Part 2

1.3K 92 3
                                    

Amran

Seorang gadis berhijab duduk diantara tangga didepan rumahku, dia sangat anggun dengan gamis yang menjuntai hingga menutupi kedua kakinya.

Dagunya menempel pada tangan kiri yang ditopangkan kedua lututnya. Tangan kanannya memegang buku kecil yang beberapa kali ia buka tutup seiring dengan matanya yang berkonsentrasi melafalkan sesuatu yang aku yakini untaian ayat suci. Yah tepat, dia sedang menghafal Al-Quran.

"Assalamu'alaikum." Salamku. Dia kaget kepalanya tersentak mulutnya bergerak mencari kata yang entah apa, jelas dia gugup saat menjawab salamku.

"Mbak, kenapa didepan rumahku. Ada yang bisa kubantu?"

"Ehm.. saya menunggu pak dhe Syafrie." Katanya kikuk.

"Untuk?" Tanyaku lagi tetapi kami sama-sama membuang muka dengan cepat hampir bersamaan, setelah mata kami bertemu.

"Emm, maaf saya putri teman pak dhe Syafrie yang akan belajar disini." Katanya pelan dengan menunduk.

Aku mengambil handphone dalam saku kemejaku yang tertutup jaket kulit. Aku menghubungi Abi.

"Assalamu'alaikum, Abi dimana?"

"----"

"Ada putri temen Abi datang."

"----"

"Terus aku gimana Bi? Masak aku cuma berdua sama mbaknya. Pondok masih sepi belum pada pulang."

"----"

Setelah mendengarkan perintah Abi aku segera menutup panggilan dengan salam kemudian mengalihkan arah bicara pada gadis itu.

"Mbak kata Abi, mbak disuruh masuk dulu, aku mau cari simbok."

"Terima kasih tapi saya menunggu disini saja."

Aku mengangkat bahu, yah terserah mbaknya ajalah toh aku sudah menyampaikan amanah Abi untuk mengajak masuk meski aku tidak diperbolehkan didalam rumah hanya berdua.

Repot banget kan perintah Abi. Mbaknya disuruh masuk tapi aku tidak boleh ikut masuk, lhah ini yang anaknya tuan rumah siapa?

Aku berlari ke halaman, dan melompati pagar setinggi satu meter. Tidak usah menunggu aba-aba aku memasuki rumah yang ada disamping rumahku dengan meneriakkan salam.

"Simbok, disuruh pulang ada tamu."

***

Hafizah

Aku pikir yang dia panggil simbok itu ibunya, sama seperti orang-orang sekitar Solo, Klaten hingga Jogja yang masih memanggil ibu mereka 'simbok' tapi nyatanya ini tidak.

"Mbak.. putrinya​ sahabat den Syafrie?"

"Iya Mbah, nama saya Hafizah Janan."

"Panggil saya simbok saja, saya ini rewangnya Abi yang ngurus Amran sejak bayi." Kata simbok, aku mengernyitkan dahi saat menangkap satu nama yang asing.

"Den Amran itu yang tadi mbak temui." Jelas simbok. Oh jadi namanya Amran, aku mengangguk-angguk tanpa kusadari.

"Ya sudah ayo masuk dulu."

Rasanya punggungku sudah mau copot, seharian dikampus harus membawa ransel besar dan nyataannya tiga jam menunggu teman papa yang notabene adalah pemilik pondok tetapi beliau tidak juga kunjung pulang.

"Tadi Abi sudah cerita putri sahabatnya mau datang." Kata simbok lagi.

Entah masuk dari mana Amran lelaki yang aku temui tadi diteras berlari dari dalam rumah dan sudah mengganti bajunya dengan seragam sepak bola.

"Simbok aku otewe dulu.. Assalamu'alaikum." Ucapnya sambil melambaikan tangan.

"Den Aam, makan dulu, sebentar lagi sholat ashar. Nanti Abi marah lagi."

"Udah mbok temen-temenku sudah nunggu diluar." Katanya cuek, matanya berhenti menatapku tapi sedetik kemudian berlalu tak perduli.

Dari dalam terdengar motor 250R meraung, diselingi suara anak remaja tertawa terbahak. Ish.. ternyata sekumpulan anak baru gede.

***


"Karena kamar dipondok sudah penuh, Hafizah tinggal di kamar tamu disini saja ya." Kata ummi.

"Apakah tidak merepotkan ummi. Janan tidak nyaman kalau nanti malah mengganggu keluarga."

"Merepotkan apanya ummi malah senang, ada teman ngobrol." Kata pak dhe Syafrie yang minta dipanggil Abi.

"Simbok, Aam dimana sekarang?" Tanya ummi pada simbok.

"Tadi dijemput temannya sepertinya mau bermain sepak bola." Jawab simbok dan berpamitan.

"Sepak bola terus. Sebentar lagi sudah mau ujian Nasional tapi masih suka main. Mas itu bagaimana Abi?"

"Ummi jangan terlalu dipikirkan nanti biar Abi saja yang menegurnya. Sudah ummi biarkan Hafizah istirahat dulu saja." Kata Abi menenangkan ummi.

***

Hafizah JananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang