Chapter 17. You Think I Feel Good Now?! I Don't Think So

244 7 0
                                    

8 bulan sudah berlalu dari insiden kecelakaan yang menimpa Hideki dan segala pemberontakan yang bertentangan antara Sena dengan kakaknya.

Agaknya ia juga sangat kesal pada Hideki yang mengatakan jika ia tidak boleh ikut campur tangan,Sena merasa Hideki tidak mengerti akan perasaanya yang ingin melindungi sang kakak,dan tidak ingin ada yang mengusik mereka berdua.

Sekali pun sudah 8 bulan berlalu tetap saja Sena merasa kesal,sempat selama 2 bulan yang lalu mereka perang dingin di rumah,bahkan Sena juga sempat kembali ke apartemennya.

Merasa tidak tahan akhirnya Hideki memilih menyerah dan membujuk adiknya tersebut dan mengakhiri perang dingin yang terjadi di antara merek berdua.

Dan sekarang walau Sena sudah kembali ceria seperti sedia kala,tetap saja ia masih merasa kesal terhadap kakaknya,memang ia akui semua sudah berlalu dan berjalan mulus,tidak ada lagi gangguan walau terkadang ia harus mendapati wajah masam kakaknya ketika pulang dari kantor.

Saat ia tanya Hideki akan tersenyum lembut kemudian menjawab bahwa ada urusan lain dengan kantor dan sedikit gangguan dari penerus keluarga Takano,awalnya ia merasa marah dan ingin meledak tapi karena sudah sering mendapat informasi yang seperti itu dari Hideki ia jadi merasa sedikit tenang,Sena berpikir kakaknya pasti bisa mengurusnya.

Bahkan beberapa kali ia juga mendapati jika kakaknya pulang ke rumah dalam keadaan babak belur,walau tidak kentara tapi tetap saja ia khawatir,sebagai seorang anak dari keluarga mafia Sena cukup sadar dan maklum jika sewaktu - waktu ia atau pun kakaknya akan mendapat yang seperti ini ketika bertemu dengan musuh.

Walau berat dan kesal juga marah yang membara Sena memilih meredam emosinya dan membiarkan kakak nya saja yang mengurus,ia memutuskan untuk tidak ikut campur daripada ia yang kena imbas,seperti amukan dari kakaknya ia tidak mau itu.

"Selesai." Ucap Sen sambil merapikan perban dan antiseptik di pangkuannya.

"Terima kasih." Balas Hideki sambil mengusap sayang kepala adiknya.

"Apa 'dia' masih saja mengganggu?!" Tanya Sena.

"Biarkan saja mereka bermain dulu,setelah mendapat waktu yang tepat aku tidak akan segan lagi untuk melepaskan serigala lapar nan haus akan darah." Balas Hideki sambil terkekeh kecil.

"Dan jangan coba - coba melakukan suatu hal yang ceroboh padanya saat di sekolah,aku tahu kalian satu sekolah bahkan satu kelas." Lanjut Hideki lagi memperingatkan.

"Aku mengerti mungkin aku bisa terima dia mengganggu kakak dan aku tidak melakukan apa pun,itu pun karena kakak yang minta. Tapi aku tidak ingin kembali diam jika ia melakukan sesuatu lagi terhadap orang - orang terdekat ku." Ujar Sena berapi - api.

"Hahaha...jiwa yang protektif,seperti nya timbul ke permukaan." Ejek Hideki sambil mengacak gemas rambut Sena.

Sena mengerutkan bibirnya saat mendengar ucapan kakaknya,perlu di ketahui ia baru saja merawat luka di sudut bibir kakaknya karena saat sampai di ambang pintu tadi mata Sena membelalak lebar mendapati Hideki pulang dari kantor dengan keadaan babak belur,walau sudah terbiasa tetap saja jantungnya berdetak kencang ketika mendapati kakaknya dalam keadaan mengenaskan.

Saat Sena beranjak dari duduk nya Hideki juga ikutan beranjak,menuai tatapan bingung dari Sena sementara Hideki hanya membalas dengan cengir kuda tanpa dosa.

"He?! Kenapa Ikut - ikutan berdiri juga?!" Tanya Sena heran.

"Ingin ke dapur,memasak. Kau lapar bukan?!" Jawab Hideki.

"Tidak lebih baik kakak segera mandi,lalu beristirahat aku sama sekali tidak lapar."

"Kau yakin?! Aku tahu kau belum makan malam Sena."

The Other Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang