CHIVE 2√

28.3K 454 0
                                    

"Om Chiko mana sih? Lama banget." gerutuan kesal terus terdengar dari mulut manisnya, tatapan matanya masih melihat kearah jalanan raya didepan kampusnya.

"V? Belum pulang?" gadis 17 tahun itu menoleh kesamping melihat seorang pria yang juga seumuran dengannya, V menggelengkan kepalanya.

"Mau bareng nggak? Gw bawa mobil." sekali lagi ia menggeleng dan sedikit tersenyum.

"Maaf Surya, aku udah ada yang jemput. Makasih tumpangannya." ucap V, pria bernama Surya itu tersenyum mengerti dan lalu beranjak meninggalkan area kampus dengan Venaya yang masih berdiri sambil menatap ponselnya.

"Iihh! Om kemana sih, kalau tahu mendingan dari tadi aku jalan kaki. Nyebelin!!" dengan penuh kesal Venaya melangkahkan kakinya menyusuri jalan raya dengan aliran air mata dikedua pipinya, hingga merasa lelah ia duduk selonjoran ditepi jalan dan menatap ponselnya yang sepertinya takkan ada tanda-tanda bahwa Chiko menghubunginya.

"Sayang?" wajah sayu itu mendongak menatap mata indah didepannya dan siap saja, tangisan kencangnya terdengar.

"Huaa!! Om jahat! Om lupain V. Hiks hiks. " Chiko membawa Venaya dalam dekapannya dan mengecupi rambut gadisnya tersebut.

"Maaf sayang, Om bukan lupain kamu tapi tadi ada meeting dadakan jadi nggak bisa diwakilkan. Maaf ya, maaf.." ucap Chiko dengan menaangkup wajah Venaya menatapnya.

"Dimaafin sayang?" Venaya mengangguk lalu kembali memeluk tubuh Chiko dengan erat. Setelah beberapa menit menenangkan hati gadisnya, Chiko menggendong Venaya didepan membawanya menuju mobil mewah milik Chiko.

Chiko menidurkan Venaya dalam dada bidangnya dengan mobil yang dikemudi oleh supir pribadinya, sesekali pria berusia dewasa itu menyanyikan gadisnya dengan lagu kesukaan Venaya You are the reason - Calum Scott.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit akhirnya mereka sampai di sebuah Mansion milik Chiko. Chiko menatap gadisnya yang masih tertidur damai dalam dekapannya, rasa tak tega untuk membangunkannya, akhirnya Chiko kembali menggendong Venaya membawanya masuk kerumah.

"Sayang ayo bangun, kita makan malam.." kata Chiko dengan lembut seperti seorang ayah yang membangunkan putri kecilnya dari alam mimpi, Venaya menggeliat pelan dan menatap Chiko sebentar lalu duduk dan memeluk tubuh pria tersebut.

"Masih ngantuk, hem." Venaya mengangguk, Chiko mencium kedua matanya lalu turun keujung hidungnya, kedua pipinya dan seterusnya bibir merah gadisnya.

"Kita makan malam dulu sayang, baru lanjutkan tidurmu."

"Om?"

"Iya sayang."

"Kita makan apa?" Chiko tersenyum tipis dengan mengelus wajah Venaya.

"V maunya apa? Kalau Om, makan Venaya juga boleh kok." kata Chiko sambil mengedipkan sebelah matanya pada Venaya yang merona malu.

"Om! V serius tau! Venaya mau makan nasi goreng buatan Om...," ucap Venaya dengan melingkarkan kedua lengannya pada leher Chiko.

"Okey kesayangan Om, akan di laksanakan komandan!!" seru Chiko dengan tertawa pelan diikuti Venaya yang mencium bibir Chiko sekilas.

Di dapur..

Venaya masih menatap Chiko yang kini masih bergelut dengan peralatan masaknya, ia memangku dagunya dan sesekali menggoda pria tersebut dengan menari nari disamping Chiko.

"Om? Venaya mau coba?" Chiko menatap venaya yang duduk dimeja dapur, disampingnya.

"Masih mentah sayang, sebentar lagi yaa." jawab Chiko yang kembali fokus pada masakannya. Venaya menggeleng ia lalu turun dan dengan gesit telah berada dihadapan Chiko, Venaya merebut spatula dari tangan kanan pria tersebut dan tersenyum manis pada Chiko.

Chiko tersenyum lembut ia melingkarkan kedua tangannya pada perut gadisnya dan menghirup aroma mawar dari tubuh Venaya.

"99,99% udah cocok jadi istri Om." ucap Chiko. Venaya mematikan kompor dan membalikkan badannya masih dengan Chiko yang memeluknya.

"Satu persennya lagi om?"

"Satunya lagi ... ini.." Chiko mendekat pada Venaya dan membisikkan sesuatu.

"Iih! Om mesum!!" dengan langkah cepat gadis tersebut berlari menuju kamarnya, eh. Lebih tepatnya kamar Chiko yang juga kamarnya. Eittss. Sedangkan Chiko yang melihat tingkah malu gadisnya itu hanya tertawa geli ia lalu mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng ala Chive.

"Sayang?" Chiko meletakkan nampan yang berisi makanan dan segelas susu coklat kesukaan gadisnya. Ia mengernyit menatap Venaya yang berbaring memunggunginya, dengan pelan Chiko ikut berbaring dan memeluk tubuh Venaya mengecupi leher putih gadisnya tersebut.

"Hikss hikss!" itu isakan kecil dari Venaya, Chiko membalikkan tubuh V dan menatap mata teduh gadisnya itu dengan kedua pipi yang dialiri air mata.

"Maaf sayang...," Venaya mengernyit dan menggelengkan kepalanya ia mengusap dahi Chiko masih dengan sesegukan.

"Kok ... Om minta maaf." Ucapnya dengan parau.

"Udah bikin kamu nangis." sekali lagi Venaya menggeleng, ia menatap iris mata Chiko yang indah sempurna.

"Perut Venaya sakit Om.. badan Venaya juga sakit semua." ucap Venaya dengan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria tersebut, Chiko mengecup kening Venaya dan mengusapi perut gadisnya itu.

"Ke dokter ya sayang."

"Emm.."

"Tapi ... cium V dulu." Chiko tersenyum mendengar permintaan gadisnya tersebut, ia mengikis jarak dan mencium lembut bibir mungil Venaya, dengan melumatnya penuh dalam, Venaya tersenyum dengan melingkarkan kedua kakinya pada pinggang Chiko masih dengan kedua bibir yang menyatu tanpa mau melepaskan hingga nafas berderu.







\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
Hoammmm...😩😩😩ngantuk berat gueh?14:39 masih bau 😡😡😡..abal-abal!abaikan.yang kagak karuan dibuang!😱 [ngerti aeeee¿]
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\

FOREVER ALONG #Siregar-1- [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang