Flashback (b)

6.7K 216 19
                                    

Pagi ini Rose duduk di kasur kamarnya dengan laptop yang berada di pangkuannya.

Sarapan sudah ia siapkan sejak tadi. Sedangkan Reno masih tertidur dan Reza sudah berangkat ke kantor.

Minggu yang lalu, Reza izin pergi kerumah Mamanya. Ia ingin melakukan sesuatu agar Mamanya dapat berubah pikiran dan tidak memaksa ia untuk menikah lagi dengan perempuan lain.

Pada saat itu Ratna menolak mentah-mentah. Bahkan Reza mengatakan akan mengadopsi anak saja. Ratna juga tetap menolak. Tapi setelah Reza menjelaskan secara detail bahwa ia benar-benar mencintai Rose. Bahagianya sudah berada di dalam keluarga kecilnya saat ini.

Ratna yang mendengarkan curahan hati anaknya, lama kelamaan merasa luluh dan tersentuh. Ia merasa salah karena terlalu menuntut dan ikut campur dengan urusan pribadi anaknya.

Reza bersikukuh membujuk Mamanya agar tidak lagi memaksanya untuk berbuat sesuai apa yang Mamanya mau.

Ratna akhirnya menyetujui ucapan Reza dan membiarkan anaknya itu melakukan apapun yang ia mau. Bahkan Reza berkata akan mengadopsi anak untuk menemani dan menjaga Reno. Ratna pada saat itu hanya mengangguk pasrah yang membuat Reza bahagia bukan main.

Bahkan hingga saat ini, Ratna sudah bersikap lembut kepada Rose lagi. Sikap lama yang pernah di lakukan mertuanya, kini kembali lagi. Rose tentu sangat bersyukur akan hal itu.

Siang ini Reza akan mengajak Rose pergi ke panti asuhan untuk mengadopsi seorang anak. Reno akan dititipkan di rumah Neneknya agar tidak rewel.

Reza pulang dari kantor dan langsung menyuruh Rose masuk ke dalam mobil untuk pergi ke panti asuahan yang biasa Reza bantu dengan sumbangan uang dll.

Sesampainya di panti, pasangan suami istri itu berjalan bersama memasuki salah satu ruangan yang sudah di sepakati menjadi tempat pertemuan mereka dengan pengasuh anak-anak panti.

"Selamat siang, Pak Reza," ucap Yuni ramah.

Reza tersenyum dan mengangguk diikuti Rose yang berjabat tangan dengan Yuni.

"Bagaimana, Yun? Dari hari yang lalu saya sudah sangat sepakat akan mengadopsi anak itu." Rose megerutkan dahi bingung. Suaminya bahkan tidak memberi taunya sama sekali anak yang mana yang di maksud.

"Mas, kok nggak ngasih tau aku, sih?" tanya Rose sedikit kesal. Reza terkekeh dan mencium kening Rose lembut.

"Rahasia, sayang," balas Reza sambil mengedipkan salah satu matanya. Rose mencebikkan bibir karena kebiasaan Reza yang mengambil keputusan tanpa berbicara dulu dengannya. Jika di protes, pasti akan berkata kalo lebih baik biar dia yang urus. Rose tinggal terima beres. Bagaimana bisa, ck.

"Oh iya, semua berkas juga sudah di setujui kemarin, Pak. Dia bisa di bawa sekarang. Biar saya panggilkan dulu," ujar Yuni tersenyum. Reza mengangguk dan Yuni pun berpamitan untuk memanggil anak yang di maksud Reza.

Sekarang Reza, Rose dan satu anak yang mereka adopsi sudah dalam perjalanan ke rumah Mama Reza. Ia langsung ingin agar anak angkatnya dapat beradaptasi dengan lingkungan keluarganya.

Sesampainya di rumah Ratna, mereka bertiga berjalan beriringan masuk ke dalam rumah. Ratna menyambutnya dengan senang. Reno yang berada di sebelah Ratna langsung menghampiri Rose dan memeluknya.

"Reno, ini kakakmu, sayang. Ayo sini kenalan," kata Rose dengan lembut kepada Reno. Reno mengerutkan dahi saat melihat anak laki-laki yang sedikit lebih tinggi darinya sedang menatapnya dengan raut wajah yang sangat datar tak berekspresi. Reno sedikit takut.

"Allan Davendra," ujar anak di hadapan Reno sambil menjulurkan tangan ingin berjabat tangan.

Reno membalas jabatan tangan dari Allan. "Reno Aditama." Reno sedikit tersentak karena Allan meremas tangannya. Walaupun tidak begitu erat, tapi terasa sedikit nyeri.

Reno langsung menarik tangannya dan mengelus tangan kanan dengan tangan kirinya. Berharap rasa nyerinya berkurang.

Allan berusia 6 tahun, sedangkan Reno berusia 5 tahun. Reza memang sengaja mengadopsi anak yang satu tahun lebih tua daripada anaknya. Alasannya, agar Reno ada yang menjaga.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan Reno dan Allan semakin terlihat dan sangat kompak. Bahkan mereka selalu kompak menjahili tetangga mereka yang seumuran. Bernama Araya Laurand. Gadis cantik yang memiliki umur sama dengan Reno.

Hingga umur Reno 7 tahun, Allan 8 tahun, kekompakkan mereka masih terlihat.

"Ren, ayo main ke rumah Ara. Kita kerjain lagi sampai nangis!" tegas Allan. Reno menggeleng pelan.

"Nggak mau. Kasian Ara dari kemarin masih nangis sampai sekarang. Reno merasa bersalah," gumam Reno yang masih di selubungi rasa bersalah.

Allan menggerutu kesal dan mencubit kecil paha Reno yang membuat sang empu berteriak karena sakit.

"Aduh, sakit. Lepasin!" racau Reno memohon.

Allan terkekeh dan tetap pada posisinya, "turutin dulu. Kita kerjain Ara lagi."

"Iya! Iya oke!" balas Reno cepat. Allan melepas cubitannya. Reno bernapas lega dan sedikit meringis saat melihat luka cubitan yang memar.

Allan memang memiliki sifat ambisius dan tak ingin kalah dalam suatu hal. Ia akan melakukan apa yang ia mau. Dia sangat suka melihat orang lain menangis. Allan juga menyukai darah.

Saat dulu Reno terluka dan berdarah, Allan senang sekali menambah luka Reno. Entah itu dengan mencubit bagian luka agar semakin berdarah atau apapun itu.

Reza sering memarahi Allan karena sikapnya yang tidak baik. Bahkan Allan selalu tertawa di saat Reno menangis. Tidak berusaha menenangkan, tapi justru membuat Reno semakin menangis.

Rose dan Reza semakin takut dengan perilaku Allan yang semacam ini. Bahkan Rose berpikir bahwa Allan memiliki jiwa psychopath. Reza menepis opini itu dan berharap Allan baik-baik saja walaupun jika di logika, bisa jadi kemungkinan itu benar.

-----------------
TBC

REANA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang