Sabtu pagi kurang lebih pukul sepuluh, Janan dan mama papa melakukan check-out hotel. Beruntung semalam Janan ikut menginap bersama mama karena ternyata closing acara kantor papa Janan hingga larut malam, jadi mama tidak kesepian.
Janan bercerita banyak hal pada sang mama, bagaimanapun juga mama adalah tempat curhat paling nyaman dan aman baginya. Selalu memberikan masukan bijaksana ketika Janan mulai bimbang atau kehilangan arah tujuan.
Mobil mereka memasuki daerah Sleman melalui jalur Ring Road Utara menuju Ledok Fishing and Resto. Ditempat sejuk yang dipenuhi pepohonan teduh ini pengunjung bisa menghabiskan waktu memancing sembari menunggu makanan yang dipesan siap untuk dihidangkan.
Sesampainya di area parkir yang luas ternyata disana keluarga Abi sudah menunggu, dua keluarga itu saling menyapa dan mengucap salam. Keluarga Abi hanya Zafran yang tidak ikut karena ada acara disekolahnya.
Azka putri terkecil Abi yang memang dekat dengan Janan segera menghampiri dan minta digendong. Keduanya bercanda akrab. Azka yang berumur empat tahun asyik menanyakan ini dan itu kepada Janan untuk menuntaskan keingintahuannya.
Mereka semua menuju resto untuk melakukan order menu makanan, selanjutnya menuju saung yang terletak disekitar kolam ikan, disini disediakan persewaan alat untuk melakukan kegiatan memancing.
Memancing salah satu kegemaran yang sering dilakukan papa, Janan dan Keenan adiknya, tetapi sudah lama mereka tak melakukannya karena kesibukan.
"Keenan pasti suka ini pa." Kata Janan dengan tawa yang renyah. Lama hanya berkutat dengan buku dan laptop, hari ini sejenak menjadi penawar bagi Janan.
Janan, Zulikha dan Azka memilih duduk diujung saung untuk memancing, sedangkan papa mama, ummi dan Abi berada tak jauh dari mereka.
Amran yang tidak bersuara memilih tempat berseberangan. Usai melempar kail dia hanya menancapkan alat pancing ditepian kolam. Dia mencari soket listrik dan memulai membuka laptop dari ranselnya.
"Amran kenapa hanya meninggalkan alat pancingnya Ji?" Tanya papa pada Abi.
"Dia suka memancing tapi tidak suka menunggu, biasanya disambi untuk muroja'ah atau main gadget."
Yang sedang dibicarakan seperti tau, sejenak ia menghentikan tangannya diatas keyboard laptop. Matanya menyapu setiap kegiatan disaung seberang.
Telinganya menangkap sayup suara yang sedang bersholawat, ternyata Azka dan Zulikha. Suara Azka yang sedikit cadel membuat Amran tersenyum kecil.
Amran menghentikan pandangan tepat pada Janan, tak lama ia kikuk sendiri. Kembali mengalihkan konsentrasi pada laptop.
"Lihat Ji, sepertinya anakmu tertarik pada putriku. Anak muda tak bisa menutupi gejolak dihati mereka. Walaupun mereka susah payah menutupinya."
"Biar saja. Biarkan mereka belajar mencintai Robb-nya dahulu. Sampai mana kekuatan mereka untuk saling menjaga diri dan menyebutkan nama masing-masing dalam doa. Bukankah kita memang ingin berbesan sejak lama?"
"Aku percaya padamu saja Ji, untuk memastikan mereka bisa menjaga kesucian. Tapi ijinkan aku untuk membantu menguatkan doa itu."
"Wah sepertinya yang tertarik pada putraku itu kamu." Ledek Abi. Kedua sahabat itu tertawa saling menepuk pundak satu sama lain.
***
Tiga puluh menit berlalu, Azka mulai bosan ia mengajak Zulikha untuk membelikan minuman kemasan. Menu yang mereka pesan juga belum datang karena ini akhir pekan jadi pengunjung memang lebih ramai.
Tiba-tiba Amran yang berada diseberang berlari kecil sampai melupakan laptopnya. Dia panik karena melihat seorang yang sedari tadi membuyarkan konsentrasi berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafizah Janan
Teen Fiction"Aku butuh kamu mbak, untuk membantuku menata hidupku. Membantu menenangkan hatiku." Nah kan mulai nih anak... "Membantu bukan berarti harus menikah. Ini bukan sekedar persoalan memiliki buku nikah." "Justru itu, ijinkan aku untuk menghalalkan kamu...