CHIVE 8√

13K 272 1
                                    

Venaya, gadis yang menjelang dewasanya itu kini masih menatap kedua mata dihadapannya, tanpa mau sedikitpun untuk melihat kesudut lain. Masih dengan mengeluarkan aliran air matanya Venaya melangkah ingin menyentuh lengan Chiko, tetapi pria itu sudah berlalu bagaikan angin yang melintas.

Sudah dua jam berlalu namun tak ada tanda-tanda bahwa pria yang ditungguinya kini akan berada dihadapannya dan kembali tersenyum seperti sedia kala. V duduk diatas kursi kerja pria tersebut menangkupkan wajahnya didalam lekukan lengannya, semenit sesaat sebelum kesadarannya hilang sesuatu datang menyentuh lembut pipinya dan sebuah kata maaf yang membuatnya tak bisa lagi untuk membuka matanya.

"Maafkan Om sayang, Om terlalu malu untuk mengakuinya. Tolong jangan menangis, tidurlah putriku.."

Cup

/////

"Hoaamm!" gadis tersebut membuka matanya menatap sekelilingnya yang telah berubah menjadi sebuah kamar dan itu ialah kamarnya dan kekasihnya, senyuman lega tak luput dari bibir gadis tersebut, ia mengedarkan pandangannya hingga menatap satu porsi makanan yang sudah tersaji diatas meja disamping kasur tidurnya.

"Om masih marah," gumamnya pelan dan tanpa mengulur waktu lagi,V segera beranjak dari kasur empuknya dan bersiap menyusul kekasihnya yang pastinya telah berada dikantornya.

Dalam kegelisahan yang meliputi kedua langkah kakinya, peraduan antara ketukan heels dan dentuman jantungnya membawanya kehadapan sebuah ruangan yang besar, didalamnya ada dua orang pria dan wanita entah apa yang kini mereka lakukan. V merasakan kedua matanya memanas, memandang, melihat kini dihadapannya pria yang benar-benar familiar dalam hidupnya, mereka bercumbu sangat lembut dan tenang seolah-olah Venaya yang berada diantara mereka hanyalah sebuah figura yang terpajang didinding.

"Om Chiko!" Venaya berbalik hendak menguarkan semua sakitnya, tetapi sesuatu menghalanginya membuatnya lemah dan beruntunglah sebuah tangan besar menahan pinggulnya. Venaya mendongak menatap seseorang yang telah membantunya berdiri, dalam seketika kedua matanya membulat lebar, matanya beralih menatap pria dan wanita yang pertama dilihatnya lalu kembali menatap pria yang masih berdiri dihadapannya dengan tangan yang masih memeluk pinggangnya.

"Om Chiko?"

"Sayang?" benar. Pria dihadapannya adalah kekasihnya, pria yang sangat dicintainya. Venaya pun langsung memeluk Chiko dan menenggalamkan wajahnya dalam dada bidang pria tersebut membiarkan air matanya membasahi kemeja merah maron pria itu.

"Kau salah masuk ruangan sayang, ini ruangan David." Venaya melihat kearah pria dan wanita yang tersenyum sopan padanya, pria itu tertawa pelan menatap Venaya yang merona malu.

"Gadis kecilmu mengira kalau aku ini adalah dirimu Chiko, dia salah sangka mungkin karena wajahku tertutup oleh tubuh Alice." kata David dengan tangannya yang melingkar pada pinggang Alice, kekasihnya.

Chiko tersenyum, ia menatap Venaya yang juga menatapnya masih dengan kedua pipinya yang memerah.

"Aku merindukanmu. Pria besarku." gumam V dengan pelan didekat telinga pria tersebut, Chiko tersenyum penuh arti lalu membawa Venaya kedalam genggamannya meninggalkan David juga Alice yang kembali memadu kasih tanpa perduli.

"Chio...." ucap Venaya, Chiko menautkan kedua alisnya mendengar sebuah panggilan lain dari gadisnya

"Why---

"Itu panggilan istimewaku khusus untuk calon suamiku ini." kata Venaya dengan cepat meraup habis bibir Chiko, melumatnya walau tidak selihai Chiko mencumbunya. Cukup lama mereka berciuman hingga nafas Venaya menghembus dalam mulut pria tersebut.

"Chio masih marah pada V?" gumam Venaya, Chiko menggenggam tangan gadisnya dan menggeleng pelan.

"Marah untuk apa sayang?" ucap Chiko kembali bertanya.

"Yang kemarin itu..." ucap Venaya dengan nada sangat pelan hampir meredam suaranya.

"Sayang, Om tidak sama sekali marah padamu," Om hanya malu. sambungnya dalam hati. Chiko mengarahkan punggung Venaya pada bibirnya dan mengecupnya dengan penuh sayang.

"Lalu?"

"Hisshh, eumm ... Om malu." Venaya menganga menatap kekasihnya yang memejamkan mata sambil menggaruk tengkuknya, tanpa menghitung waktu V merapatkan diri pada Chiko kembali mencium bibir pria tersebut dengan perasaan yang menggebu, Chiko tersenyum disela ciuman panas mereka ia membalas ciuman gadis kecilnya namun masih membiarkan Venaya mendominasi kan semuanya.










////////////////////////////////////
Haii..baru update nih guys😊maaf kalau membuat kalian pada menunggu,cerita yang benar-benar nggak karuan semoga pada menghibur masyarakat sekalian😄😄😄.
Author cuman bisa nulis satu bagian doang,rencananya kemarin mau langsung publish tiga bagian tapi karena ada keadaan yang penting jadi dipending dulu..kemarin minggu author dilanda kesibukan taulah kalau author ini SMS (sibuk miskin SOMBONG)😂😂😂.
Selama tiga jam lebih author sibuk mendengarkan petuah bisnis,khusus datangnya dari seorang direktur dari Bandung.
Yang terhormat buat Pak NAGA SUGARA.😇😇😇
Buat yang selalu SUKSES_ambil keputusanmu saat ini juga karena masa depanmu itu adalah hak dirimu.
FREEDOM....😄😄😄🙆🙌👍👊

FOREVER ALONG #Siregar-1- [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang