Jogja terlihat lebih asri daripada Surabaya. Banyak orang berlalu lalang bersama keluarganya masing - masing untuk menikmati akhir pekan. Tidak sedikit pula Era menjumpai sepasang kekasih yang asyik bercengkrama. Wah, benar - benar akhir pekan yang menyenangkan. Mereka berada di Taman Sari, yang masih berada di area Keraton.
Duk!
Suara helm yang terjatuh mengalihkan perhatian Era. Rupanya helm Kak Stela. Era langsung memungutnya dan menyandarkan pada jok bagian belakang.
"Eh, makasih Era," ujar Kak Stela setelah sadar helmnya sudah ditaruh di atas jok.
Era mendengus. Satu - satunya alasan yang bisa menjelaskannya, adalah kantung mata Kak Stela. Kemarin malam, tepat sebelum berangkat ke Jogja, Kak Stela masih memaksakan dirinya untuk begadang.
"Katanya ngantuk? Gapapa nih kita jalan - jalan?" tanya Era memastikan sembari menaruh helmnya.
Dari kaca spion, Kak Stela mengangguk. Masih berkutat membenarkan rambutnya yang berantakan. "Nggakpapa kok, udah biasa begadang tiap hari. Nanti malem Kak Stela mau tidur lebih awal, besok mau jogging pagi. Hehehe," balasnya dengan cengiran yang khas.
Kunci motor sudah dimasukan ke dalam tas, sudah aman. Tak lama Kak Stela menutupi mulutnya yang hendak menguap. Sudah sangat jelas bahwa ia sangat mengantuk sekarang.
Era menghadang jalan Kak Stela, mengamati bagian mata. "Beneran? Nanti kalo sakit gimana?"
Tangan Kak Stela langsung mendorong wajah Era mundur. "Iya, gue juga bosen di rumah. Makanya gue ajak jalan - jalan."
"Tadi pakenya aku-kamu sekarang lo-gue, nggak konsisten banget jadi orang," cibir Era.
Yang dicibir hanya tertawa seraya mengacak - acak rambut Era gemas.
"Ya udah, daripada dipelototin, Kak Stela cuci muka aja," ujarnya sembari berkacak pinggang.
Era mendengus. "Tadinya mau ngomong itu. Ya udah, aku tunggu di sana," ucapnya. Jari telunjuknya mengarah pada pepohonan rindang yang terletak di dekat toilet, lumayan untuk berteduh.
Kak Stela membentuk simbol 'oke' dengan menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya. "Jangan ngilang kayak di bandara," pesan Kak Stela sebagai candaan.
Sekali lagi Era mendengus. Dia bukan anak kecil yang selalu tersesat. Siapa juga yang malah asyik mengobrol tanpa mempedulikan teman perjalanannya yang buta arah. Hanya Kak Stela orangnya.
Ponsel Era bergetar pelan, ada sebuah notifikasi. Daniel mengirimkan sebuah pesan kepadanya.
Sampai dengan selamet kan? Kak Stela nggak ninggalin lo di bandara kayak dulu, 'kan?
Pesan dari Daniel sukses membuat Era terkikik. Bagaimana bisa sahabatnya itu tahu kalau Kak Stela menelantarkannya di bandara? Daniel memang orang yang aneh.
Tadi ditinggal bentar, Kak Stela ketemu sama temennya.
Saat mematikan ponsel, getaran kecil kembali muncul, yang tandanya ada pesan baru.
Biar gue kasih pelajar nih, Kak Stela.
Masa lo yang masih bayi dan buta arah ditinggal sendiri?Untuk yang ketiga kalinya Era kembali mendengus. Seenak saja Daniel mengejeknya sebagai bayi, padahal tingkah Daniel lebih kekanak - kanakan.
Aku nggak bayi
Meskipun ada pesan baru dari Daniel, Era menghiraukannya. Biar saja. Daniel juga tidak akan peduli jika pesannya baru dibalas dua jam kemudian. Lihat, sebentar lagi pasti ia akan off dan memilih memainkan Mobile Legend dengan hero kesayangannya, Layla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Bukan Berarti Dekat
Ficção AdolescenteH I G H R A N K : #54 in Teenagers Ketika sahabatmu harus menjadi saudara tirimu. Ada alasan mengapa Cassandra Inara Sheren memusuhi sahabatnya sendiri. Dan juga, ada alasan untuk Veralia Agatha Sekar menentang pernikahan Ayah-nya. Tapi, bisakah m...