang itu adalah Fajar. Gue hendak menghampirinya tapi takut kalau nantinya malah makin memperburuk suasana hatinya itu.

Yang paling merasa gagal dalam sebuah tim biasanya adalah sang ketua karena dia jadi merasa tidak bisa mengantarkan anggotanya sendiri hingga ke ambang kemenangan.

Sepertinya gue harus melipurnya, tapi nanti setelah suasana hatinya kembali membaik.

"Sis, ayo foto sama Kak Aris. Jarang-jarang lah bisa foto bareng dia." ajak Shafira.

"Lo aja sana, gue males." ujar gue menolak.

"Ayolah, lo yang ngomong minta fotbar sama Kak Aris. Gue malu." ucap Shafira.

"Ogah." balas gue.

"Yaudah, kalau gitu minggu depan gue yang bayarin infaq buat lo deh." ujar Shafira.

"Beneran?" tanya gue.

"Iya. Tapi lo mau kan fotbar bareng Kak Aris?" tanya Shafira.

"Ayo aja kalau gitu mah." balas gue semangat.

Shafira tersenyum kecut, "Gue yang bayarin infaqnya baru mau dia."

Gue tidak terlalu masukkan ke hati sindiran Shafira. Apapun itu kalau bisa imbas menguntungkan bagi gue mengapa tidak? Mungkin bagi Shafira uang dua ribu itu cuma hal sepele namun bagi gue sudah termasuk dalam kategori sangat berharga. Bukan karena gue terlalu kere, akan tetapi gue yang memang selalu alot buat ditagih bayar begituan. Sudah gue bilang, kalau hutang itu adalah prioritas.

Coba kalian ingat-ingat, adakah teman kalian yang susah banget buat disuruh bayar infaq atau kas kelas? Berarti lo tipe yang sama kayak gue. Kita satu server men.

Gue dan Shafira menghampiri Kak Aris yang sedang sibuk dipotret sana-sini oleh mereka yang suka paparazi orang lain. Udah kayak artis fenomenal aja. Gue juga pernah mengalami kejadian seperti itu namun dalam kondisi yang berbeda. Waktu itu gue ketahuan main game di kolong meja saat pelajaran masih berlangsung, gue yang ketahuan langsung menjadi objek utama oleh semua anak. Ceritanya hampir sama kan dengan yang dialami Kak Aris? Sama-sama menjadi pusat perhatian tetapi dalam suasana yang berbeda.

Kak Aris yang menyadari kehadiran kami pun langsung berjalan mendekat.

Shafira mencubit pinggang gue pelan, "Sis, lo yang ngomong."

"Kak, boleh minta foto bareng?" tanya gue sok kalem demi menuruti kemauan Shafira.

"Boleh dong."

"Pake hapenya siapa?" lanjut Kak Aris bertanya.

"Punya gue aja kak." ujar Shafira gerak cepat, langsung mengangsurkan ponselnya kepada murid lain buat diminta tolong memotretkannya

"Oke deh."

Kami bertiga pun langsung memasang sikap badan dengan pose yang berbeda-beda. Gue yang berada paling kanan cuma bersedekap tangan sembari tersenyum tipis. Shafira yang berada ditengah sengaja mepet-mepet sama Kak Aris mengambil gaya imut dengan dua jari kanan menempel ke pipi sementara Kak Aris hanya berpose natural khas cowok, menunjukkan jari jempol, telunjuk dan kelingking disertai senyum manis yang menghiasi wajahnya.

SISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang