Empat Puluh Enam

6.7K 228 5
                                    

Sesampainya di Mall, mereka merencanakan untuk berkumpul di restoran cepat saji yang sudah di tentukan.

Rea dan Reno langsung menuju ke restoran yang sudah di tentukan. Saat di lokasi, sudah banyak yang berkumpul terlebih dahulu.

Kedatangan Rea dan Reno mendapat sambutan ejekan dari teman-temannya.

"Yaelah, baru datang? Kemana aja, lo?" cecar Vano yang memang sejak lama datang menunggu mereka karena tak ada yang harus ia jemput.

"Maaf, gue tadi ketiduran," ujar Rea terkekeh pelan sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Ketiduran apa dandan biar keliatan cantik, terus di lama-lamain deh," kata Laras dengan menaik turunkan alisnya. Rea memutar bola matanya malas.

"Ketiduran lah. Liat ini gue cuma pakai pelembab wajah sama bedak doang," jawab Rea sambil menunjuk-nunjuk wajahnya.

Reno terkekeh diikuti lainnya termasuk Laras. Mereka semua sudah duduk melihat Rea yang masih berdiri karena harus terhalang dengan ucapan Laras yang seakan mengintrogasi.

"Hallah banyak alasan emang ya bocah." Rea melotot tajam ke arah Laras. Sedangkan Laras menahan senyumnya saat melihat ekspresi tidak terima dari Rea.

"Aduh, Ras. Itu wajah lo kayak topeng badut tetangga gue. Menor amat," balas Rea sambil tertawa diikuti yang lainnya kecuali Laras yang mendengus kesal.

"Gini-gini juga pakai skincare mahal ya, sorry," ucap Laras dengan gaya alay sok cantik.

Rea mencebikkan bibir dan mulai duduk di sebelah Laras yang kosong.

"Habis ini kita ke mana? Main?" tanya Ferro ke pada teman-temannya yang sedang sibuk dengan dunia masing-masing.

"Udah SMA kelas 11, nggak usah main begituan. Bocah amat," jawab Wahyu melirik ke arah Ferro.

"Santai, Bang. Makannya usul," balas Ferro tak mau kalah.

"Udah deh mending makan aja di sini. Enak, nikmat nggak capek." Semua yang awalnya sibuk dengan kegiatan, langsung menoleh ke arah Desma yang mengatakan kalimat itu sambil memakan Ice cream miliknya.

"Kalo gitu rebahan di rumah juga bisa kali, Des," jawab Satya sambil menepuk jidatnya.

"Kan rasanya beda, Sat."

"Des, lo jangan ngatain gue bangsat, dong. Gue kan ngomongnya dari tadi santai." Desma mengerutkan dahi bingung.

"Dari tadi gue nggak ngatain. Kan nama lo emang biasa dipanggil Sat, kan?" tanya Desma yang membuat Satya berfikir sejenak, kemudian mengangguk menyetujui ucapan Desma.

Setelah mengobrol panjang menikmati quality time, mereka merencanakan bermain di wahana permainan yang berada di dalam Mall.

Mereka menikmati waktu kebersamaan ini dengan mengukir cerita tentang keseruan yang mereka buat sendiri.

"Aletta nggak jadi datang?" tanya Reno kepada Wahyu yang sedang mengambil bola untuk ia masukkan ke dalam ring permainan basket.

"Tadi gue ke rumahnya, tapi nggak ada orang." Reno mengangguk mengerti. Wahyu menyelesaikan permainannya dan menoleh ke arah Reno.

"Yaudah, mungkin dia ada acara lain," gumam Reno yang membuat Wahyu mengerutkan dahi.

"Lo kenapa kayak berharap banget dia ikut ke sini? Lo masih suka sama Aletta?" tanya Wahtu menyelidik.

"Dih, gue udah nggak suka sama Aletta. Gue cuma tanya. Soalnya dia tadi kan bilang mau ikut, eh malah nggak ada di rumah." Wahyu membulatkan bibir membentuk huruf 'o' pertanda mengerti.

"Mungkin dia malas karena yang jemput gue, padahal dia pinginnya kan lo, Ren," balas Wahyu yang membuat Reno mengedikkan bahu tak tahu.

"Woy, kali berdua ngapain berduaan gitu?" tanya Jordan dengan jadak yang sedikit jauh.

Wahyu dan Reno membalikkan badan dan melihat semua teman-temannya sudah berkumpul di luar area permainan. Mereka berjalan menyusul dan bergabung.

Reno melihat Rea hanya terdiam tanpa suara. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran dan tidak seceria saat awal datang.

Saat semua sibuk dengan keseruan masing-masing, Reno mendekati Rea dengan menepuk bahu gadis itu. Rea tersentak kaget dan menoleh seketika ke arah Reno.

"Kenapa, Ren?" tanya Rea sedikit tersenyum.

"Lo kenapa diam aja? Ada masalah?"

"Ren, lo jangan jauh-jauh dari gue, ya," ucap Rea sedikit memohon dengan mata yang berkaca-kaca. Reno sedikit heran mengapa Rea tiba-tiba seperti ini.

"Ada apa, Re? Coba cerita." Rea menghela napas pelan dan mengeluarkan handphone dari dalam sakunya. Gadis itu membuka aplikasi chat, dan menujukkannya ke Reno.

"Coba baca ini," ujar Rea sambil menunjuk salah satu chat dari nomor tidak dikenal.

Unknown
Hai

ReaAzhr
Y?

Unknown
Hati-hati. Jaga temen lo baik-baik.

ReaAzhr
Ha?

Unknown
Jaga Reno. Jangan sampai Reno jadi korban salah sasaran.

ReaAzhr
Maksutnya?

Unknown
Nyawa lo di tangan gue!

Reno merasakan napasnya mulai tidak beraturan. Emosinya sedikit meletup setelah membaca pesan chat dari nomor tidak di kenal.

"Apa-apaan ini. Lo di ancam, kenapa nggak bilang dari tadi?" tanya Reno sedikit membentak kepada Rea.

"Maaf, Ren. Gue masih takut," jawab Rea sedikit gemetar saat mendengar bentakan dari Reno.

Reno menghela napas pelan berusaha menetralisir emosi dan napasnya.

Lelaki itu menatap Rea hanya menunduk sambil memilin jarinya. Reno segera merangkul Rea dan mendekap gadis itu ke dalam pelukannya.

"Nggak apa-apa. Lo aman sama gue," gumam Reno di samping telinga Rea. Rea hanya mengangguk dan membalas pelukan Reno dengan erat.

"Jangan jauh-jauh dari gue, Ren," lirih Rea yang membuat Reno mengangguk berulang kali dengan tangan yang mengusap lembut rambut Rea.

"Iya, lo sama gue."

---------------------
TBC

REANA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang