Tiga Puluh Satu

7K 247 0
                                    

Setelah mengantar Rea pulang, saat ini Reno berada di rumahnya. Duduk di ruang tamu sambil menikmati teh hangat yang di sediakan bunda nya.

"Sayang, kamu nggak istirahat ke kamar aja?" tanya Rose -Bunda Reno- dengan nada lembut.

"Nanti, Bun. Reno masih pingin di sini. Sama Bunda tentunya," jawab Reno terkekeh di akhir kalimat. Bunda yang mendapat jawaban dari Reno hanya bisa mengulum senyum gemas kepada anak semata wayang nya.

Reno melihat ke layar tv lagi. Detik berikutnya Reno tak menunjukkan ekspresi apapun, padahal chanel tv yang di tonton menayangkan Stand Up Comedy.

Rose yang melihat ekspresi anaknya, dapat menyimpulkan bahwa sedari tadi Reno melamun. Matanya memang menatap layar tv, namun pikirannya mengembara entah kemana.

"Ren, kamu memikirkan apa, Nak?" heran Rose sambil menepuk paha Reno sekali. Reno tersentak dan menoleh cepat ke arah Rose.

"Bunda, dari tadi Reno kepikiran Rea terus. Sekarang dia di rumah sendiri," ucap Reno dengan helaan napas pelan di akhir kalimatnya.

"Loh, emang keluarga nya yang lain kemana?"

"Tante Sarah di rawat di Rumah sakit, Reyhan juga jaga di rumah sakit. Sedangkan Rea di rumah nunggu Papa nya yang masih perjalanan pulang dari luar kota." Rose menunjukkan ekspresi kagetnya saat mendengar bahwa Sarah di rawat di Rumah sakit.

"Emang Sarah sakit apa, Ren?" tanya Rose dengan kekhawatirannya. Wajar saja, karena Sarah adalah teman SMA nya dahulu.

"Kanker otak stadium 2, Bun." Rose menutup mulut nya spontan. Kaget dengan pernyataan yang diberikan Reno. Ini penyakit serius.

"Astaghfirullah. Ya ampun, Sarah kenapa bisa gini." tak terasa air mata Rose turun begitu saja. Merasa sedih mendengar kabar tentang salah satu teman SMA nya.

"Bun, jangan nangis. Reno nggak suka lihat Bunda nangis," tegas Reno yang berusaha menenangkan Bunda nya.

Di dalam hidupnya, sekarang Reno hanya tinggal bersama Bunda nya. Tentu saja hal itu membuat Reno harus benar-benar menjaga salah satu orang penting di dalam hidupnya.

"Iya enggak," ucap Rose sambil mengusap air mata. "Sekarang Reno temenin Rea ya, Nak."

Reno menghela napas pasrah. "Rea pasti nggak mau Bun kalo Reno datang ke rumah nya sekarang."

"Yaudah sekarang Reno Video Call aja sama Rea ya. Bunda cuma mau tau keadaan Rea sekarang," ucap Rose yang sanggup di angguki Reno.

Reno mengambil laptop yang berada di kamarnya dan membawa laptop ke ruang tamu. Dengan Rose yang sudah duduk rapi menunggu aktifitas yang di lakukan anaknya.

Reno menyalakan laptop, dan mulai memencet aplikasi Video Call atas nama Rea yang tertera.

Beberapa detik kemudian panggilan tersambung. Dengan suasana Rea yang berada di kamarnya sendiri dengan pencahayaan yang remang.

"Assalamu'alaikum, Re!" sapa Reno terlebih dahulu.

"Wa'alaikumussalam. Ada apa, Ren?"

"Bunda gue mau ngomong sesuatu ke lo," jawab Reno. Rose langsung menyerobot, menggeser tubuh agar dekat dengan kamera laptop.

"Hallo, tante!" seru Rea dengan senyuman merekah.

"Hallo Rea sayang. Kamu baik-baik saja kan?"

"Iya dong. Rea kan strong, Tan." Rose terkekeh melihat Rea yang berlagak gaya samson di seberang sana.

"Maaf ya Rea, Tante belum bia jengukin Mama kamu," ucap Rose penuh penyesalan.

"Nggak apa-apa Tante. Kapan-kapan kan bisa jengukin. Yang penting Tante sehat selalu ya hehe."

"Iya sayang, Aamiin." Reno berdecak malas. Kedua perempuan ini jika sudah mengobrol memang selalu melupakan kehadirannya.

"Tante, maafin Rea ya jarang kerumah Tante."

"Nggak apa-apa sayang. Oh iya, Rea sudah makan, Nak?" tanya Rose.

"Rea nggak mood buat makan, Tan. Nanti aja deh." Rose bergaya seakan memarahi anaknya, dengan kedua tangan yang berada di masing-masing pinggang sebelah kanan dan kiri.

"Apa perlu tante suruh Reno beliin makanan buat kamu, Rea?"

"Nggak usah, Tan. Habis ini Rea mau masak makanan kok. Tenang aja, Tante," ujar Rea menyengir salah tingkah. Rose yang melihat itu terkekeh lucu, diikuti Reno yang juga terkekeh tanpa sadar.

"Oke sip. Buruan sana makan ya, Nak." belum ada balasan dari Rea, namun Rose langsung mematikannya begitu saja.

"Loh, Bun. Kenapa dimatiin tiba-tiba?" tanya Reno penasaran.

"Biar Rea cepat makan. Habis ini kamu chat dia. Ingatin buat makan. Jangan sampai telat!" tegas Rose dengan telunjuk memperingatkan ke arah Reno.

"Iya, Bun. Bunda jadi possesive banget sama Rea," balas Reno dengan tawa renyahnya.

"Rea udah kayak anak nya Bunda. Jadi harus Bunda jaga." Reno mengangguk dan tersenyum mengiyakan saja ucapan Bunda tersayangnya.

"Apalagi kalo Rea jadi menantu Bunda. Pasti Bunda bersyukur banget." Reno melongo tak percaya saat kalimat selanjutnya meluncur dari mulut Rose. Apalagi membahas soal menantu.

"Doain aja, Bun," ucap Reno tanpa tersadar.

Rose tersenyum sumringah menatap Reno yang menatap lurus ke depan seolah melamun, "Jadi kamu mau?"

Reno mengerutkan dahi dan memutar kepala menatap Rose. "Mau apa, Bun?"

"Tadi yang kamu omongin."

"Reno nggak ngomong apa-apa, Bun. Dari tadi Reno diam kok." Rose menggelengkan kepala heran dengan sikap anaknya.

Rose langsung berdiri dari duduknya. Meninggalkan Reno yang masih menatap kepergian Bunda nya menuju dapur. Dan sempat mendengar gumaman pelan dari Rose.

"Hati memang nggak bisa bohong."

Kalimat itu yang Reno dengar dari Bunda nya. Namun, Reno hanya mengendikkan bahu acuh. Berdiri dari duduknya dan membawa laptop ke kamar nya.

-------------------
TBC

REANA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang