Berulang kali Sina menelepon Feslyne. Nomernya tidak dapat dihubungi. Membuat Sina mendengus. Karena kesal, ia melempar ponselnya dengan sembarangan.
Sina lalu menuju meja riasnya. Mengambil karet lalu mengucir rambutnya. Tidak menghiraukan tampilannya tanpa make up. Karena Sina yakin ia masih cantik tanpa riasan-riasan itu.
Diambilnya kunci motor lalu menggenggamnya erat. Dia segera berjalan cepat menuju pintu mengambil jaket dan tas selempang. Sina lalu menutup pintu kamarnya. Ia segera menuruni tangga. Menuju rak sepatu di dekat tangga. Lalu mengambil dengan asal salah satu sepatu.
Sina lalu mengambil helmnya kemudian segera memakainya. Ia menyalakan motornya. Setelah itu perlahan-lahan memutar balik arah motor. Lalu Sina segera melaju menuju salah satu salon terbesar di Kota Surabaya.
Kota Surabaya hari ini sungguh ramai. Banyak anak-anak sekolah dijemput orang tuanya. Atau pekerja kantoran yang menikmati jam makan siang. Hingga jalanan penuh sesak. Sina baru sampai ke tempat tujuannya sekitar 30 menit kemudian.
"Silakan masuk." Seorang pegawai salon menyapa Sina dengan ramah. Sina tersenyum membalas sapaan pegawai tersebut.
"Feslyne ada?" Tanya Sina.
"Nona Feslyne sedang di kamar mandi, silakan tunggu di sini."
Sina lalu duduk disalah satu bangku tunggu. Menunggu kehadiran Feslyne. Sina beberapa kali mengecek jam. Hingga Feslyne menemuinya.
"Sekarang?"
"Iya," kata Feslyne.
...
Feslyne dengan hati-hati merias wajah Sina. Wajah Sina yang tadi tampak masih kusut, kini sudah begitu cantik. Feslyne memilih merias Sina dengan riasan natural. Dan Sina pun tidak mengajukan keberatan dengan hal itu. Karena ia tahu, Feslyne ahlinya dalam berdandan.
"Lo tambah cantik deh, Na!" Kata Feslyne dengan girang.
"Kan gue emang cans, Lyne," kata Sina terkekeh.
Feslyne menggelengkan kepala. Setelah selesai merias wajah Sina, Feslyne lalu membetulkan rambut Sina. Rambut Sina yang bagus karena sering perawatan, membuat Feslyne tidak kewalahan. Ia memilih mengepang beberapa untai rambut Sina ke belakang. Lalu memberi sebuah mahkota kecil yang sudah disediakan Bunda Sina. Beberapa untai rambut Sina dibiarkan tergerai hingga bahu. Sina sudah terlihat seperti putri kerajaan.
"Na, udah. Gaun lo udah?"
"Belum gue pilih. Lo aja deh yang milih, gue masih bingung milih mana." Kata Sina sembari memakai liontin berbentuk bunga. Ia lalu memasang anting-anting yang panjang beberapa inci.
"Hmm, Na, ini cocok lo pake!" Feslyne menunjukan sebuah gaun berwarna light pink dengan sedikit permata imitasi.
"Oke, gue coba dulu. Lo tunggu di luar," kata Sina.
Sina lalu mengambil gaun tersebut. Feslyne segera keluar dari kamar Sina dan menutup pintu kamar Sina. Sina mendesah. Memandangi gaun yang berada di tangannya sekarang. Apakah keputusan Sina sudah benar?
...
Era bercermin di kamarnya. Memutar-mutar badannya. Melihat apakah gaun itu serasi dengan tubuhnya.
Selena yang melihat itu mendengus. Seakan Era tidak percaya pada pilihan Selena. Selena lalu berdecak. "Udah cantik, Raa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Bukan Berarti Dekat
Teen FictionH I G H R A N K : #54 in Teenagers Ketika sahabatmu harus menjadi saudara tirimu. Ada alasan mengapa Cassandra Inara Sheren memusuhi sahabatnya sendiri. Dan juga, ada alasan untuk Veralia Agatha Sekar menentang pernikahan Ayah-nya. Tapi, bisakah m...