21•Kebenaran(2)•

5.2K 258 24
                                    


Hiksss

Sore hari, ketika Raffa datang ke rumah Drea. Dia mendengar suara menangis. Ketika masuk dia melihat Nadya yang sedang menggedor-gedor pintu kamar Drea.

"Ahh untung saja ada kakak." Ucap Nadya ketika melihat Drea, terlihta jelas di matanya yang bengkak Nadya sudah menangis. Belum lagi suara Drea yang terisak di dalam.

"Ada apa? Kenapa mukamu seperti sudah menangis. Lalu kenapa Drea didalam menangis kau biarkan?"

"Emm,,,nanti akan aku ceritakan kak. Tapi sekarang aku mohon tolong bantu aku memebujuk Drea. Aku takut hal hal tak diinginkan terjadi." Nadya menunjukkan kekhawatirannya lewat mata nya. Raffa pun mengangguk.

"Dre, ini Raffa." Belum ada sahutan di dalam hanya masih terdengar isakan.

"Emm kakak buat salah ya sama kamu? Kamu kenapa? Jangan bikin kakak sedih Dre." Jika Raffa sudah menyebut dirinya kakak berarti kali ini Raffa sedang benar benar serius. Dari dalam terdengar kunci dibuka dan memperlihatkan Drea dengan mata bengkak dan hidungnya memerah menunjukkan bahwa dirinya sudah menangis.

Nadya yang melihat Drea keluar pun tersenyum cerah dan langsung memeluk Drea. "Maaf Dre, Maaf, aku gak maksud gitu. Aku cuman mau ka---" Drea pun perlahan merenggangkan pelukannya kemudian menutup mulutnya dengan jari telunjuknya menyuruh Nadya untuk diam.

"Aku tahu niat kamu baik, hanya saja aku merasa tersinggung dengan kata kata kamu Nad. Tapi, aku tahu kok. Aku egois."

"Bukan gitu maksud aku Dre. Aku pengen kamu kaya saudara saudara kandung kamu yang kini bahagia padahal kamu berjuang keras."

"Itu udah takdir aku Nad, udah gak papa. Sini peluk lagi." Drea pun merentangkan tangan nya supaya Nadya memeluknya. Mereka pun berpelukan.

"Aku gak dianggap nih? Yaudah inisiatif aja." Saat akan memeluk Nadya dan Drea. Mereka berdua langsung melepaskan pelukannya dan menirukan gaya "nanonana" di dance killing me-ikon. Mereka bertiga pun terkekeh.

"Gimana kalo sekarang kita ke tempat permainan atau makan di cafe atau makan bioskop biar kalian gak bosen sore sore gini." Usul Raffa.

"Gak ah, nanti aku malah jadi nyamuk nya kalian." Sahut Nadya.

Sontak pipi Drea memanas. "Apaansih." Ucapnya ketus.

"Yaudah aku sama Drea aja ya." Ucap Raffa.

"Loh, terus Nadya mau kemana?" Tanya Drea

"Aku ke cafe aja. Lagi kangen kafe nih."

"Oh oke deh, nanti kalo aku kesana aku chat ya."

"Sip."

🐾🐾🐾

"Indah bangetttt." Ucap Drea antusias. Raffa yang melihatnya tersenyum.

"Kalau aja setiap hari kamu senyum gini. Aku bakalan ikut seneng." Guman Raffa lirih yang samar samar terdengar oleh Drea.

"Kenapa Raf?"

"Ahh nggak, kamu cantik kalau senyum gitu." Sontak saja pujian dari Raffa itu membuat pipi Drea merona.

"Apalagi kalo blushing." Tambah Raffa lalu mencubit pipi Drea membuat sang empu meringis kesakitan Raffa pun hanya terkekeh melihat wajah sebal Drea.

"Udah ini kita ke rumah aku ya, ada ayah dirumah. Katanya kangen apalagi Layra sama mom kangen banget katanya. Aku mah jarang dikangenin gitu sama mereka." Pinta Raffa.

"Masa sama aku cemburu, itu juga keluarga kamu loh." Jawab Drea terkekeh.

"Iya deh iya. Udah jam 2 nih, kita pulang yuk." Ucap Raffa yang dibalas anggukan oleh Drea. Mereka pun berjalan menuruni bukit itu dengan hati hati menuju tempat mobil Raffa di parkirkan.

🐾🐾🐾

Makan siang kali ini terasa berbeda karena ada Drea yang ikut bergabung. Sebenarnya Drea merasa sedih dan senang dalam waktu bersamaan kali ini. Dirinya senang bisa merasakan kehangatan keluarga meski ini bukan keluarga tapi dirinya juga sedih karena tidak bisa merasakan kehangatan ini dari keluarga kandungnya.

DREA POV

Aku tersentak kaget saat Raffa menepuk bahuku. Aku pun meminta maaf kepada anggota keluarga nya karena melamun di meja makan. Setelah acara makan siang bersama selesai, Drea dan keluarga Raffa pergi ke taman belakang rumah untuk sekedar ngobrol ngobrol, canda tawa keluar di obrolan itu.

"Emmm, Drea gimana keluarga kamu?" Tanya Silvi, membuat hatiku berdesir

"Mer--Mereka ada di kam---kampung kok bu."

"Gak papa, Ibu udah tahu semuanya. Mulai sekarang dan seterusnya kamu anggap aja ini keluarga kamu sendiri ya. Kamu panggil ibu dengan sebutan mom, dan kamu panggil ayah dengan sebutan Dad. Oke?" Ucap Silvi menepuk-nepuk bahuku. Aku pun hanya mengangguk sembari tersenyum kikuk.

"Boleh aku peluk gak bu?" "Boleh, sini." Layaknya teletubbis aku dan mom Silvi pun berpelukan.

"Udah dong mom peluk Drea nya. Lihat tuhkan jadi nangis." Ucap dad Indra, suami mom Silvi.

"Loh kok nangis?"

"Cuman inget keluarga aja bu--mom." Jawabku sembari menghapus air mataku. Aku juga tidak tahu kapan air mata ini keluar.

"Lebih baik kamu ceritakan semuanya ke kita semua, apapun yang bikin hidup kamu terasa berat, beban kamu selama ini." Pinta Mom Silvi. Sebenarnya aku ragu, tapi mungkin saja jika aku memceritakan semuanya, bebanku akan berkurang. Dan mengalirlah cerita ku yang penuh dengan lika liku ini.

Perjuangan ku diumur 9 tahun agar bisa sekolah. Mencari pekerjaan kesana kesini agar bisa mempertahankan hidupnya. Ketika aku bercerita mom Silvi menitikkan air mata. Aku pun tak sanggup lalu bahuku di tahan oleh Raffa, menguatkan aku.

"Dad gak nyangka kehidupan mu sebagai anak kecil bisa seperti kehidupan seorang ayah nak." Ucap Dad Indra yang masih menenangkan mom Silvi.

"Maafkan aku gara gara ceritaku kalian jadi menangis." Ucapku tak enak.

Author POV

"Memangnya siapa keluargamu nak?" Tanya Indra. Drea hanya menggeleng menandakan dirinya tidak bisa memberitahu itu.

"Gak papa nak, mungkin aja kita bisa bantu kamu kembali dengan mereka." Sambung Silvi.

"Andre bachtera Ahmad." Terlihat keterkejutan di wajab Indra, Silvi, Layla bahkan Raffa.

"Jadi ini alasan kamu ngajak aku pergi ketika kita pergi ke cafe tempo hari?" Drea hanya mengangguk mendengar pertanyaan Raffa. Dia pun hanya menunduk.

"Sudah kuduga." Ucap Indra membuat yang lainnya melihat ke dirinya.

--------------------

Sesuai janjiku kali ini double update. Awalnya ngira part kebenaran itu bakalan pendek. Ternyata panjang. Author jadi kewalahan.

Setelah baca ini langsung next ya, karena bab berikutnya bakal nyeritain tentang reaksi keluarga Ahmad.

Rabu,
16 Januari 2019

Spoiler part selanjutnya

"Aku gak nyangka ayah sama ibu bisa gini, padahal hanya karena penyakit itu?"

"Penyakit dia dulu membahayakan orang lain?!" Bentaknya

"Karena itukah ayah nyembunyiin identitasnya dari keluarga nya sendiri."

Secrets Of Drea [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang