7-Bencana

36 14 0
                                    

Pada pukul 09.00...

Duar!!!

Suara petir menyambar kapal layar Starlight dan Profesor Riveraice.

Starlight dan Profesor Riveraice pun terbangun dari tidurnya. Mereka terkejut. Mereka pun memutuskan untuk keluar dari ruangan.

Di luar ruangan, Starlight bertemu dengan guru nya "Ada apa  i--"

DUAR!!!!

"Ah!" teriak Starlight.

Gruduk ... Gruduk ...

Hujan kerikil disertai petir telah menghantam kapal layar Starlight dan Profesor Riveraice yang sedang berlayar.

"Tenang Starlight, tenanglah! Ini hal biasa dalam sebuah petualangan!" 5eru Profesor Riveraice yang sebenarnya juga panik.

"Ta ... tapi guru--"

"Pst ...! Jangan bicara yang aneh aneh ... Kita pasti akan selamat!" sela Profesor Riveraice.

"Starlight, dalam hitungan ketiga, kita berlari sekencang mungkin menuju ruang kendali kapal dan menemui Kapten Vhan, ya!" teriak Profesor Riveraice sambil menutupi wajah nya dengan kakinya. Ingin suaranya didengar oleh Starlight.

"Baik, guru!" sahut Starlight sambil ikut menutupi wajahnya dari kerikil.

"1 ... 2 ... 3!"

"Lari!" seru Profesor Riveraice sambil berlari menuju ruang kendali kapal.

Di tengah perjalanan ke Ruang kendali kapal ...

"Ah!" teriak Starlight.

Starlight tertimbun batu besar. Besarnya 2 kali lipat lebih besar dari badannya.

"G ... guru ... t ... tolong ...!"

Profesor Riveraice yang berlari di depan Scarlet berhenti. Menoleh ke belakang. Dan mendapati Starlight yang tertimbun batu besar. Profesor Riveraice terkejut. Lalu Profesor Riveraice berusaha menyingkirkan batu besar itu.

Profesor Riveraice mendekati Starlight yang susah bernapas karena tertimbun batu besar. Profesor Riveraice mencoba mendorong batu besar di atas punggung Starlight. Namun, nihil!  Batu itu terlalu besar, kuat, dan berat.

Profesor Riveraice pun mencoba untuk menggunakan sebuah mantra untuk memindahkan batu besar itu.

"Ah!" teriak Profesor Riveraice.

"Maafkan aku, Starlight, ini ... berat sekali!" seru Profesor Riveraice yang tengah berusaha mengangkat batu besar dari badan Starlight.

Mantra yang digunakan Profesor Riveraice hilang. Dayanya berkurang.

"Bagaimana kalau kamu gunakan kekuatanmu sendiri?" tanya Profesor Riveraice yang sedang panik.

"Baiklah! A ... akan ... k ... kucoba!" sahut Starlight. Starlight pun mencobanya. Starlight mencoba menarik badannya keluar dari batu besar yang telah menimbunnya.

"Ngh ...! Ti ... tidak bisa, guru!" seru Starlight setelah tau bahwa dirinya gagal menarik badannya keluar dari batu besar itu.

"Apa?!" teriak Profesor Riveraice.

"G ... guru! Tak ... usah ... p ... pedulikan ... a.... aku. G ... guru h ... harus s ... segera pe ...pergi k ... ke ruang kendali!" teriak Starlight.

"Tidak!  Tidak boleh begitu! Perjalanan ini tidak akan berlanjut tanpamu, mengerti?" sahut Profesor Riveraice.

"Atau k ... kita ... a ... akan ... g ... ga ... bungkan ... k ... kedua ... m ... mantra ... kita?" usul Starlight.

"Ah, iya! Itu ide luar biasa!" seru Profesor Riveraice.

Starlight mengeluarkan mantranya dengan penuh perjuangan. Profesor Riveraice juga mengeluarkan mantranya. Lalu kedua mantra itu bersatu pada batu besar yang menimpa Starlight.

Secara perlahan, batu itu mulai terangkat. Sedikit demi sedikit, akhirnya Starlight bisa terbebsas dari batu besar yang menimpanya. Batu besar itu telah tenggelam di dasar laut.

"Kerja bagus!" seru Profesor Riveraice.

Starlight dan Profesor Riveraice pun melanjutkan perjalanan mereka untuk berlari ke ruang kendali kapal dengan secepat mungkin ...

Sesampai nya di ruang kendali kapal ...

"Kapten! Apa yang terjadi?" tanya Starlight kepada Kapten Vhan.

"Starlight, petir adalah hal biasa bagi seorang Nahkoda. Tenang saja!" seru Kapten Vhan sambil memutar arah layar dengan kemudinya.

"Apa yang kau lakukan, kapten?!" teriak Starlight.

"Diamlah, nak! Aku akan mengurus semuanya!" sahut Kapten Vhan.

Entah apa itu yang dilakukan Kapten Vhan. Tapi yang jelas, Kapten Vhan sedang berusaha sekuat tenaga dan dengan semua kemampuan yang dia miliki, untuk menghindari petir dan hujan kerikil di sana.

Tiba tiba ...

"Awas!" teriak Profesor Riveraice memberi peringatan kepada Kapten Vhan sambil menunjuk ke sebuah batu besar yang ada di tengah laut.

Kapten Vhan segera memutar layar sebesar 50°. "Apa kita tidak akan kenapa kenapa?" tanya Starlight panik.

"Tenangkan dirimu, Starlight! Aku akan lakukan yang terbaik untuk kita semua!" kata Profesor Riveraice.

"Starlight, tolong ukur suhu disini sekarang! Menggunakan alat di sana!" seru Kapten Vhan kepada Starlight.

Starlight pun berlari dan mengukur suhu. Tak lama kemudian, Starlight datang kembali ke ruang kendali kapal.

"Kapten, suhu nya -3° C!" teriak Starlight.

"Astaga! Apa yang telah terjadi? Kita harus segera kembali! Kalau tidak, kita akan membeku disini!" seru Profesor Riveraice sambil memutar layar menuju pulau terdekat dari situ walaupun jarak nya sekitar 5 km.

"Apa?!" teriak Starlight dan Profesor Riveraice.

Tiba tiba, hujan kerikil telah berubah menjadi hujan es batu. Dan Starlight pun terkejut.

"Guru, Kapten! Lihatlah!" Sseru Starlight.

Profesor Riveraice dan Kapten Vhan menengok ke arah yang di tunjukkan oleh Starlight.

"Apa?!" teriak Profesor Riveraice dan Kapten Vhan.

"Kita harus secepatnya sampai di daratan!" teriak Kapten Vhan.

"Starlight, Profesor Riveraice, tolong keluarkan mantra YI untuk mengeluarkan angin ke arah daratan yang ada di sebelah utara kita!" seru Kapten Vhan.

Mantra YI atau mantra bayu sering disebut juga sebagai mantra angin. Mantra ini bisa mengubah arah angin dan mengeluarkan angin.

"Baik!" seru Starlight dan Profesor Riveraice.

Starlight dan Profesor Riveraice pun segera melakukannya. Dan tak beberapa lama kemudian ...

Duk!

Starlight Greamas [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang