Kuliah pagi membuat sebagian mahasiswa yang diantar dengan bus atau angkutan umum harus segera bergegas bergelut dengan debu dan asap kendaraan. Sepintas terdengar melelahkan tetapi ada kepuasan tersendiri saat kamu berhasil mendapatkan kendaraan yang bisa mengantarmu ketempat tujuan.
Sama seperti sebagian mahasiswa itu, aku juga harus segera menuju halte bus jika tidak mau terlewat dari kuliah pagi.
Kakiku sudah mulai pegal berdiri dari dua puluh menit yang lalu ketika bus tak juga muncul. Seorang abg yang sok keren dengan seragam putih abunya mengarahkan motornya berhenti didepanku.
"Berangkat Nan?" Tanyanya. Dia nggak ingat mungkin umurnya lebih tua siapa.
"Kamu nanya ke aku?"
"Berangkat Janan?"
"Bisa pakai mbak, kak atau apa gitu?" Tanyaku ketus mengingatkan cara dia memanggilku.
"Busnya lama ya." Ucapnya santai tanpa memperdulikan pertanyaanku. Dia melepas helm lain yang ada di stang motor, aku tau apa yang ada dipikirannya.
"Nggak perlu aku naik bus saja." Nada bicaraku lebih ketus lagi jangan sampai dia merasa aku mau dibonceng orang yang jelas bukan mahramku.
Aku lihat dia berpikir sejenak, aku segera mengalihkan pandangan kearah jurusan bus. Seorang anak lelaki yang juga memakai seragam putih abu berjalan dari belakangku.
"Siapa Am?" Tanya anak SMA itu dengan menerima helm ditangan Amran. What.. ini maksudnya?
"Kakak cantik kemarin." Jawab Amran dengan mata tajamnya masih menatapku. Tapi senyum smirk menghiasi wajahnya.
Anak SMA itu menatapku. "Lho kakak? Rumahnya daerah sini juga?"
Belum sampai aku menjawab. "Serumah sama aku." Ucapan Amran seperti menjatuhkan buah nangka dikepalaku. Wah ini bisa timbul..
"Kalian tinggal bersama? Hebat kamu Am."
Nah benarkan.
"Sapu tuh otak kamu kebanyakan nge-game. Kakak ini murid Abi dirumah."
"Kok kemarin kamu nggak cerita?"
"Yuk jadi berangkat nggak? Aku tinggal ni."
Teman Amran naik diboncengan motor, dia tersenyum dan mengucapkan permisi kepadaku. Ini aku harus marah atau gimana? Kok kesel ya.
***
"Miss Janan yang cantik masih terlalu pagi buat jutek." Kata Sofia saat kami sudah duduk didalam kelas.
"Stop bilang aku cantik, aku sebel. Mulai sekarang please jangan bilang aku cantik Fi." Kataku memohon.
"Eh.. tumben biasanya nggak apa-apa, emang ada apa sih?"
Entah karena dosen yang belum datang atau karena Sofia teman curhat yang paling pintar membuat nyaman situasi, aku menceritakan kejadian tadi dihalte bus, dan mulai menjadi kebiasaan Amran memanggilku dengan sebutan "kakak cantik".
Sofia terkekeh dengan bebasnya, lupa dengan siapa yang dia tertawakan.
"Puas." Kataku, tawanya menggantung menghilang begitu saja.
"Uups maaf.. habisnya kamu lucu seperti gadis naif yang kebingungan dengan tingkah anak SMA."
"Cukup Fi jangan diterusin. Kita bahas laporan LPJ kegiatan kemarin saja."
Sofia mengangkat tangannya tanda menyerah dan mau mengikuti permintaanku. Bagaimanapun juga kegiatan pengenalan kampus itu harus segera dibuat agar ketua BEM bisa melaporkan ke senat kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafizah Janan
Teen Fiction"Aku butuh kamu mbak, untuk membantuku menata hidupku. Membantu menenangkan hatiku." Nah kan mulai nih anak... "Membantu bukan berarti harus menikah. Ini bukan sekedar persoalan memiliki buku nikah." "Justru itu, ijinkan aku untuk menghalalkan kamu...