Tiga Puluh

7.6K 270 0
                                    

Reno berjalan santai setelah berpamitan kepada Rea dan teman-temanya bahwa ia pulang terlebih dahulu karena ingin menemui dan mengantarkan Aletta pulang.

Saat berada di koridor, Laras menyusul dan menghadang tepat di hadapan Reno sambil merentangkan kedua tangan.

Reno menaikkan sebelah alisnya dengan salah satu tangan memegang tas di pundak sebelah kirinya.

"Lo ngapain berdiri di situ?" heran Reno.

Laras mendengus, "Lo bego ya?"

"Lo kali." Reno berjalan. "Minggir, gue ada urusan," ucap Reno sambil menunjukkan gerakan mengusir. Memerintahkan Laras agar tak mengahalangi jalannya lagi.

Laras berdecak dan tetap berdiri menghadang jalan Reno.

"Lo jadi cowok nggak pernah peka ya, Ren!" gertak Laras yang membuat Reno tersentak kaget. Namun dengan cepat lelaki itu menetralisir wajahnya agar terlihat biasa saja.

"Apa maksud lo?"

"Lo nggak tau kalo selama ini-" ucapan Laras harus terpotong karena Ferro yang tiba-tiba datang di antara keduanya.

"Lo masih di sini, Ren? Katanya mau temuin Aletta." Reno menepuk jidat nya seketika dan langsung berpamitan terlebih dahulu. Meninggalkan Laras yang menggerutu sebal kepada Ferro.

Reno berjalan cepat ke arah parkiran. Saat berada di parkiran, ternyata Aletta sudah menunggu tepat di samping motornya.

"Maaf lama," ujar Reno dengan napas terengah.

Aletta terkekeh, "iya nggak apa-apa. Gue baru aja kok." Reno mengangguk dan mengajak Aletta agar pulang sekarang saja.

Selama di perjalanan, keduanya hanya diam menikmati kebersamaan. Entah kenapa di saat-saat seperti ini, orang yang muncul di kepala Reno adalah Rea.

Beberapa menit kemudian keduanya sampai di depan rumah Aletta.

"Makasih ya, Ren," ucap Aletta tersenyum tulus. Tak dapat di pungkiri bahwa Aletta juga sebenarnya menyukai Reno sejak lelaki itu mulai mendekatinya.

"Sama-sama, Ta. Lo masuk gih udah sore," tegas Reno tersenyum.

"Iya. Lo nggak mampir dulu?" tanya Aletta basa-basi.

"Nggak deh. Gue mau beli barang titipan Bunda gue." Aletta mengangguk mengerti dan pamit masuk rumah terlebih dahulu.

Reno mengangguk mempersilahkan, sebelum akhirnya pergi meninggalkan halaman rumah Aletta yang di dominasi dengan warna putih dan abu-abu.

***

Setelah Reno membeli kebutuhan yang Bunda nya titipkan, lelaki itu mengendarai motor dengan pelan menikmati jalanan di sore hari.

Reno memelankan laju motornya saat berada di taman dekat perumahan Rea. Reno berhenti dan turun dari motornya untuk memastikan bahwa orang yang ia lihat memang orang yang sejak tadi berkeliaran di pikirannya.

Reno memarkirkan motor di tempat yang sudah di sediakan dan mendekati seseorang yang sejak tadi duduk membelakanginya.

Tempat yang orang itu duduki lumayan sepi, sehingga tak ada orang yang menyadari bahwa ia sedang terisak dengan pandangan lurus.

Tempat yang orang itu duduki lumayan sepi, sehingga tak ada orang yang menyadari bahwa ia sedang terisak dengan pandangan lurus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REANA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang