END

1.3K 106 16
                                    

Saat ia membuka tirai jendela kamarnya, sinar mentari pagi yang hangat dan cerah langsung menyambutnya. Saat ia membuka jendela kamarnya, dan berjalan menuju balkon kamarnya, seseorang melambaikan tangan seraya melempar senyum padanya.

Tapi dia merasa aneh sekali dengan sosok itu. Ia seperti pernah melihat, bertemu, atau bahkan --- tapi dia tidak bisa mengingat semuanya.

Cklek.

"Selamat pagi. Surprise...!!!"

Ia menoleh dengan air muka datar. Seharusnya ia sangat bahagia dan bergembira dengan kehadiran orang-orang itu yang datang sambil membawakan sebuah kue tart dengan banyak lilin kecil menyala di atas.

"Tuh kan bener, aku bilang juga apa. Pasti Aditya udah bangun!"

Ia mengamati sesosok cewek yang berada di belakang, dua pria dewasa itu. Suaranya ia pernah mendengar suara itu. Hanya saja....

"Kok malah bengong? Ayo dong, tiup lilinnya..."

Kali ini ia memperhatikan cowok berwajah tampan dengan topi ulang tahun di kepalanya, dan tentu saja berada di barisan terdepan sambil membawa kue tart itu.

Apakah hari ini hari ulang tahunku...?

Dia maju selangkah. Meniup lilin-lilin itu, dengan sekali tiupan.

Ini aneh...

Terasa aneh sekali baginya...

Ia sudah sedewasa ini, haruskah ia...

"Sementara Aditya mandi, kita siap-siap sarapan dulu di bawah...!"

"Wahhh, kebeneran banget nih Om Matt. Emang lagi keroncongan...!"

"Hhhahaa, lo sih emang bawaannya laperan mulu!"

Satu persatu orang-orang itu pergi meninggalkan kamarnya. Menyisakan tiga orang saja. Pria dewasa dengan kaos hitamnya itu, si cowok yang tadi melambaikan tangan dari bawah, dan juga wanita paruh baya berpakaian sederhana yang lagi menyiapkan baju, dan...

"Aditya, kita mandi dulu ya. Jam sepuluh kan kita harus sudah tiba di hotel. Nanti kakek, nenek, dan yang lainnya langsung menunggu disana."

Dia menahan tangan pria itu saat ingin membuka piyama yang dikenakannya.

"Aku --- bisa sendiri." ucapnya pelan.

Pria itu agak kaget mendengarnya. Karena tak biasanya Aditya merespom dengan cara seperti itu.

"Air hangatnya sudah siap, Den Adit. Silahkan."

"Iya. Terima kasih."

Cklek.

Ken masih diam mematung pada posisinya. Untuk pertama kalinya, Aditya mandi sendiri dalam keadaan pintu menutup.

"Aku tunggu di bawah ya, om?" suara Alif membuyarkan lamunannya.

"Iya, Lif. Sebentar lagi om juga nyusul." sahut Ken diiringi senyum simpul.

Ken menghela nafas. Mungkin ini hanya perasaannya saja yang tak mendasar. Karena terlalu banyak pikiran yang terbawa dari rumah sakit, jadinya ia tidak bisa tenang dan memikirkan segala sesuatu yang aneh-aneh.

"Ken ---" Matt muncul di muka pintu.

"Yaa, aku tahu. Lima menit, oke?"

Matt mencium bibir Ken mesra. "Inget, hari ini adalah hari penting bagi Aditya. Jangan sampai kita datang terlambat."

Sepeninggalan Ken, Matt menyempatkan diri untuk melihat ke dalam kamar Aditya. Ia tersenyum sebelum akhirnya menutup pintu kamar itu.





Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang