+34

1.6K 177 2
                                    

"Aditya...!!!" Teriakkan yang sangat tidak enak didengar itu munculnya dari arah depan.

Bocah yang tangannya masih berlumuran sabun detergen itupun, segera menghampiri asal suara.

"Kalau dipanggil itu buruan dateng, goblok..!!" Tukas wanita paruh baya itu sabil menjewer telinga si bocah hingga memerah. "Buruan cuci semua perabotan..!!"

Padahal si bocah belum selesai mencuci segunung pakaian kotor milik tetangga di halaman samping. Dan kini ia harus mencuci setumpuk piring, gelas dan perabotan kotor lainnya.

"Habis ini kamu ke rumahnya Ibu Dasimah. Ambil pakaian kotor dan uang bulanan kamu!"

Ia pun mengangguk pelan. Meski sedari malam ia belum mengisi perutnya dengan secuil makanan apapun, dan kini perutnya terasa sangat lapar sekali -- namun ia tetap saja terlihat bergembira melakukan semua pekerjaannya itu.

Mata kecilnya yang jernih, lantas membulat saat ia melihat sisa nasi, beberapa perintil ikan teri, dan secuil kecil tempe pada piring yang sudah sebagiannya terkena cairan sabun.

Ia melongok ke dalam warung ibunya. Memastikan kalau ia akan baik-baik saja jika memakan sisa-sisa makanan itu.

Nikmat sekali...!

Pikirnya. Setidaknya itu bisa mengganjal perutnya hingga siang nanti. Dan ia sudah tidak sabar sekali ingin segera berkunjung ke rumah janda kaya raya yang sangat baik dan perhatian padanya itu.

"Adit, ayo kita main.."

"Ehhh, ini anak-anak nakal! Udah dibilangin Adit gak boleh main, masih aja pada dateng! Pergi sana...!!"

"Dasar ibu cerewet..!!" Ketiga bocah itupun berlari menghambur menjauh.

Namun sayangnya, malah Aditya yang harus menanggung kenakalan ketiga temannya itu.

Wanita itu memukul dan menjejali mulut Aditya dengan spons cuci piring yang penuh dengan busa sabun.

"Anak sialan!! Awas kalau sampai mereka berani datang lagi kesini!"

Sambil bersiul pelan, Aditya kecil terus saja mencuci satu persatu perabotan kotor itu. Hatinya tetap riang gembira, meski ia merasakan sakit di beberapa anggota tubuhnya dan rasa letih di sekujur tubuhnya.

"Sudah selesai, Bu.."

"Sekarang kamu ke rumah Bu Dasimah. Tapi ingat, kalau kamu sampai berani menyembunyikan uang itu lagi -- kamu akan ibu cemplungin ke sumur!!"

Aditya kecil membawa kantong kresek lusuh besar. Ia berjalan cepat menuju rumah Nenek Dasimah yang jaraknya hampir 1 kilometer dari rumahnya.

"Duh...!" Ia mengaduh sambil memegangi perutnya. Kepalanya pun terasa pusing sekali. Ia melihat pemandangan di sekitarnya menjadi berkabut dan berbayang. Lalu tubuhnya terhuyung, dan dia pun jatuh tak sadarkan diri.

Gdebuggg...!

"Aditya..."

Aditya pun membuka matanya. Tubuhnya kini terasa ringan sekali. Tangan mungilnya memeluk sebuah benda besar yang terbungkus kain bercorak polkadot biru tua itu.

"Kamu tadi pingsan. Kamu kalau lagi sakit jangan main terus."

"Aku gak lagi main, Farlo. Aku tadi lagi mau ke rumahnya Nenek Dasimah. Mengambil pakaian kotor."

Bocah yang duduk di kursi rodanya itupun memberikannya segelas susu putih.

"Terima kasih, Farlo. Tapi aku tidak mau merepotkan."

"Kamu mau anggur, Aditya?"

"Tidak usah."Jawab Aditya kecil dengan noda susu tertinggal di bibir atasnya. "Aku pergi dulu ya, Farlo."

Find Him...!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang