+29

1.7K 182 2
                                    

"Kerennnn...!!"

Bukan Adit yang berteriak histeris seperti orang gila itu. Tapi Angel dan Erika yang tingkahnya sudah kayak bocah yang baru menemukan sesuatu seperti harta karun Firaun.

Cepret sana. Cepret sini. Galeri foto di smartphone kedua cewek itupun langsung penuh dalam hitungan detik. Untungnya mereka membawa persiapan cukup matang.

Powerbank kapasitas 10.000 mAh, sebanyak 4 buah. Kabel data. Micro sd yang besarannya 64 Gigabyte. Tas anti air. Tongsis. Sampai 2 smartphone mereka pun, mereka bawa semuanya!

"Kita berenang yuk!"

"Ya enggak boleh dong, Adit." Jawab Dean sambil mengalungkan tangannya ke leher Adit dari belakang.

"Kenapa memangnya, Pak Polisi Dean?"

"Air itu kan mengandung asam yang sangat tinggi. Tidak baik untuk kulit."

"Habis ini kita mau kemana lagi nih?" Tanya Wendy.

"Gimana kalau kita ke Trans Studio?" Usul Matt.

"Kita ke Mall-nya aja deh." Wendy melirik pada Clara dan Gill. "Biasalah cewek-cewek."

"Siapa yang habis ini, mau ke Trans Studio?!!" Tanya Ken.

"Aku--aku--aku..!!" Usep, Dodo dan Adul, berlomba angkat tangan.

"Ehh, kalo kita ikut, kita dibayarin juga gak ya?" Angel bisik-bisik.

"Trans Studio yang kayak Dufan itu kan? Kan mahal tiketnya.." Sahut Alif.

"Pada kayak orang susah aja lo semua..!" Andy pun mengeluarkan kartu kredit titaniumnya. "Gue bayarin lo semua!"

"Gak enak kalo lo semua yang bayar. Sebagian gue deh.." Farlo pun seolah tak mau kalah.

"Well, terserah aja.."

Puas berfoto ria di kawasan obyek wisata Kawah Putih, mereka pun melanjutkan kembali perjalanan mereka.

Namun mereka mampir sejenak untuk makan siang di sebuah restoran bertemakan saung-saung khas pedesaan.

"Usep mau lele goreng sama ati ampela..!"

"Kalau Adul maunya, uhm --- telor ceplok sama nasi kecap aja!"

"Adul jangan norak dong!! Emangnya ini di warung nasi!?" Tukas Dodo.

Dari sisi lain, para remaja memperhatikan tingkah Adit dan ketiga temannya yang seolah tak pernah punya beban dalam kehidupannya itu.

"Coba gue masih kayak mereka ya. Gak usah capek bikin tugas, berangkat pagi balik sore, ulangan-ulangan, gak dapet-dapet cowok..." Angel menghela nafas. "Nasib-nasib.."

Acara makan bersama itu sungguh sangat semarak sekali. Meski beberapa kali Kakek Hamzah dan Nenek Retno mencoba menelepon Adit, namun tak kunjung juga di jawabnya.

Puas bermain di berbagai wahana di Trans Studio, rombongan itupun kembali ke vila sekitar jam 10 malam. Itu juga Adit sudah tidur sejak kakinya keluar dari wahana bermain indoor terbesar yang ada di negeri ini.

"Berat Matt? Sini biar aku aja.." Dean menawari. Karena dulu, ia sudah sering menggendong Adit. Jadi ia suda terbiasa dengan berat badan Adit.

"Kalau kalian laper, masih ada makanan di kulkas." Ucap Ken pada ketiga bocah yang masih asyik menceritakan segala pengalaman seru mereka seharian ini. "Jangan lupa, sebelum tidur -- cuci tangan, kaki, dan sikat gigi.."

"Iya, Om Ken..." Sahut ketiga bocah itu kompak.

Bruggh...!

Andy melemparkan dua bantal dan guling di atas karpet, di ruang tengah. Tidak begitu jauh dengan posisi Adit yang sudah dalam keadaan tertidur.

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang