Jangan topik itu lagi!
Era tak akan peduli apa pembicaraan ketiga orang di pendopo rumahnya. Wajah mereka nampak bahagia kadang pula tertawa sampai dedaunan ikut bergesekan. Cukup lama ia mengintip melalui sela gorden jendela kamarnya. Kalian tahu apa tentang rasa sakit aku dan Mama? Sedikit demi sedikit, kedua kelopak mata Era terkulai seiring gorden yang ditarik untuk menutup akses pandangnya.
Sebuah tali bak mengikat jantungnya, dan setelah menyadari hanya ada ia disana, tali itu terlepas sendiri. Era menghirup napas dalam-dalam. Seraya menunduk, ia mencari jawaban atas pertanyaan yang beberapa kali berkeliaran di benaknya: apakah pernikahan itu akan benar-benar terlaksana? Hei, dia tak setuju! Era menyisir rambutnya ke belakang dan merematnya kala sampai di bagian tengkorak belakang. Terima kasih atas kesedihan hingga mengeringkan stok air matanya. Kali ini Era tak bisa menangis. Sebagai ganti, dia tertawa sumbang, awalnya pelan dan lama-lama meningkat volumenya. Rasa sesak kembali memenuhi dada hingga secara paksa menerobos jantung dan paru-parunya.
"Aku muak," desis Era.
Andai bisa berteriak, akan ia lakukan saat ini juga. Namun sebagai anak, ia juga tahu kapan harus menjaga sikap, apalagi tamu penting ayahnya ada di rumah ini. Situasi ini kian membuatnya muak. Era merebahkan badannya di atas kasur seraya menatap cahaya yang buram tertutup gorden transparan abu-abu miliknya. Perlahan tapi pasti, Era tertidur dalam lelahnya tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu.
...
Dulu keluarganya sangatlah harmonis. Rumah mereka selalu diliputi cinta, sekalipun tidak ada pertengkaran. Itu yang Sina dengar dari Ethan-- papanya, yang entah mengapa memilih membesarkan anak orang alih-alih anak kandungnya.
Kejadiannya saat Sina masih dalam kandungan sang mama. Menurut cerita Erina, seorang sahabat lama Ethan merusak kehidupan harmonis mereka. Awalnya Erina hanya mengatakan hal itu saja, namun lama-lama merembet pada soal perselingkuhan. Sina yang masih muda untuk tahu kehidupan pernikahan begitu mempercayai cerita Erina. Setiap hari Erina terus mengatakan untuk berhenti mengharapkan kedatangan Ethan.
Sepanjang waktu Sina terus mengutuk wanita dan anak orang yang menghancurkan kehidupan keluarganya. Kalau saja tidak ada kehadiran mereka, mungkin jika orang tuanya tidak bercerai, dan kakaknya masih hidup. Hatinya tertutup oleh amarah.
Dan hari ini, baru ia tahu siapa wanita dan anak yang menghancurkan rumah tangga orang tuanya. Dengan wajah tercengang, Sina merasakan pertahanan tubuhnya meruntuh. Saat ini ia baru sadar telah dipermainkan oleh amarah buta Erina.
Sina berusaha menghindari tatapan Erina. Tak ada yang bisa menggambarkan emosi di tatao matanya: kecewa, marah, dan sesal menjadi satu. Sina merasakan bulir air mata membasahi pipinya, turun kian banyak hingga mengalir turun dari dagunya. Adu mulut yang pertama diantara mereka tak dapat dielakan.
"Tidak mau berbicara?" tanya Erina dingin. Sina hanya bisa memundurkan langkahnya saat mendengar bentakan, "coba ulangi perkataanmu tadi, Sina!"
Sina terlonjak kaget mendengar perkataan Bunda. Ia ingin menutup rapat-rapat telinganya. Tapi yang ada tangannya bergetar hebat. Ketakutan menelan nyalinya bulat-bulat, hilang entah kemana. Tembok dingin menyapa punggungnya yang berbalutkan piyama tidur, dan dingin menusuk-nusuk ke dalam tulang. Tubuhnya merosot lemas tanpa daya, dibuat ketakutan oleh bara amarah Erina.
"Sina!" bentak Bunda lebih keras.
Ethan memang salah. Tak seharusnya seorang kepala keluarga melupakan segala kewajibannya dan mendahulukan kebahagiaan keluarga orang lain. Sikap baik hati tak selamanya berbuah manis. Andai Ethan menyeimbangkan antara kewajiban sebagai kepala keluarga dan sahabat, maka hidup mereka akan berubah. Orang tuanya tidak akan bercerai, kakaknya tidak akan mati, Sina dapat merasakan kasih kedua orang tuanya-- dan sekarang hidupnya penuh sepi dan sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Bukan Berarti Dekat
Ficção AdolescenteH I G H R A N K : #54 in Teenagers Ketika sahabatmu harus menjadi saudara tirimu. Ada alasan mengapa Cassandra Inara Sheren memusuhi sahabatnya sendiri. Dan juga, ada alasan untuk Veralia Agatha Sekar menentang pernikahan Ayah-nya. Tapi, bisakah m...