+31

1.6K 180 2
                                    

"Adit apa kabar?!!" Eva refleks menghambur dan memeluk remaja itu dengan segala histerianya. "Kemaren Adit abis liburan ke Bandung ya? Kok gak ngajak-ngajak sih?"

"Adit minta maaf ya, Tante. Soalnya Adit takut kalau Tante Eva sibuk bekerja."

"Halo, Dit.."

"Halo, Om Ovi.."

Kedatangan Adit di perusahaan penerbitan itu, disambut dengan hangat dan semarak sekali. Setelah 11 tahun berlalu, akhirnya mereka semua bisa bertemu dengan si penulis yang novelnya berhasil menyelamatkan perusahaan mereka dari ambang kebangkrutan.

"Adit kesini sama siapa?"

"Sendirian, Tante." Jawab Adit sambil mengedarkan pandangannya.

"Kita ke ruangan editor yuk.." Ajak Eva.

"Maaf ya, Dit. Tempatnya jelek dan berantakkan."

Adit menggeleng. "Dulu Adit sangat penasaran sekali ingin masuk. Tapi ternyata gedung ini memang keren sekali ya, Om.."

"Adit mau minum apa?"

"Aditya Hamzah..!!" Bu Ana yang sedang meeting sampai harus menyudahi meetingnya, setelah diberitahu bahwa kantornya kedatangan Aditya.

"Adit mau menyerahkan ini.."

"Adit ini apaan? Naskah ya?" Mata Eva langsung berbinar-binar. "Bu Ana..." Yang dipanggil pun cuma mengangguk seraya mengulas senyum simpul saja.

"Survive...?" Dahi Eva mengerenyit. Dan begitu ia membuka halaman pertama pada naskah setebal 1010 halaman itu, wajahnya pun seketika memucat pasi. "Adit, ini kan ---"

Ovi dan Bu Ana yang melihat lembaran naskah itupun dibuat terbelalak olehnya.

"Adit yang menulis semua ini?!! Tapi bagaimana?!" Bu Ana pun kelihatan ekspresif sekali.

"Ada apaan sih, Bu?"

"Iya, ada apa sih?"

"Va...!?"

"Ohmay....!! Bu Ana, bukannya ini bahasa Perancis ya?!"

Adit pun bangkit dari duduknya. "Adit pulang dulu ya.."

"Adit tunggu dulu dong..!"Eva menahannya. "Adit, tapi kita kan belum pernah menerbitkan novel berbahasa Perancis? Adit punya kan yang bahasa Indonesianya? Aslinya?!"

Adit menggeleng pelan.

"Adit..."

"Adit harap Tante Eva bisa menterjemahkan seluruh naskah ini sebelum terlambat.."

"Terlambat bagaimana maksudnya, Adit?"

"Mungkin habis ini Adit akan pergi jauh untuk sementara."

"Adit mau pergi kemana lagi sih?"

"Tante Eva -- Om Ovi, kalau nanti novel Adit ini laku sampai banyak sekali, maukah kalian berjanji satu hal sama Adit?"

"Adit kenapa ngomong kayak gitu sih.."

"Eva, tenangkan dirimu.." Bu Ana memegang pundaknya.

"Kalau novel Adit banyak terjual, dan Adit dapet uang, tolong berikan semua uangnya ke anak-anak penderita kanker ya.."

"Adit..."

"Belikan mereka mainan dan biskuit yang banyak. Supaya mereka tidak sedih lagi.."

"Adit..."

"Janji ya kalian semua.."

#####

Sore itu Matt dan Ken baru saja tiba di rumahnya. Dan keduanya dibuat menahan nafas, dengan sebuah pemandangan yang sangat-sangat tidak biasa.

"Om Matt!! Om Ken..!!" Aditya memanggil dengan riang sekali. "Tadi Adit habis borong semua anak kelinci dong...!!"

"Ya Tuhan, Ken..." Matt sampai pusing dibuatnya.

"Sini-sini, mau Adit kenalin satu-satu gak?!"

Dan sekarang, Matt serta Ken, melihat kalung kecil bertuliskan nama berbeda di setiap leher anak kelinci yang jumlahnya ada 50-an itu.

"Yang ini namanya si item. Kalau yang ini si kriwil. Kalau yang wajahnya galak ini namanya si Tuan Gigi Tajam.."

"Aku capek banget om, bersihin eek kelincinya.." Keluh Niko keluar-keluar dari dalam rumah.

"Semangat ya Kak Niko! Biar nanti kita punya banyak teman dan gak kesepian!"

Niko duduk di bawah dengan wajah letih. Baru saja ia pulang sekolah, dan tahu-tahu satu halaman depan penuh dengan kotoran kelinci.

"Adit kok beli kelincinya banyak banget?" Tanya Ken.

"Adit kan perlu uang banyak, Pak Dokter Ken. Mangkanya -- Adit mau beternak kelinci aja."

"Adit-adit..." Ken membelai kepala Aditya lembut. "Kan Om sudah bilang, kalau Adit membutuhkan uang, Adit tinggal bilang sama Om Ken atau sama Om Matt.."

"Hei-hei, itu sandal mahalku!! Sial!!! Kenapa kamu harus mengencinginya..!!" Matt kesal sendiri karena sandal jepitnya seharga ratusan ribu jadi korban dipipisin oleh anak kelincinya Adit.

"Kakek Hamzah sama Nenek Retno aja sekarang udah gak mau ketemu sama Adit. Mungkin karena Adit nakal dan suka menghabiskan uang mereka."

"Adit, mereka itu tidak pernah marah apalagi benci sama Adit. Hanya saja, sekarang ini kakek dan nenek sedang lagi banyak urusan."

"Nanti kalau Om Matt sama Pak Dokter Ken juga pergi jauh, Adit kan jadi sendirian juga.."

"Kami tidak akan pernah pergi meninggalkan Adit.."

"Orang dewasa itu sukanya berbohong." Adit memotong kalimat Matt. "Mas Bagas juga sekarang pergi jauh. Tidak pernah memberi kabar sama Adit. Adit kan jadi sedih.."

Ken dan Matt sebenarnya tahu kalau Bagas sedang menyelesaikan urusan dengan mantan isterinya dan penipu ulung yang sudah menipunya selama ini. Si penipu yang membohonginya dengan berpura-pura menjadi Aditya.

"Kemarin Adit sudah ketemu sama Tante Eva dan Om Ovi. Adit sudah menyerahkan cerita Adit yang ketiga."

"Kapan Adit menyelesaikannya?Kok Om Matt gak dikasih tahu?"

"Rahasia dong..!"Adit menyengir lebar. "Nanti kalau cerita Adit banyak yang suka -- Adit mau beli rumah sendiri dan tidak merepotkan siapa-siapa lagi.."

"Memangnya rumah ini kurang besar ya? Gimana kalau nanti kita pindah ke rumah yang lebih besar lagi?" Mata Matt membulat penuh.

Adit melompat bangun. Senyum cemerlang menghiasi wajah tampan dan polosnya.

"Pak Dokter Ken -- Om Matt -- Kak Niko -- Adit mau mengucapkan terima kasih ya! Soalnya kalian sudah baik sama Adit...!"

"Adit..."

Aditya pun berbalik memunggungi ketiga orang itu.

"Ayo teman-teman, sekarang kita main lagi ya...!!"

#####

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang