7•Titik Temu•

5.2K 270 3
                                    

Setelah pertemuan dengan Drea di restoran, Riska meminta Andre (suaminya) untuk mencari tahu tentang Drea.

Banyak kenyataan-kenyataan menyakitkan yang mereka terima tentang anaknya itu. Anak? Mereka sudah mengetahui identitas Drea yang sebenarnya.

Dan peluang untuk membawa Drea pun sangatlah besar. Sekarang saja Riska dan Andre sednag berada di ruang kerja Andre yang ada di rumahnya itu.

"Gimana mas? Kapan 'Dia' mau di bawa kesini?" Tanya Riska.

"Mas gak menjamin dia akan pulang kesini dalam waktu yang dekat. Karena kemarin pas mas cek ke kost-an nya di sana, katanya dia pindah dulu tapi ntah dimana." Tutur Andre dengan mimik wajah menyesal.

"Terus gimana mas?" Tanya Riska lagi dengan wajah yang hampir menangis. Dirinya tak habis pikir dulu bisa mengusir anaknya itu.

"Tapi, ada satu berita bagus. Dia, sekolah di Herm School dan itu akan memudahkan dia untuk membawa pulang ke sini. Namun, ada satu hambatan bagaimana caranya dia bisa mau pulang ke sini." Jelas Andre.

"Mas aku mohon cari cara terbaik agar 'Dia' bisa pulang kesini. Aku gak habis berpikir kenapa bisa aku dulu ngusir anakku sendiri. Aku juga gak berpikir kenapa aku bisa tidak mengenalkannya pada keluarga yang lain." Ucap Riska yang sudah terisak. Lalu Andre menarik Riska kedalam pelukannya.

Tanpa mereka sadari ada satu orang yang memperhatika mereka.

Shit! Umpat orang itu.

Dirinya bahkan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Lalu pergi membawa adik bungsunya ke kamarnya dan menidurkan adik bungsunya itu. Kemudian pergi menuju ruangan yang bertuliskan 'Graha room' dan memecahkan vas bunga kecil lucu. Orang yang tadi tak sengaja mendengar pembicaran Riska dan Andre adalah Graha putra bungsu mereka.

" Apa mungkin 'dia' yang diceritakan ayah dan ibu adalah 'dia' yang dulu aku lihat bermain di taman?" Gumamnya pada diri sendiri, dia pun mengambil handphone nya dan menelepon seseorang.

"Halo." Sapa seseorang di seberang sana

"Yo, lo lagi sibuk gak?" Tanya Graha.

"Gak, emang kenapa? Tumben lo malem-malem gini nelpon gue." Tanya seseorang itu yang bernama Rio. Rio adalah salah seorang teman Graha. Dia dan Graha tak terlalu dekat, hanya saja ketika kuliah mereka saling mengenal satu sama lain hingga akhirnya menjalin hubungan sebagai teman yang baik.

"Gue pengen lo nyelidikin sesuatu. Bisa gak?" Pinta Graha.

"Nyelidikin apa? Bisa nggaknya tergantung tugasnya dulu." Tanya sekaligus jawab Rio.

"Mmm, gue pengen lo nyelidikin tentang adik gue." Jawab Graha.

"Lah, kenapa adik lo? Dia bikin masalah lagi? Terus gak jujur?" Tanya Rio bertubi-tubi.

"Bukan Grea. Tapi, ah udahlah besok jam 8 gue tunggu di cafe tempat biasa kita ketemu." Jawab Graha.

"Okey, awas aja kalo lo telat." Jawab Rio sembari mengingkatkan Graha dan langsung mematika telepon nya. Graha melempar ponselnya ke atas sofa dan untung saja handphone nya itu tepat berada di sofa. Graha pun langsung membanting tubuhnya ke atas ranjang lalu memejamkan matanya.

🐾🐾🐾

Lantunan suara adzan shubuh berhasil membangunkan Graha,dia pun langsung pergi menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Dan setelah itu dirinya pergi menuju kamar yang ada disampingnya itu.

"Frans." Panggil Graha dari luar sambil menggedor-gedor pintu kamar adiknya itu. Tak lama Frams keluar dengan memakai sarung dan tak lupa peci yang melekat di kepalanya, begitu juga dengan Graha yang penampilannya tak jauh beda dari Frans.

"Yuk!" Ajak Frans, Graha pun mengangguk.

Kemudian di berjalan ke kamar Andre (ayahnya), baru saja akan mengetok pintu kamar itu, Andre sudah keluar dengan setelan yang sama seperti Frans dan Garha, mereka pun pergi menuju masjid dekat komplek untuk melaksanakan ibadah shalat shubuh berjamaah.

🐾🐾🐾

Frans, Graha dan Andre sudah kembali menuju rumahnya ternyata di ruang makan sudah tersedia menu sarapan disana juga sudah ada Riska, Grea, dan Putri. Putri yang melihat kaka dan papanya pulang langsung meminta diturunkan dari pangkuan Riska dan langsung berlari menuju papanya.

"Papa dendong." Pintanya sembari merentangkan tangan agar ayah nya itu menggendongnya.

"Uu sini." Ucap Andre lalu memangku Putri dan langsung menuju meja makan. Sekilas dia melihat bangku yang kosong yang harusnya ditempati oleh Drea itu. Anak-anaknya pun pernah bertanya untuk siapa kursi itu. Andre hanya menjawab itu untuk Putri jika dia sudah besar. Padahal ada yang lain.

Keadaan di meja makan tak hening karena ulah Putri anak bungsu di keluarga itu. Dia terus mengoceh membuat Frans dan Graha terus meladeninya padahal mereka tidak mengerti apa yang dikatakan adiknya itu. Berbeda dengan Riska dan Andre mereka senang melihat itu, hanya saja ada satu orang yang seharusnya merasakan kebahagiaan ini. Sementara Grea dia menatap tak suka kepada semua orang yang perhatiannya hanya kepada Putri.

"Kamu kenapa nak?" Tanya Riska ketika dia melihat Grea yang memakan rotinya dengan wajah kesal.

"Gak papa." Jawab Grea lalu kembalikan memakan rotinya itu.

"Yaudah jangan kesel gitu. Mamah tahu apa yang kamu rasain. Putri itu adik kamu, dia masih kecil dia butuh perhatian dan kasih sayang yang lebih, kamu harus bisa membedakannya sayang. Bukan berarti kamu gak butuh perhatian atau kasih sayang lagi. Tapi, Putri lebih butuh." Tutur Riska sembari menggenggam tangan putrinya itu. Grea hanya berdehem menanggapinya. Lalu dia menghabiskan sarapannya.

"Jangan nyari masalah lagi, kalo misalkan ada yang ngelakuin sesuatu sama kamu jangan dibales lagi. Jadi anak baik." Nasihat Riska kepada Grea ketika dia dan Frans akan pergi.

"Frans, kalo misalkan Grea bikin masalah nasihatin nya baik-baik kalo misalkan kamu mau marah mwnding pergi aja. Kamu tahu kan sifatnya Grea gimana?" Nasihatnya lagi kepada Frans ketika Frans belum naik ke mobil.

"Yaudah mah, aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum." Pamit Frans kemudian mencium punggung tangan ibunya.

🐾🐾🐾

Kini Graha sedang berada di cafe tempat biasa dirinya bertemu dengan Rio. Tak lama menunggu, Rio datang dengan setelan kantornya.

"Loh? Jadi bapak bisnis loh?" Tanya Graha disertai kekehan.

"Nggaklah, tapi iya sih. Ahh enggak ah gak tahu deh." Sahut Rio Pasrah.

"Jadi gimana?" Tanya Rio ketika dirinya sudah duduk dihadapan Graha.

"Jadi gini ... itu menurut apa yang gue denger dari pembicaran bonyok malem tadi." Tutur Graha.

"Wah, gue kaget banget denger ini asli." Ucap Rio dnegan wajah terkejut.

"Biasaa aja kali." Sewot Graha.

"Jadi lo mau gue nyelidikin tentang 'dia' yang bahkan lo gak tahu?" Tanya Rio.

"Hooh." Jawab Graha.

"Ini menarik nih, secepatnya gue kasih tahu lo. Tapi, ini gak bakal beres dalam jangka waktu dekat. Soalnya gue juga lagi banyak kerjaan di kantor bokap, belum lagi di polsek ada problem." Tutur Rio.

"Iya, pokoknya lo harus cepet-cepet dampetin infonya. Gue pengen tahu adik gue itu soalnya." Ucap Graha. Sebelum pulang mereka makan terlebih dulu sambil nostalgia katanya😁

"Gue pamit ya ha." Pamit Rio.

"Eh bentar, bareng dong. Gue juga mau balik kok bentar bayar dulu." Cegah Graha.

******

Maaf ya, belum bisa update Putri's Diary soalnya di cerita itu lagi stuck banget kalo disini lagi lancar kaya cintamu padanya eakkk🤣#readersbucin

Jangan lupa tinggalin jejak ya😆

                                                         Rabu, 12 September 2018

Secrets Of Drea [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang