+30

1.7K 167 1
                                    

3 poin lagi di dapat oleh Wahyu. Dengan begini, babak pertama dimenangkan telak oleh Wahyu. Dengan peroleh skor 25 untuk wahyu dan 5 poin saja untuk Andy.

"Gimana, bro?" Wahyu mendekati Andy yang sudah sangat kepayahan itu. "Udahlah, nyerah aja lo..!"

Kedua bola mata Andy bergulir pada sosok Kiki yang sedang duduk seorang diri di tepi lapangan.

Dia memang tak jago basket seperti Wahyu. Namun dia tidak akan pernah menyerah untuk melepaskan Kiki begitu saja pada cowok slengek'an dan luntang-lantung gak jelas itu.

"Gue mau babak tambahan..."

"Fine!" Wahyu pun melemparkan bola basketnya pada Andy. Lalu ia berjalan ke tepi lapangan untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya.

"Andy..."

Andy tak merespon Kiki. Ia langsung meneguk habis sebotol air minumnya. Mengelap tubuhnya yang banjir dengan peluh dan nampak mengkilat karena sengatan matahari sore itu.

"Gue pasti akan dapetin lo, Ki."

"Andy, tapi kakimu..."

Andy melakukan peregangan lagi. Cedera di kakinya diakibatkan saa iatanding futsal dengan Wahyu kemarin. Rasanya masih sedikit nyeri dan linu. Namun masih tak seberapa sakitnya, dibanding saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri -- wahyu mencium bibir Kiki saat keduanya sedang di perpustakaan sekolah setelah jam pulang.

Andy kembali ke tengah lapangan. Jalannya agak limbung. Namun ia tetap tak mau menyerah begitu saja.

Kiki rupanya salah telah mengadakan kompetisi ini untuk kedua cowok itu. Dia pikir dengan tubuh Andy yang tinggi dan atletis sempurna itu, bisa mengalahkan Wahyu dalam bidang olah raga apapun. Tapi nyatanya tidak. Wahyu lah yang lebih unggul dari Andy.

Gdebughh...!!

Andy jatuh tersungkur. Cedera di kaki kanannya makin bertambah. Ia tidak sanggup lagi untuk melanjutkannya.

Wahyu menghampirinya. Berjongkok di dekatnya.

"Gue emang brengsek. Tapi gue gak munafik kayak lo, bro."

'Sialan...!!' Maki Andy dalam hati.

Wahyu pun tersenyum lebar dan puas. Ia kini mendekati Kiki. Merangkulnya dan membawanya pergi. Kemenangan telak sudah dipegangnya.

"Cari es kelapa muda dulu yuk.."

Kiki cuma mengangguk. Ia naik ke atas motor Wahyu dalam diam. Memeluk erat pinggang cowok itu, sambil menempelkan sebelah wajahnya pada punggung Wahyu.

Jika Kiki ingat kejadian saat itu, rasa perih dan sakit itu masih membekas dan tak mungkin terhapus. Bagaimana saat Fadhil dan geng-nya -- termasuk Wahyu -- memperkosanya secara bergilir.

Dan disaat itulah sang pangeran penolong, datang untuk menyelematkannya. Menghibur dirinya.

Namun memang benar yang dikatakan Wahyu, bahwa dia tidak munafik. Wahyu itu cowok yang gentle. Terang-terangan dia mengakui rasa suka, cinta dan sayangnya pada Kiki.

Tidak seperti Andy yang seolah hanya menggantung dan memberikannya harapan palsu.

"Pak, es kelapa sama mie ayam baksonya dua ya.." Ujar Wahyu.

"Baik, Mas.."

Kiki mengamati taman kota dengan pepohonan berdaun rindang dan lebat di hadapannya. Matahari sore yang masih bersinar terik, tidak begitu terasa menyengatnya.

Ia memiringkan kepalanya. Bersandar pada bahu Wahyu.

"Apaan sih -- lagi mau manja-manjaan nih.." Wahyu menggoda Kiki dengan mengusap pipi dengan jempolnya.

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang