Kamu adalah dirimu yang akan segera aku buat menjadi kita.Amran Apriansyah Syafrie
____________________________________
***
Menepati janji pada papa Janan, malam ini ditemani papa mama Janan, Amran datang lebih awal ke rumah sakit. Pasalnya dia ingin membicarakan perihal Janan pada ummi terlebih dahulu.
Papa mama Janan pamit ke kantin rumah sakit untuk membelikan minuman hangat. Amran tak membuang waktu segera menemui bunda di kamar inap Abi.
Amran menceritakan awal kejadian Janan jatuh dari mobil Riko sampai marahnya warga dan kesepakatannya dengan papa Janan.
"Mas Aam yakin dengan keputusan ini?." Tanya ummi.
"InsyaAllah Aam yakin ummi."
"Ini bukan hanya masalah menjaga mas, tapi apakah kalian saling mencintai dan sanggup untuk saling bertanggung jawab satu sama lain? Menikah itu tidak mudah apalagi di usia yang masih sangat muda."
"Mohon ummi percaya, Aam yakin kami akan saling bertanggung jawab dengan pernikahan kami."
"Lalu bagaimana dengan kuliah di Kairo seperti cita-cita mas Aam?."
"Aam memutuskan untuk kuliah di Jogja saja. Mungkin di kampus mbak Janan dan mengambil jurusan yang sama untuk mendukung pekerjaan Aam, ummi restui ya.. Aam nggak bisa ninggalin adik-adik dan ummi dalam kondisi begini."
Ummi menangis dalam senyuman, terharu akan kedewasaan putra sulungnya ini.
"Mas Aam nggak menyesal melepaskan kuliah di Kairo?."
"Jika ummi merestui InsyaAllah Aam nggak menyesal."
"Iya sayang.. ummi merestui keputusan mas Aam. Asalkan mas Aam bahagia dan tetap memegang teguh agama, ummi pikir Abi juga akan merestui."
"InsyaAllah ummi, alhamdulillah terima kasih atas restunya." Suara Amran bergetar mengingat kasih sayang kedua orangtuanya selama ini.
***
"Mbak dan mas Syarief tidak perlu menginap di hotel, jika tak keberatan mas dan Keenan bisa tidur di kamar Amran, mbak bisa tidur bersama Janan atau di kamarku." Ucap ummi ketika mereka bertiga meninggalkan Amran yang berganti menunggui Abi di rumah sakit.
"Sudah mbak kami tidak ingin merepotkan." Kata mama Janan.
"Tidak merepotkan, apa nggak capek kalian seharian bolak-balik terus apalagi setelah perjalanan dari Jakarta."
"Nggak papa mbak, atau mama saja yang menemani Janan. Kasihan barangkali putri kita ingin curhat. Biar papa dan Keenan yang tidur di hotel." Ucap papa Janan.
"Oke terserah papa saja.. Oya mbak sudah tau keputusan Aam yang mau menikahi Janan? Menurut mbak gimana?."
"Aku setuju saja, kita berempat kan juga sudah pernah membicarakan pernikahan ini sebelum mas Syafrie kecelakaan."
"Mbak yang tabah ya.. kami siap membantu jika mbak membutuhkan apapun."
"Iya terima kasih."
Selanjutnya sisa perjalanan hanya dihabiskan dalam diam, tidak ada pembicaraan lagi. Masing-masing bergulat dengan pikiran sendiri.
***
Pagi harinya Janan sudah terlihat semakin segar, demamnya juga sudah turun. Karena weekend Janan hanya dirumah hari ini dan tidak ada kegiatan di kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafizah Janan
Teen Fiction"Aku butuh kamu mbak, untuk membantuku menata hidupku. Membantu menenangkan hatiku." Nah kan mulai nih anak... "Membantu bukan berarti harus menikah. Ini bukan sekedar persoalan memiliki buku nikah." "Justru itu, ijinkan aku untuk menghalalkan kamu...