Tiga Puluh Sembilan

7.5K 272 8
                                    

Bel pulang pertanda pelajaran telah selesai sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Desma, Vika, Laras dan Rea baru saja keluar dari kelas dan berjalan bersama di koridor.

Di tengah koridor, Rea melihat Reno sedang berbincang dengan Aletta. Laras si ratu kepo memaksa agar Rea, Vika dan Desma berhenti dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

"Ih, mending pulang nyamperin Mama ke rumah sakit daripada ngurusin hidupnya orang," celetuk Rea yang sudah merasakan hawa panas di sekitarnya.

"Alah, lo juga pasti kepo kan mereka ngapain berduaan di depan kelas IPS 3? Di depan kelasnya si Aletta. Pasti Reno tuh yang nyamperin," cerocos Laras yang membuat Rea memutar kedua bola matanya.

"Gue B aja sih, ya. Monmaap nih." Sejujurnya Rea juga ingin tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi Rea merasa akan membuang waktu saja jika mendengar pembicaraan antara Aletta dan Reno.

"Iya, balik aja yuk. Lo juga mau ke rumah sakit kan, Re?" timpal Vika bertanya. Laras mendengus karena ketiga temannya tidak ingin berhenti dan ingin secepatnya pulang.

"Yup, yaudah yuk jalan lagi." Vika dan Desma mengangguk menyetujui ucapan Rea dan langsung berjalan bersama. Laras menghentakkan kakinya kesal, namun beberapa detik kemudian ia berlari menyusul ketiga sahabatnya.

Saat mereka melewati Aletta dan Reno, Reno menoleh ke arah Rea. Rea juga pada saat itu membalas tatapan Reno.

Tapi saat Rea ingin memalingkan pandangan, Reno justru mengedipkan salah satu matanya ke arah Rea. Rea langsung menghadap lurus ke depan, bersusah payah menetralkan detak jantungnya.

Sungguh, respon yang Reno berikan di luar dugaannya. Ada apa sebenarnya dengan Reno? Lelaki itu seperti menyembunyikan sesuatu darinya.

***

Saat ini Reno duduk di ruang tamu rumah Aletta. Menunggu perempuan itu yang katanya ingin pergi ke toko buku mengajaknya pergi bersama.

"Ren, maaf nunggu lama ya?" tanya Aletta yang baru saja selesai dengan dandannya.

Reno mengangguk sambil memainkan handphonenya. "Iya."

"Aduh, maaf loh, Ren." Reno langsung memasukkan handphonenya ke dalam saku celana dan berdiri dari duduknya menghadap Aletta yang saat ini meremas kuat kedua tangannya sendiri.

"Gapapa. Jadi kan?"

"Iya. Jadi kok, Ren," jawab Aletta sambil mengangguk cepat. Reno berjalan terlebih dahulu dan menaiki motornya diikuti Aletta yang membonceng di jok belakang.

Motor milik Reno mulai melaju ke toko buku. Di tengah perjalanan Aletta selalu berusaha mencari topik apapun itu. Tapi tanggapan Reno hanya mengangguk dan menggeleng.

Sikap Reno itu justru membuat Aletta kesal setengah mampus. Respon yang diberikan lelaki itu tak sebahagia dulu saat pertama bertemu.

"Kok dari tadi cuma ngangguk sama geleng doang sih, Ren?" tanya Aletta di belakang punggung Reno.

"Gue fokus nyetir," jawab Reno sedikit menaikkan nadanya penuh penekanan.

Aletta meneguk ludahnya yang terasa kasar. Hingga akhirnya hanya mengangguk mengiyakan ucapan Reno. Perjalanan mereka terasa sepi, hanyut dalam pemikiran masing-masing.

Sesampainya di toko buku, Reno berjalan masuk terlebih dahulu dengan Aletta yang sejak tadi berusaha menyamakan langkahnya dengan Reno.

"Reno, jangan cepet-cepet dong jalannya. Aku capek nyamain langkahnya," ucap Aletta yang membuat Reno melambatkan langkah kakinya.

Akhirnya mereka berjalan besampingan. Jika orang asing yang menatap mereka, pasti akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Jujur saja, sejak tadi sebenarnya mood Reno sangat tidak bagus. Lelaki itu selalu memikirkan Rea. Memang sikap Reno terhadap Rea telihat berbeda, tapi sebenarnya lelaki itu tak berhenti memikirkan Rea.

Reno duduk menunggu Aletta yang sedang memilih buku yang akan ia beli. Dering handphonenya berbunyi pertanda pesan masuk.

ClaudiaKrn
Ren, lo di mana?

RenoAdtm
Toko buku.

ClaudiaKrn
Lo belum denger kabar?

RenoAdtm
Kabar apa?

ClaudiaKrn
Tante Sarah meninggal.

Jantung Reno berdebar kencang saat membaca pesan yang dikirim Claudia. Tanganya gemetar memikirkan sesedih apa Rea sekarang.

RenoAdtm
Kabar dari siapa?

ClaudiaKrn
Bunda lo. Gue disuruh Bunda langsung ngabarin lo buat ke rumah sakit sekarang.

RenoAdtm
Gue ke sana sekarang.

Reno memasukkan handphonenya ke dalam saku celana dan langsung mencari keberadaan Aletta. Untung saja Aletta sedang membayar belanjaannya di kasir.

"Ta, ayo gue harus pulang sekarang," ucap Reno penuh penegasan dengan nada khawatir yang begitu kentara.

"Loh, emang kenapa?" tanya Aletta sembari mengambil belanjaannya dan kemudian mengucapkan terimakasih

"Mamanya Rea meninggal. Gue harus ke rumah sakit sekarang. Lo bisa naik taksi dulu nggak? Gue buru-buru," jelas Reno yang membuat Aletta tersentak kaget. Yang benar saja ia harus pulang naik taksi sendirian.

"Gue sendirian dong nanti. Kamu nggak tanggung jawab banget sih jadi cowok," sentak Aletta yang membuat Reno mengacak rambutnya dengan kasar karena bingung.

"Yaudah gue antar pulang sekarang. Ayo Ta, buruan." Aletta mengangguk dan akhirnya keduanya keluar dari toko buku.

Reno mengantarkan Aletta pulang dan kemudian lelaki itu pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan sesuai dengan apa yang di perintahkan Bundanya.

Saat memasuki rumah sakit berjalan di sepanjang koridor, Reno tak henti-hentinya berdzikir berharap semoga Rea tetap dalam keadaan baik-baik saja.

Karena Reno tau, sesayang dan senyaman apa Rea bersama Mamanya.

Dari kejauhan, Reno menghentikan langkahnya saat melihat di sana sudah berkumpul semua keluarga Rea.

Sebenarnya bukan hal itu yang membuat Reno menghentikan langkahnya. Namun di sana, terlihat Rea yang memeluk Allan, dengan Allan yang mengusap lembut rambut hingga punggung Rea berusaha menenangkan gadis itu.

Reno mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh. Ia berusaha menetralkan emosinya. Percuma saja jika ia marah sekarang, karena yang terpenting sekarang adalah keadaan Rea.

----------------
TBC.

REANA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang