+13

2.5K 233 2
                                    

"Selamat datang di G-Heaven!"

Kiki, remaja polos bertubuh kecil dan kurus itu mengangguk dengan senyum kikuknya. Ia menghampiri meja resepsionis dengan gemetaran.

"Udah punya member?" Tanya pria bertubuh atletis dan berwajah tampan, namun gaya dan cara bicaranya itu sangat bertolak belakang dengan penampilannya itu.

"Belum."

"KTP?"

Kiki menggeleng. "Kartu pelajar?"

"Money?"

Kiki mengeluarkan kartu plastik berwarna hitam mengkilat dengan logo mastercard di sudut kiri bawahnya.

"Bisa diatur." Pria itu kini ramah sekali. "Yeyy, mau dipijet, sauna, atau layanan full service?"

Kiki merasa ada beberapa pasang mata yang sedang mengawasinya dari dalam.

"Kalau yang full service?"

"Mahal boo, Rp 2 juta. Tapi yeyy, dijamin puas lahir batin."

"Emmm...."

"Yeyy, sukanya diapain?"

"Gak tau.." Suara Kiki nyaris tak terdengar. "Aku mau di --- itu --- bisa?"

"Kalo yeyy ambil yang full service, yeyy udah langsung jadi member disini. Dan yeyy, bisa minta service apa aja dari ---" pria itu menyodorkan layar tabletnya. "Yeyy, bisa pilih yang mana yang yeyy mau..."

Kiki bingung sendiri. Karena dia harus memilih puluhan cowok berwajah tampan dan berbodi atletis yang terpampang pada layar tablet pria itu.

"Mau eke pilihin yang rekomendasi? Nih --- kentinya panjang dan besar! Dijamin yeyy bakalan berdarah-darah!"

Kiki mengangguk. Dan ia menyetujui pria berkulit hitam itulah yang dipilihnya.

Setelah membayar dan mendapatkan kartu member dengan bertuliskan namanya, ia diajak oleh seorang petugas ke dalan sebuah kamar.

"Umurnya berapa?"

"16, Bang."

Pria itu tiba-tiba berbalik. Mendekap lalu mencium bibirnya.

"Sorry, Abang gak tahan liat kamu, Dek."

Wajah Kiki memerah. Ia tidak menjawab kalimat pria macho itu.

"Kalo ada waktu, boleh main bareng, Dek?"

Kiki mengangguk malu-malu.

Di dalam kamar nomer 10 itulah pria berkulit hitam dengan potongan rambut model tentara sudah menunggunya.

"Silahkan masuk, bos!"

Kiki menurut. Agak seram juga dia melihat pria tinggi berotot itu.

"Lepas bajunya, bos."

Setelah melepas seluruh pakaiannya, Kiki tiduran tengkurap di atas kasur empuk dan nyaman yang diletakkan di tengah ruangan. Lampu kamar itupun di redupkan.

Tubunya bereaksi saat pria itu mulai menuangkan minyak esens ke atas punggungnya.

Terasa olehnya tangan kekar pria itu yang mulai memijat tubuhya.

"Masih sekolah, bos?"

"Iya."

"Udah pernah sebelumnya?"

"Udah. Sekali. Tapi waktu SMP."

Pria itu menyeringai. Lalu ia melepas baju dan celananya. Penisnya yang sudah menegang, langsung diarahkan pada mulut Kiki.

Dengan senang hati Kiki langsung melahapnya.

"Enak banget, bos!! Shit...!! Arghh..!!"

Rasa penasaran Kiki akan panti pijat plus-plus ini, terbayar sudah. Setelah ia browsing dan memberanikan diri, akhirnya kini ia bisa merasakan penis pria lain, tanpa harus dipaksa.

"Bos, mau pake kondom apa enggak?"

Kiki menggeleng. Ia terlentang pasrah saat kedua kakinya diangkat oleh pria itu.

"Relaks aja, bos.."

Kiki memejam. Ia mengendurkan otot liang analnya dan tidak melakukan perlawanan pada penis hitam, besar, panjang dan berurat itu.

"Hemmppfft!!" Kiki menahan nafas. Penis itu sudah masuk seluruhnya.

Pria itu mendiamkannya sejenak. "Sakit, bos?"

Kiki menggeleng. Pria itupun mencumbunya. Lembut dan terlatih sekali.

"Seret banget, bos! Kayak memek perawan..!!"

30 menit berlalu, pria itu terus mengobrak-abrik lubang anus Kiki. Berbagai gaya sudah mereka lakukan.
Tubuh keduanya kini bermandikan peluh. Kiki tidak lagi mengaduh kesakitan dengan air matanya. Kini ia bisa merasakan betapa nikmatnya surga dunia itu.

Pria itu menggendong Kiki. Lalu merojoknya anusnya tanpa ampun. Malah Kiki yang meminta agar pria itu semakin kencang dan cepat menusuknya.

"Bos, mau dikeluarin di dalem?"

"Di mulut aja.."

Pria itu langsung menurunkan Kiki. Mengarahkan penisnya pada mulut Kiki sambil mengocoknya.

Cret.. Cret.. Cret..

Kiki langsung menelan habis sperma pria itu. Ia pun menjilati penis pria itu sampai bersih seluruhnya.

"Mantep banget, bos! Si Bos udah pengalaman banget ya!"

Kiki mengangguk malu.

"Kalo bos mau, kapan-kapan kita bisa main lagi. Tapi diluar aja, bos."

Kiki pun memberikan nomer hapenya pada pria itu. Ia keluar dari tempat pembawa nikmat surga dunia itu dengan perasaan lega.

"Udah puas?"

Kiki menoleh pada si pemilik suara itu.

"Gue tanya sekali lagi, udah puas lo di dalem sana, hah?!"

"Andy..." Kiki tercekat.

"Lo itu emang dasarnya bego ya!? Lo tahu gak, udah berapa kali orang-orang di dalam sana itu berhubungan sex?!! Dan apa lo tahu, kalau mereka itu bisa nularin penyakit kelamin sama lo!?"

"Aku..."

Andy langsung menarik tangan Kiki. "Gue gak mau liat lo masuk ke tempat itu lagi! Paham!!"

"Tapi..."

Andy mecengkeram kedua lengan Kiki. Menatapnya intens.

"Kalo lo emang mau ngesex, lo bisa bilang sama gue, Ki!"

"Andy..."

"Please, Ki. Jangan pernah sekalipun lo masuk lagi dan berhubungan dengan orang-orang dari tempat kayak gitu!"

"Andy..." Air mata Kiki mulai menitik.

Andy menarik dan memeluknya erat sekali.

"Kiki sayang Andy. Maafin Kiki, An..."

"Gue juga sayang sama lo, Ki..."

#####

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang