Lima Puluh Empat

9K 256 10
                                    

7 tahun kemudian.

My diary

Ini mengejutkan.
Secepat ini, kini umurku menginjak 24 tahun.
Entah bagaimana kabar mu sekarang.
7 tahun yang lalu aku menunggumu, merindukanmu, mengharapkanmu agar mengikuti ujian kenaikan kelas.
6 tahun yang lalu saat aku berhasil dalam ujianku, berharap kamu mengkuti kelas jenjang akhir di sekolah.
Tapi nyatanya tidak. Kamu benar-benar hilang.

Hingga sekarang, aku masih ingin bertemu denganmu. Aku masih ingin melihat bagaimana keadaanmu. Untuk beberapa menit saja.

Di sini, peranmu di gantikan oleh orang yang kau bilang kakak tirimu. Allan Davendra.
Tidak. Sebenarnya tidak ada yang bisa menggantikan peranmu di sini. Kamu yang sudah kupilih dan sulit untuk ku gantikan.

Kamu tahu? Beberapa bulan yang lalu Allan melamarku. Sungguh, entah bagaimana bisa aku menolak lamarannya hanya karena aku belum bisa berhenti untuk menyayangimu.

Berkali-kali Allan selalu mengatakan dan memperingatkanku agar segera melupakanmu secepatnya. Ia mengatakan, jika aku masih saja menyayangimu, maka tak lama aku akan mati.

Entah apa yang ia ucapkan. Tapi aku yakin, Allan menyimpan banyak rahasia yang tidak aku ketahui.

Bolehkah aku meminta satu permintaan yang sudah berkali-kali aku ulang selama ini?

Kumohon, kembalilah. Reno Aditama.

Tertanda,
REANA AZAHRA.


Rea menutup buku diary dengan air mata yang masih menetes di kedua pipinya. Sungguh, ini sangat menyesakkan.

Ia bingung dengan perasaannya. Di satu sisi ia nyaman bersama Allan, tapi di sisi lain ia masih menyayangi dan mengharapkan kedatangan Reno.

Bagaimana perasaanmu jika orang yang kau cintai hilang secara tiba-tiba saat keadaanya yang begitu kritis dan hilang kabar setelahnya.

Rea ingin sekali marah. Mengatakan pada dunia bahwa ia sangat merindukan seseorang.

Ia hanya ingin kabar dari Reno. Bagaimana keadaan lelaki itu.

Rea merasa jahat karena menolak lamaran Allan yang selama ini selalu melindungi dan menyayanginya dengan sepenuh hati. Allan benar-benar mencintainya. Tapi balasan Rea sungguh kejam. Menolak lamaran Allan hanya karena masih menyayangi Reno. Memang bodoh.

Dan Rea merasa lebih jahat lagi saat Allan mengatakan tidak akan meninggalkan dirinya dan tetap menunggu keputusan Rea nantinya.

Tok ... Tok ... Tok ...

Pintu kamar di ketuk dari luar. Perempuan dengan piyama tidur berwana biru bergambar motif bunga itu mengusap air matanya cepat dan berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

Saat membuka pintu, di sana berdirilah Reyhan dengan rambut acak-acakan seperti orang yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Kenapa, Bang?"

Reyhan berdecak, "Allan nungguin tuh di ruang tamu. Ngganggu gue tidur sama istri tercinta aja."

"Kenapa Allan datang malam-malam gini, Bang?" tanya Rea heran.

"Mana gue tahu. Dah sana keluar. Jangan berisik, nanti Sania bangun." Rea mengangguk sambil tersenyum tipis mengingat Sania, ponakan kecilnya yang saat ini berumur 5 bulan. Anak pertama Reyhan dan istrinya yang bernama Andin. Begitu lucu.

Reyhan berjalan masuk ke kamarnya sendiri. Sedangkan Rea turun ke bawah masih dengan menggunakan piyama tidur.

"Allan, ada apa malam-malam begini?" tanya Rea sambil mendudukkan diri di sebelah Allan.

Allan menatap lamat wajah Rea, "Kamu nangis lagi, Re?"

Rea tersentak keget dan mengusap-usap matanya berusaha menghilangkan bekas tangisan.

Allan terkekeh dan mengambil tangan Rea untuk ia genggam. "Udah, nggak usah takut. Aku nggak akan marahin kamu, kok."

Rea hanya membalas dengan tersenyum tipis dan sedikit menundukkan kepala.

"Kamu masih kepikiran Reno?" tanya Allan.

"Iya. Allan, maaf ya." Rea menunduk merasa bersalah kepada Allan.

"Nggak apa-apa. Aku masih mau nunggu kamu, kok." Rea mendongakkan kepala untuk menatap wajah Allan.

"Allan, tapi aku jahat."

"Kamu baik. Kamu perempuan kuat, Re. Di sini aku mau ngelindungin kamu. Aku mau menjaga kamu sampai kapan pun," tegas Allan meyakinkan.

"Tapi aku belum bisa-"

"Lupain Reno, Re! Dia nggak ingat sama kamu."

Rea sedikit kesal dan emosi mendengar kalimat akhir yang di katakan Allan.

"Maksudnya apa?"

Allan mengambil sebuah barang dari tas yang di bawanya. Ia menjulurkannya ke arah Rea agar Rea yang membacanya sendiri.

"Ini apa?"

"Buka aja. Baca sendiri. Ini amanah dari Bunda Rose."

Senyum Rea sedikit mengembang saat mendengar nama Rose di sebut. Ia tak sabar dan segera membuka barang amanah dari Rose dengan senyum yang masih terukir.

Setelah membuka dan membaca nya. Tubuh Rea menegang, darahnya berdesir begitu cepat, pandangannya buram karena mulai tertutup dengan air yang sudah menggenang di kelopak matanya.

Ini, undangan pernikahan. Tidak, bukan itu yang membuatnya kaget. Di sini tertulis nama Reno dan Claudia. Tidak, ini salah.

"Ini?" lirih Rea tak bersuara dengan mulut sedikit gemetar.

"Ini undangan pernikahan Reno. Bunda Rose yang kasih ini. Beliau mengundang kita datang ke acaranya, Re."

Detik itu juga air matanya jatuh dengan cepat. Menetes begitu deras. Ini sangat sakit.

Rea menutup mulutnya menahan isakan agar tak mengeluarkan suara.

"Kamu bohong, Al," gumam Rea sambil menggelengkan kepala berusaha menepis berita ini.

"Untuk apa aku bohong? Bahkan undangan ini sudah aku dapat dua hari yang lalu. Aku baru siap kasih tahu sekarang, Re. Karena pernikahan akan di adakan besok lusa di Singapore."

Rea mengerutkan dahi dengan air mata yang masih mengalir.

"Maksudnya?"

"Selama ini Reno tinggal di Singapore untuk pengobatannya. Lukanya cukup parah karena di area kepala. Bahkan, dia mengalami amnesia. Reno hanya mengingat orang yang saat dia tersadar, ada disebelahnya. Reno juga lupa sama teman-teman lainnya."

"Termasuk aku?" lirih Rea takut-takut.

"Iya."

Rea menangis semakin keras. Allan yang tidak tega, langsung memeluk Rea begitu erat untuk menenangkan perempuan itu.

"Waktu itu kamu kan yang pukul dia? Kalo kamu nggak pukul Reno, mungkin sekarang Reno sama aku dan nggak akan lupa sama aku."

Allan memejamkan matanya. Hatinya di hantam keras dengan perkataan Rea. Ia merasa amat bersalah.

"Maaf, Re. Aku salah. Selama ini sebenarnya aku sudah tahu kalau Reno mengalami amnesia. Dan, rasa cintamu yang terlalu dalam membuatmu mati. Seperti yang aku bilang dari dulu." Rea hanya mengangguk berkali-kali dan menangis kencang di pelukan Allan.

"Yes. I killed my self, Al."

-------------------
TBC

REANA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang