Part 14

711 72 4
                                    

"Am ini hari terakhir ujian, apa rencana kamu?." tanya Bayu mendekat pada sahabatnya.

"Bukan aku tapi kita Bay, habis ini kayaknya kita dapat proyek lagi. Kamu masih ingat PT. Green Nucra yang dulu pernah kita develop? Sekarang merger sama PT baru dan mereka minta kita yang bridging untuk program dua perusahaan itu."

"Wah bridging? Kerja keras lagi nih brother. Ngoprek lagi dong."

"Iyalah, pemrograman berkembang terus kita nggak tau gimana program yang udah dipake PT yang baru ini."

"Oke deh brother, duit here we comes." kata Bayu dengan senyum lebar sambil mengibaskan topi putih abunya karena cuaca panas.

"Am.. bridging itu ada silent bid sama opening bid toh? ngerti aku."

"Itu olah raga kartu bridge."

"Oh.. London bridge ia falling down."

"Itu lagu kesukaan Azka Bay. Kamu buang energiku."

Mereka terus tertawa dan berjalan beriringan menyusuri lorong sekolah dengan bercanda receh. Melepaskan beban mereka setelah ujian usai.

"Am proyek beres berani dong seriusin mbak cantik."

Amran cengengesan, "Udah Bay candaanmu bikin aku ngayal ketinggian."

"Nikah muda itu nggak menghambat karir bro."

"Gaya-mu Bay, mikir nikah tar aja. Aku ngejar setor hafalan dulu deh, kemarin dapat teguran kyai Abdurahman. Hafalanku macet."

"Aku salut sama kamu Am. Kamu itu memang pantes jadi my brother."

"Bukanya kamu emang pengen jadi saudaraku ya Bay, tapi adik."

"Kok gitu? Aku nggak mau jadi adikmu."

"Jadi nolak nih? Siapa yang dari dulu diam-diam suka sama Zulikha."

"Oh.. kalo itu pantang ditolak Am." senyum Bayu sumringah. "Jadi ceritanya aku direstuin nih?."

"Aku sih yes Bay, tapi nanti terserah gimana Zulikha, Abi dan ummi."

"Sama aja to Am, ini rasanya seperti di PHP." Ucap Bayu dengan mimik dibuat-buat.

Wajah Bayu yang sumringah kembali meredup kecut, melihat hal tersebut Amran tertawa lepas dan menepuk bahu Bayu berulang kali.

"Sabar cuk." dengus Bayu.

***

Amran dan Bayu sampai ditempat parkir, langkah mereka dihentikan oleh Agung dan Sisil.

"Am kita semua mau ngerayain ujian terakhir di kafe, kamu bisa ikut?." Pinta Sisil pada Amran.

"Maaf Sil.. aku harus langsung balik rumah sakit. Bilangin sama yang lain juga, maaf nggak bisa ikut."

"Kalo kamu Bay?."

"Maaf aku juga ngikutin Aam, banyak kerjaan nih."

Amran dan Bayu meninggalkan dua teman satu kelasnya itu. Tapi langkah Amran terhenti saat Sisil menarik ujung tas punggungnya​.

"Am.. apa udah ga ada kesempatan buat aku?."

"Sorry Sil.. mau kamu apa? Ucapanku dari dulu jelas. Aku nggak bisa pacaran." Amran menahan intonasinya.

"Apa segitu jeleknya aku sampai kamu nggak suka sama aku? Ini pasti karena santri yang tinggal di rumah kamu itukan?."

Amran hanya diam mencoba bersabar dengan tingkah Sisil, dia berusaha tetap menghargai teman satu kelasnya ini, walaupun sebenarnya sudah sangat tidak bisa mentolerir sikapnya yang selalu mendekati Amran.

Hafizah JananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang