Part 3

1.1K 89 3
                                    

Janan pov

"Mas Aam, ayo cepat mas aku sudah terlambat."

Teriakan Zulika terdengar sampai kamarku, aku menghentikan sejenak bacaan Qur'an lalu memilih melanjutkannya lagi.

Aku sudah bangun sebelum subuh tadi dan segera menuju dapur untuk mengambil air putih sebagai bekal seharianku berpuasa Senin Kamis. Aku memang tidak menyiapkan nasi untuk makan sahur, cukup roti dan segelas susu sudah cukup bagiku.

Aku tidak menyangka ternyata keluarga yang baru aku kenal ini memiliki kebiasaan berpuasa di hari Senin dan Kamis juga. Sehabis bersahur kami melakukan shalat Subuh berjamaah dimasjid samping pondok. Sebuah moment yang sangat hangat bagiku.

Rutinitas Senin pagi menimbulkan kegaduhan tersendiri, beruntung kuliah pagi dimulai jam delapan aku tidak perlu tergesa.

Aku mendengar suara motor menderu diiringi sepinya rumah. Mereka putra putri Abi sudah berangkat ke sekolah.

Qur'an kecil yang sedari tadi aku pegang ku masukkan dalam tas ransel. Senyum hangat ummi yang pertama aku rasakan saat membuka pintu kamar.

"Sudah siap ke kampus Nak."

"Iya ummi, Janan pamit dulu ya. Assalamu'alaikum."

"Hati-hati dijalan, Wa'alaikumsalam."

Aku mencium tangan ummi yang sangat halus itu, pancaran mata ummi begitu lembut dan tulus membuat hati siapa saja mudah menyayangi beliau.

Meskipun aku baru mengenal ummi tetapi rasanya sudah seperti ibuku sendiri. Aku jadi ingat mama dirumah, rindu.

***

Sofia yang berada didepan gedung kampus menunggu untuk menyambutku. Senyuman teduh sahabatku ini yang selalu menjadi salah satu rasa nyamanku di kampus yang notabene fakultas kami lebih dipenuhi kaum Adam.

Tapi pengetahuan tidak membatasi apapun, sekarang jurusan teknik informatika semakin banyak disukai kaum hawa. Beberapa penelitian mengungkapkan perempuan memiliki kecenderungan kemampuan menganalisa dengan baik.

Sudah lupakan soal sekat dalam pengetahuan. Pagi ini ada tugas yang harus segera aku kumpulkan. "Assalamu'alaikum." Sapa Sofia. Aku menjawab salamnya.

"Bagaimana pondok milik sahabat papamu? Sudah ketemu dengan pemilik pondoknya?"

"Alhamdulillah sudah, Abi dan ummi sangat baik dan menerimaku dengan ramah."

"Kamu nggak memanggil dengan pak Kyai atau Bu Nyai?"

"Beliau berdua yang memintaku memanggil demikian. Ini tugasku cepat kita serahin ke asdos." Jelasku sambil menyerahkan tugas kepada Sofia.

"Ummi dan Abi punya anak laki-laki?" Sofia masih berkutat dengan rasa ingin tahunya.

"Iya dua orang, perempuan juga dua orang."

"Wah bakal jadi mantu kesayangan nih kamu Nan." Goda Sofia dengan kerlingan jahil.

"Idih apaan, ABG labil gitu." Aku pukulkan buku ke lengan Sofia, tapi hanya dibalas dengan kekehan menyebalkan.

Dari arah berlawanan Dito teman satu angkatan berjalan mendekati kami. "Kalian sudah mempersiapkan diri untuk pengenalan ke Smansa?"

"Lho bukannya itu tiga hari lagi?" Tanyaku.

"Karena jadwal padet mepet sama Dies Natalis Universitas, acaranya diajuin hari ini." Kata Dito.

Hafizah JananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang