+40

1.9K 177 2
                                    

Malam ini, tepat pukul 01.01, Aditya memposting sebuah gambar lingkaran putih di tengah-tengah warna hitam pekat, yang merupakan cover dari novel keempatnya yang berjudul, 'The End...?' dan sontak saja ribuan komentar langsung dilayangkan padanya.

'Apa itu judul novel keempatmu, Dit?!'

'Ini kabar yang sangat bagus. Tapi kok juga menyedihkan ya?'

'Ohh, tidak..!! Jangan sampai ini benar-benar berakhir!'

'Ya Tuhan..., kurasa tanganmu itu benar-benar seperti tangan malaikat!'

'Aku sudah tidak sabar untuk membacanya..!'

Dan Aditya pun membalasnya saat pagi...

'Perjalananku belum berakhir. Karena masih banyak orang yang harus kutolong. Bantulah aku teman-teman...'

Adit menutup laptopnya. Ia pun turun dari atas kasurnya, menuju lantai bawah.

"Adit, ayo sarapan dulu.." Pagi ini Ken sudah menyiapkan roti lapis daging dan keju kesukaan Adit.

"Adit mau telepon Reno dulu."Jawabnya singkat.

Ttutt... Ttutt... Ttutt...

'Halo...'

"Reno udah kasih makan kelinci-kelinci Adit kan?"

'Udah, Adit!! Pokoknya kamu jangan khawatir!!' Malah suara Farlo yang terdengar di latar.

'Dit, kapan kamu kesini?'

"Nanti aja deh. Soalnya sekarang Adit mau makan pagi dulu. Udah dulu ya, Ren. Kamu sama Kak Farlo, jangan main panas-panasan terus ya!"

Hmmm, pikiran Aditya yang banyak hal akan ini dan itu, sepertinya membuat ia lupa kalau yang berbicara dengannya barusan adalah Farlo. Bukan Reno.

Adit pun bergabung dengan Matt dan Ken di meja makan. Mungkin pagi ini dan untuk seterusnya, tidaklah akan sama lagi. Karena di rumah besar itu, mereka kini hanyalah tinggal bertiga saja.

Niko dan Haikal kini sudah kuliah. Mereka juga bekerja part time di sebuah restoran cepat saji, dan memutuskan untuk mengontrak rumah sendiri. Yahh, meskipun Adit juga dikasih kunci cadangan oleh keduanya, namun tetap saja Adit tidak pernah main ke tempat mereka.

"Pagi, Om Matt - Om Ken - Adit.."

"Pagi, Lif. Sini sarapan.." Ajak Matt. Sementara Adit cuek saja mengunyah roti lapisnya.

"Alif udah sarapan tadi, Om. Terima kasih." Alif duduk di sebelah Adit. Tapi Adit seperti tidak menganggap kehadirannya.

"Kalau kamu kangen sama orang tua, kamu main aja ke Bandung sana, Lif.." Ujar Ken.

"Hari ini Adit mau berenang, mau main time zone, mau mandi bola, sama mau main bowling ahh.."

Ken menoleh pada Alif. "Nanti pada janjian jam berapa?"

"Semalam pada bilang, janjian jam 9-an, Om Ken."

Alif memang kini tinggal dengan mereka. Namun ia tinggal di paviliun yang berbeda. Ia mengambil kuliah malam, karena dari pagi hingga sore, ia kini bertugas layaknya asisten pribadi Adit. Sementara orang tua dan kedua adiknya, kini tinggal di Bandung. Ikut mengurusi lahan perkebunan Kakek Hamzah yang semakin luas dan subur saja.

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang