28. Budak Diskon

21 7 0
                                    

"Mereka itu siapa sih, Cung? Kambang." gumam gue jengkel.

Cungip menautkan kedua alisnya, "Balekambang maksud lo?

"Kampret banget."

Cungip tertawa, "Bisa aja lo, Sis."

"Mereka itu emang suka gitu, dari SMP malah." jawab Cungip.

"Kalau gue jadi lo, udah gue bikin benjot tuh mulut si Mardul." ujar gue menggebu.

"Lain kali gak usah diladeni lagi, Sis. Mardul itu kalau dilawan malah makin nambah masalah."

"Iya sih, tapi kalau didiemin aja makin besar kepala tuh anak."

"Emang lo gak sakit hati apa dijelek-jelekin gitu?" tanya gue.

"Tanpa dijelekin pun nama gue emang udah jelek kan?" cowok itu tertawa sumbang.

"Kadang gue aja bingung kenapa bonyok gue gak ngasih nama yang lebih etis dikit gitu."

"Cungip itu nama unik loh. Gak pasaran." ujar gue.

"Tapi yaudah lah, masih untung dikasi nama, daripada lahir tanpa nama iya kan?" balas Cungip.

Gue menganggukkan kepala, membenarkan pendapat Cungip. Terkadang gue juga masih belum bersyukur dikasih nama 'Siska' yang menurut Mama dan Papa mempunyai filosofi mendalam perihal lemah lembut. Begitu berkesan dihati. Gue, Cungip dan Shafira sama-sama diam berjalan beriringan.

"Btw, Riski sama Tian kemana? Biasanya juga kalian barengan." tanya Shafira.

Gue melayangkan senyum menyebalkan pada Shafira, "Cie... yang lagi kangen."

"Apaan sih lo, Sis."

"Merasa kehilangan ya? Haha." balas gue pada Shafira yang sekarang sudah salah tingkah ditempatnya.

"Gak."

"Ngaku aja lo kalau sebenarnya lo itu merasa rindu setelah sekian menit lamanya gak ketemu sama-"

Shafira melotot tajam, mengisyaratkan gue supaya berhenti berbicara. Cewek itu melirik Cungip yang berada disebelah gue. Gue yang mengerti gelagatnya, langsung paham.

"Gak ketemu sama siapa Shaf?" tanya Cungip.

Shafira mendengkus jengkel, "Rahasia. Ntar lo ember."

"Lo pengen tau gak Cung? Sini gue bisikin." ujar gue.

"Sis." Shafira mendesis marah seraya mencubit lengan gue keras.

Gue mendekatkan bibir pada telinga Cungip, sementara cowok itu sedikit mencondongkan samping tubuhnya supaya bisa mendengar lebih jelas apa yang bakal gue omongkan. Gue membisikkan dua kata yang langsung membuat Cungip berjingkrak heboh.

Shafira mendelik tajam kearah gue, merasa was-was.

"What. Lo suka Kak Aris?!"

"Berita baru nih, harus gue laporin ke Riski kayaknya." Cungip berniat adu domba.

"Apaan sih lo, Sis? Bete gue." ucap Shafira kesal.

Gue menyunggingkan senyum jail. Menampilkan ekspresi wajah tanpa dosa.

"Jangan percaya omongan Siska. Bohong dia. Gue sama sekali gak ada rasa sama Kak Aris." Shafira mengelak.

"Gue bakal tetep bilang ke Riski." kekeuh Cungip.

"Jangan bilang sama Riski. Please." mohon Shafira.

"Kenapa?" tanya cowok itu.

"Takut si doi gak cinta lagi mungkin." gue menyeletuk.

SISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang