Tujuh Belas

7.8K 353 25
                                    

Bell pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Reno baru saja masuk kedalam kelas setelah tadi bertemu dengan Rea di Rooftop.

Rea yang saat ini memang masih berada dikelas bersama Laras, Vika dan Desma hanya memandang Reno sekilas dengan dahi yang mengerut.

Kemana saja laki-laki itu? Setau Rea, tadi Reno keluar dari Rooftop lebih dulu daripada dirinya. Tapi dia terlihat baru saja masuk ke dalam kelas setelah semua murid pulang.

Reno langsung mengambil tas yang berada di barisan belakang dan memakainya di salah satu pundaknya. Kelas sudah sepi.

Reno hanya memandang sekilas ke empat perempuan yang masih setia berada di dalam kelas dan berlalu pergi tanpa mengucapkan kata-kata. Sikap Reno itu, benar-benar berhasil membuat Laras, Vika dan Desma kebingungan. Berbeda dengan Rea yang sudah tau alasan apa yang membuat lelaki itu enggan membuka suara.

***

Reno berjalan menuju lapangan basket untuk mencari kelima temannya setelah tadi keluar dari kelas untuk mengambil tasnya.

"Woy Ren! Kemana aja lo? Bolos?" tanya Ferro saat Reno baru saja mendudukkan dirinya di bangku pinggir lapangan basket.

"Hm," Ferro mengerutkan dahi saat mendengar jawaban Reno yang terkesan singkat.

Saat ini yang berada di bangku hanya Ferro dan Reno. Sedangkan Wahyu, Satya, Jordan dan Vano sedang bermain basket di tengah lapangan yang masih dapat dilihat melalui indra penglihatan.

"Lo kenapa? Ada masalah?"

"Nggak," jawab Reno seadanya. Ferro hanya menghela napas dan berusaha agar tidak bertanya lebih banyak lagi. Ferro tau, pasti ada sesuatu yang disembunyikan Reno darinya.

"Eh Ren. Kita maen ke rumah lo boleh kan?" tanya Wahyu yang tiba-tiba datang sambil membawa bola basket di depan dada dengan keringat yang menetes di pelipisnya.

"Boleh." jawaban Reno itu sontak membuat wahyu bersorak girang. Alhasil, Wahyu langsung berlari ke tengah lapangan untuk memberitahukan kepada Jordan, Vano dan Satya.

Selang beberapa detik, sorak mereka terdengar dan langsung mengambil tas mereka masing-masing yang berada dipinggir lapangan.

"Ayo buruan!" ucap Jordan yang kini sudah berada dihadapan Reno. Reno hanya mengangguk dan memimpin jalan menuju arah parkiran diikuti kelima temannya untuk menuju ke rumah Reno.

Ferro hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat mereka yang terlalu excited bermain kerumah Reno.

Bagaimana tidak? Dirumah Reno terdapat PS keluaran terbaru dan memiliki harga yang mahal. Gitar, drum dan alat-alat musik lainnya juga ada.

Bahkan jika sudah sampai dirumah Reno, Vano dan Wahyu lah orang pertama yang akan memainkannya.

Reno tidak masalah sama sekali. Lagi pula ia jarang memainkan dan menggunakannya.

***

Sesampainya di rumah Reno, mereka masuk ke ruang tengah dan menyapa Mama Reno. Setelah sesi menyapa selesai, mereka langsung masuk kedalam kamar Reno. Begitupula Reno.

Vano dan Wahyu langsung bermain PS yang sudah mereka incar. Jordan bermain gitar di sofa, Satya dan Ferro duduk di atas ranjang dengan handphone yang berada ditangan mereka masing-masing.

Sedangkan Reno duduk sendiri di balkon kamarnya. Memikirkan perbuatannya saat di Rooftop yang mungkin terlalu kasar kepada Rea.

Reno tau, Rea pasti marah padanya karena menyebut perempuan itu dengan sebutan jalang. Tapi saat itu Reno benar-benar marah dan kecewa. Apalagi saat Rea membawa-bawa Claudia ke dalam masalah ini.

REANA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang