+19

2.1K 191 3
                                    

Niko melirik pada telapak tangan Haikal. Ingin rasanya ia meraih dan menyatukan telapaknya dengan telapak tangan itu. Tapi, keberaniannya belum sampai disitu.

Meski beberapa kali pembicaraan Haikal seolah seperti memancingnya. Namun Niko masih tak yakin kalau Haikal itu sama seperti dirinya.

Apalagi sejak film diputar, Haikal seolah sibuk berkomunikasi dengan seseorang melalui WA di handphonennya.

"Ko, lo gak dingin?"

Niko menggeleng kikuk. Tahu dia akan diajak nonton, dia kan bisa bawa sweater dan pakai celana jeans panjang tadi.

Haikal melepas jaketnya, dan memberikannya pada Niko.

"Pake aja nih..."

"Tapi nanti lo..."

Haikal meraih satu tangan Niko. Lalu menggenggamnya. "Gini juga udah cukup kok. Hhheehee.."

Sepanjang film bergenre horor itu diputar, Niko pun menyandarkan kepalanya pada bahu Haikal. Jadi ini alasan Haikal memilih bangku paling atas pojok. Supaya mereka bisa lebih saling intim satu sama lain.

Tak jarang saat adegan menegangkan muncul, Haikal menghalangi pandangan Niko dengan tangannya.

Dan gak hanya sekali dua, saat Haikal alih-alih menoleh, tahunya dia malah mengecup dahi Niko.

"Nakal..." Desis Niko.

"Maunya sih cium yang lain. Tapi takut ada yang marah nanti.."

Niko tak menjawab lagi. Matanya malah memejam. Tangan Haikal rasanya begitu hangat dan membuatnya damai.

"Cepet banget ya.." Celetuk Niko saat mereka bergabung dengan pengunjung lain, keluar dari studio 5.

"Masih pengen ya.."

"Haha.."

"Mau nonton lagi?" Tawar Haikal.

"Enggak!"

"Terus? Mau balik aja?"

"Hmmm..."

Haikal berbisik pada Niko. "Please jangan gitu, Nik. Bibir lo bikin gue horny!"

Wajah Niko memerah seketika. Ia cepat-cepat berjalan keluar dari bioskop.

"Kemana lagi ya enaknya..." Haikal berceloteh sendiri sambil memukul-mukul setir mobilnya. "Makan udah. Nonton udah. Beli buku juga udah."

"Kal, gue pengen ngomong sesuatu sama lo.."

"Yap..."

"Lo tahu kan kalau gue ---" Niko melirik pada sebuah foto yang menggantung di kaca spion tengah. Foto Haikal dan seorang cewek. Cewek yang amat cantik dan sempurna.

"Apa sih? Kok malah bengong..."

"Gue gak bisa, Kal..."

"Gak bisa? Maksud lo?"

"Kayaknya kita gak usah berhubungan lagi..."

"Why, Niko?!!"

Niko terdiam. Rasanya tak kuat untuk memandang wajah Haikal yang polos dan tampan itu.

"Gak seharusnya gue kayak gini, Kal..."

"Serius. Nik, lo itu ngomong apaan sih?!"

Lalu tangan Haikal memegang pipi Niko yang lembut dan mulus.

"Nik, lo ada masalah apa?"

Niko melepaskan tangan Haikal. Dia tahu bahwa dia mencintai orang yang salah.

"Gue gay, Kal. Dan gak seharusnya lo deket-deket sama gue."

Seketika Haikal menarik tubuhnya. Dia memegang setir mobilnya dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang